Suara tinggi Altha terdengar, meminta Juna membawa Tika keluar, karena apa yang Aliya lakukan tidak pantas dilihat oleh anak-anak.
Altha langsung mengambil botol minum yang sudah kosong, menatap wajah Aliya yang tersenyum, menahan air matanya.
"Kenapa kamu tidak menangis saja? jangan menyakiti diri sendiri." Altha membuka baju Aliya yang basah langsung menutupnya menggunakan selimut.
"Ranjang basah, Al tidur di mana." Al menepuk tempat tidurnya yang basah.
"Kamu istirahat di kamar aku." Tubuh Al terangkat langsung pindah kamar Altha.
"Kenapa aku tidak menangis? air mata tidak ingin keluar."
"Bukan tidak keluar, tetapi kamu menahannya dengan meluapkan ke hal lain. Kamu masih muda, tapi sudah minum-minuman, bahkan mabuk. Ingin menjadi apa kamu tua nanti." Nada bicara Al sangat lembut, membaringkan Aliya di atas ranjang.
Tangan Aliya menyentuh leher Altha yang pernah dia buat merah, melihat indahnya tubuh lelaki di hadapannya.
"Aku tidak memiliki harapan menjadi orang baik, bahkan aku berencana ingin mengangkat rahim agar tidak ada lagi anak bernasib sial buruk seperti Aliya. Tidak boleh ada anak yang lahir dari wanita buruk dan hancur." Al tertawa, langsung memejamkan matanya ingin beristirahat.
"Selama kita menikah jangan pernah berharap bisa melakukannya, aku tidak tahu seburuk apa hidup kamu sehingga berpikir sangat pendek." Altha menghela nafasnya, tidak tahu harus mengatakan apa lagi.
Rambut Al dikeringkan, nafasnya sudah teratur karena sudah tidur dengan mudahnya.
"Jam berapa dia kelulusan?" Al menghubungi seseorang untuk mencari tahu soal sekolah Aliya.
Altha langsung keluar kamar membiarkan Aliya beristirahat, meminta bantuan maid membelikan baju kebaya juga bunga untuk acara kelulusan Al, bahkan memanggil seseorang yang bisa merias.
[Hari ini putri kamu kelulusan, tidak niat menemani dia.]
[Kamu suaminya, aku sekarang di luar kota.]
[Terserah sempat tidaknya, aku sudah berbaik hati tidak marah saat Al mabuk-mabukan di dalam rumah, jika sampai terulang lagi, aku tidak bisa mempertahankan Al karena akan memberikan pengaruh buruk bagi anak-anak.] Altha menutup panggilan setelah menghubungi Dimas, Altha mempercayai Dimas yang tulus perduli kepada Aliya.
Altha melangkah pergi setelah pamitan dengan anak-anaknya, meminta Baby sister mengawasi Tika dan Mora.
Juna duduk diam membaca bukunya, melihat ke arah kamar Papanya tapi Aliya belum juga keluar kamar.
"Kamu tidak sekolah tampan?"
Juna tidak menjawab sama sekali, masih fokus melihat ke arah kamar.
"Siapkan makan siang untuk Mami, dari pagi belum makan." Juna menatap tajam.
"Mami, kalian punya ibu?"
"Jangan banyak tanya, lakukan saja. Kalian dibayar untuk bekerja, bukan ikut campur."
Pintu kamar Altha terbuka, Aliya sudah mandi dan melangkah keluar membawa tas ranselnya.
"Mami, dia baby sister baru kita." Tika memeluk Aliya.
Tatapan Al tajam, melihat wajah terkejut dua Baby sister yang melihat Al masih sangat muda.
"Nyonya, tuan sudah menyiapkan baju juga perias untuk membantu nona pergi ke acara kelulusan."
"Tidak perlu, aku tidak perlu datang ke sana." Al langsung melangkah pergi, berlari keluar rumah.
Tanpa izin Altha, Al mengeluarkan mobil dan melangkah pergi dalam keadaan kepalanya masih pusing, karena banyak minum.
Panggilan dari Susan, Helen, bahkan Roby masuk. Mereka mencari Aliya yang tidak datang di acara kelulusan.
[Di mana kalian?"]
[Masuk saja Al.]
Aliya masuk ke dalam rumah kosong, melihat Kenan dan Dika yang duduk berdua bersama banyaknya benda terlarang.
"Milik siapa ini?"
"Ini gudang penyimpanan milik Avi, dia membocorkan kepada kita saat berkunjung. Kamu pasti tahu kode masuk, Avi selalu terbuka bersama kamu?"
"Gila, jika dia terbuka tidak mungkin Al tidak tahu jika kak Avi bandar." Aliya menatap tajam, melihat sekitar yang sangat sepi.
"Al kamu dari minum?"
"Ya, lebih baik kita pergi dari sini. Keadaan sedang kacau karena banyak pengedar, pemakai bahkan bandar yang tertangkap." Al meminta Kenan dan Dika meninggalkan semua barang bukti, mereka tidak pernah tahu siapa korban selanjutnya yang akan dijadikan kambing hitam.
Ketiganya langsung keluar, Al menghentikan langkahnya melihat sesuatu yang aneh di balik semak-semak.
"Ada apa Al?" Kenan melihat ke arah tatapan Aliya.
"Ayo cepat." Dika masuk ke mobil Aliya.
"Kalian berdua datang ke sini menggunakan apa?" Al langsung mengambil sesuatu dan masuk ke dalam mobil.
"Kita menggunakan taksi." Kenan mengaruk kepalanya.
Aliya tahu pasti Kenan berbohong, tidak mungkin mereka menggunakan taksi tanpa alasan. Al tidak tahu apa alasannya Kenan dan Dika menyembunyikan alasan mereka bisa datang.
"Kak banyak hal yang terjadi, tapi kalian tidak terlihat terkejut sama sekali. Sekarang siapa lagi yang menjadi kambing hitam? kenapa kalian meminta Aliya datang?" Al tersenyum, menghidupkan rokok mengeluarkan asap dari hidungnya.
Kenan menatap Dika yang menyetir mobil, langsung melihat ke arah Aliya yang sedang merokok sambil memainkan ponselnya.
Melihat wajah Aliya, Kenan tidak tega untuk berbohong akhirnya mengatakan tujuan mereka datang.
Dika mencurigai Dimas yang keluar tengah malam, akhirnya mereka menggunakan taksi mengikuti Dimas yang berhenti di rumah kosong.
Ada banyak orang di sana, mereka tidak berani mendekat hanya bisa melihat dari kejauhan. Sejak awal Dimas selalu bekerja sendiri, tanpa memberitahu apapun pada mereka.
Penangkapan Avi dan Pras juga sepertinya sudah direncanakan, Dimas bisa saja menjadi orang dalam yang membocorkan semuanya.
"Alasan meminta Al ke sini?"
"Kita tidak tahu jalan pulang, hanya bisa mengirim pesan lalu ponsel mati." Dika tersenyum melihat Al yang menatap serius.
"Aliya juga mencurigai kak Dimas dalang semua ini, tapi apa untungnya?"
"Dik, Lo adik Dimas. Masa iya Lo tidak tahu soal masa lalu Dimas?"
"Aku tidak tahu, sejak kecil kita tidak bersama, kak Dimas tinggal di luar negeri, kembali ke sini saat dia bercerai."
"Sudahlah, kita tidak harus ikut campur, tidak ada untungnya juga."
"Al, kak Dimas satu-satunya keluarga yang tersisa, bagaimana aku bisa tidak perduli? aku tidak ingin dia masuk penjara." Dika cemberut, mendengar panggilan dari Dimas di ponsel Aliya.
[Halo kak Dimas, ada apa?]
[Kamu di mana? masa iya kak Dimas menjadi bapak tanpa anak yang mengambil kelulusan kamu?] Dimas memarahi Aliya yang tidak datang ke sekolahnya.
[Hasilnya apa kak?]
[Lulus, jika tidak acara kelulusan ini akan kak Dimas buat kacau.] Dimas meminta Aliya datang menemuinya merayakan kelulusan Al di restoran berbintang bersama teman-temannya.
Aliya tersenyum bahagia, meminta Dika langsung ke restoran yang sudah Dimas sebutkan. Teman-temannya juga sudah diundang ke sana untuk merayakan kelulusan mereka.
"Selamat Al."
"Terima kasih, akhirnya Aliya lulus. Sekarang bebas." Al joget-joget kesenangan.
***
Altha menatap tajam, laporan dari bawahan jika mobil Altha terlihat ada di gudang yang mereka gunakan untuk menjebak seseorang.
"Kenapa kamu di sana Al?"
"Aku dari tadi di sini." Altha menatap tajam ke arah BN mobil.
Al meremas ponselnya, sudah tahu siapa yang membawa mobilnya tanpa izin.
"Aliya!" Altha memukul meja membuat semua bawahan Altha melangkah mundur.
***
JANGAN LUPA VOTE DAN HADIAHNYA UNTUK MENSUPPORT NOVEL BARU
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 501 Episodes
Comments
Cahyaniya
gk jelas ceritanya
2024-01-14
0
Suky Anjalina
gak sangka kalau dulu mami Al mabuk mabukan 🤭
2023-09-19
0
Devi Handayani
aduuhh kenapa jadi ribet begini🤨🤨🤨
2022-11-14
0