Suara musik berdentum, Aliya masuk bersama teman-temannya yang sudah berpencar untuk melakukan tujuan masing-masing.
"Kak Al, apa yang akan kita lakukan sekarang?" Senyuman Susan terlihat, melambaikan tangannya melihat teman-teman sekolah mereka juga berhasil masuk.
"Jangan ada yang minum malam ini, lihat di sana ada polisi. Jika kita sampai ketahuan seorang siswa, orang tua kalian akan dipanggil ke kantor polisi." Al memperingati teman-teman untuk segera mencari ruangan private.
Aliya pergi mencari Avi dan teman-teman lamanya yang sedang melakukan transaksi, hanya untuk mengingatkan jika ada beberapa polisi yang menyamar.
"Ada apa Al"
"Kalian harus hati-hati, ada beberapa polisi yang sudah menyebar."
"Kamu mengenali mereka?"
"Tentu, karena aku sudah beberapa kali ditahan polisi saat tawuran." Aliya menepuk pundak, pria tampan yang pernah satu angkatan dengan dirinya untuk memperingati yang lainnya.
Aliya masuk ke dalam ruangan yang sudah di pesan oleh teman sekelasnya untuk mereka berpesta.
"Kak Al."
"Kenapa kalian semua bisa masuk? padahal masih dibawah delapan belas tahun."
"Hal mudah." Tio mengedipkan matanya, sebagai anak orang kaya dia bisa melakukan apapun.
"Aku harap kali ini kamu beruntung Tio, jangan sampai kita terkena masalah." Aliya tertawa langsung menghidupkan musik.
Suara musik berdentum terdengar, Susan sedang bernyanyi dengan suara yang sangat besar, sedangkan Al dan yang lainnya berjoget.
Suara keributan di luar tidak terdengar, anak-anak yang masih duduk di bangku sekolah masih asik berjoget dan bernyanyi.
"Susan, suara kamu jelek sekali?" Al menarik mix.
Tendangan kuat membuat Al terpental, suara tawa terdengar langsung membantu Aliya berdiri karena tidak sengaja menabrak bibir Tio,
Pintu ruangan mereka terbuka, musik langsung dimatikan melihat beberapa orang berbadan besar berdiri menatap tajam Al dan Tio yang masih berdekatan.
Senyuman Al terlihat, menatap seorang pria tampan yang baru saja masuk menggunakan baju santai, jaket hitam juga topi.
"Bawa mereka semua, karena masih di bawah umur."
"Kalian tidak bisa menahan kami, di sini tidak ada minuman keras juga barang terlarang." Al berteriak menantang aparat kepolisian.
"Saya tidak perduli, orang tua kalian harus tahu pergaulan anak mereka yang tidak pantas."
"Kenapa anda ikut campur dengan keluarga orang? memangnya keluarga kamu sendiri bisa dijaga, atau putri anda juga salah satu dari kami." Al tersenyum melihat tatapan sinis yang langsung melangkah pergi.
Altha melepas tembakan ke atas, tidak ada yang diizinkan keluar dari area diskotik. Beberapa anggota polisi gabungan langsung melakukan pemeriksaan.
"Kak Al, dia juga yang memimpin pengrebekan ini." Susan memeluk lengan Aliya.
"Sepertinya ada pengejaran bandar obat terlarang secara besar-besaran." Al melihat seseorang berlari ke arahnya menyerahkan sesuatu ke tangannya.
Aliya tertawa, melihat ke arah Pras yang memberikan barang terlarang ke tangannya. Tangan Aliya langsung mendorong Susan dan Helen untuk menjauhinya.
Secepat kilat, Al berhasil menghilang dari kerumunan. Ada banyak polisi yang berjaga di toilet, Al tidak punya kesempatan untuk menyingkirkan benda sialan yang ada ditangannya.
Senyuman licik Al terlihat, menatap beberapa polisi yang sedang berbicara. Obat terlarang Al masukkan ke dalam kantong salah satu polisi langsung mengambil air mineral membersihkan tangannya.
"Sedikit saja kalian lengah, maka target akan hilang." Senyuman Al terlihat mengejek orang-orang berpangkat yang tidak bisa profesional bekerja.
Langkah Aliya terhenti, seseorang berdiri tepat dihadapannya. Mata keduanya bertemu, sama-sama dengan ekspresi wajah yang dingin.
"Di mana obat yang kamu bawa?"
"Obat apa?"
"Jangan bermain-main, aku tidak suka basa-basi." Altha menatap tajam Al.
"Pak, anda punya otak silahkan digunakan. Jika memang memiliki, aku tidak akan memberitahu kamu." Tatapan Aliya tidak kalah tajam, sudah biasa baginya mengatasi polisi seperti Altha.
"Al."
Aliya dan Altha sama-sama menoleh, melihat seseorang membawa obat yang ada di jaketnya.
"Periksa wanita ini, bisa juga dia pemakai atau pengedar." Altha menatap tajam Aliya.
"Ahjussi ... kamu cari masalah." Al tersenyum melihat satu polisi membawa Al ke toilet untuk mengambil air urine.
Selesai pemeriksa, Aliya dan teman-teman dibawa ke kantor polisi. Keributan terdengar sampai pagi pemeriksa bergilir belum juga kelar.
"Sebutkan nama kalian?" Polisi menatap Aliya dan teman-teman yang terlihat santai semua.
Semuanya hening, tidak ada yang mengeluarkan suaranya. Aliya menguap karena baru bangun tidur.
"Jika kalian tidak ingin menjawab, maka jeruji besi menjadi tempat tinggal kalian." Nada tinggi mulai terdengar.
Aliya menatap tajam polisi di depannya, meletakan kedua tangannya untuk menopang dagu.
"Kalian bekerja sangat keras, tidak tidur dan makan juga istirahat yang cukup. Apa bayaran kalian seimbang dengan kerja keras?"
"Kenapa? apa itu penting? ini tugas kami, sudah menjadi sumpah untuk mengabdi."
"Tidak semua orang akan bertahan dengan yang namanya proses, jika ada cara cepat kenapa harus lambat?"
"Nama?"
Al menatap ke arah pria yang baru saja muncul, menatap dengan dingin Aliya dan teman-temannya.
"Siapa?"
"Kamu?"
"Aku?" Aliya tertawa, mengedipkan matanya melihat Altha yang sangat tampan.
"Siapa nama kalian?"
"Saya langit pak." Kepala Tio tertunduk.
"Saya bumi pak." Susan menatap Al yang menutup mulutnya tertawa, Tio juga menatap Susan yang berubah menjadi bumi.
"Sa laut Pak." Helen binggung melihat teman-teman berubah nama.
"Lucu, apa nama kamu sungai?" Altha menatap anak laki-laki di samping Tio.
"Bukan pak, nama saya Udin."
Suara tawa Aliya langsung pecah, perutnya sakit melihat tingkah teman-temannya yang sangat konyol.
Pukulan meja terdengar kuat, Altha meminta semua dimasukan ke dalam tahanan. Menunggu sampai orang tua mereka sendiri yang datang, karena tidak ada yang ingin menyebutkan nama.
"Pak, saya sudah jujur pak nama saya Udin. Masuk ke tempat diskotik baru pertama kali, belum juga bernyanyi pak sudah ditahan."
"Apa saya harus menunggu sampai kamu selesai bernyanyi?"
"Semestinya pak, karena kita masuk ke sana bayar." Udin menatap teman-temannya meminta persetujuan.
"Kalian tahu salah kalian apa?"
"Tidak ada salah pak, kita tidak merugikan bapak, keluarga bapak, perkejaan bapak juga, kita hanya merugikan Tio yang menjadi bandar kita. Benar teman-teman?"
Altha menarik nafas panjang, melihat Aliya yang tidak berhenti tertawa. Tidak terlihat sama sekali perasaan takut.
"Pak."
"Diam!" Tatapan Altha tajam meminta Udin diam, langsung melangkah pergi setelah mendapatkan panggilan soal hasil tes para pemakai obat terlarang.
Suara Udin mengomel masih terdengar, dia menyesal mengikuti para anak-anak kota yang memiliki keturunan luar berbeda dengan dirinya yang berasal dari desa.
Suara teriakan terdengar, tamparan kuat menghantam wajah Aliya. Semuanya berdiri kaget, mendengar caci dan maki orangtua Tio.
***
JANGAN LUPA LIKE COMENT DAN TAMBAH FAVORIT JUGA
FOLLOW IG VHIAAZAIRA
HADIAHNYA JUGA VOTE UNTUK MENDUKUNG KARYA BARU AUTHOR
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 501 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Kok keluarga Tio yg menghantam Alya??🤔🤔
2024-08-15
0
Suky Anjalina
kangen banget sama mami Alya
2023-09-19
1
.sehuniiee
baru kali ini aku membaca novel yang lain dari yang lain aku suka ceritanya ceweknya yang cerdik dan tangkas gk menye - menye👍👍👍
2023-01-03
0