Tatapan Altha tajam menatap Aliya yang masih berdiri di depannya, ada rasa menyesal saat Al mengatakan tidak akan ikut campur dengan kehidupan Aliya.
Dia tidak punya hak untuk mengatur hidup Al yang pulang larut malam, atau meminta Al untuk tidak hidup bebas.
"Kamu bisa tidak pulang ke rumah jangan larut malam, aku tidak mengatur kamu yang memiliki kehidupan bebas, tapi selama tinggal bersamaku semuanya menjadi tanggung jawabku." Nada bicara Altha sangat pelan meminta Aliya masuk kamar.
"Kamu tahu jika Citra akan segera lamaran? dia akan menikah dengan putra pemilik hotel King. Pertanyaan aku hanya satu, apa kurangnya seorang Altha dibandingkan keluarga pak Roby? Aliya tidak percaya jika ini ada sangkut pautnya dengan cinta." Al menatap Altha yang terlihat biasa saja, tidak ada ekspresi terkejut sama sekali.
Altha tidak menjawab langsung melangkah pergi ke kamarnya, Aliya masih saja penasaran dengan apa tujuan penikahan Citra.
"Lebih baik kamu tidur, jangan ikut campur urusan orang dewasa." Altha menutup pintu kamarnya, tanpa menoleh ke arah Aliya.
Al langsung melangkah ke kamarnya sambil menarik kopernya, menyusun bajunya yang tidak seberapa juga alat make up-nya.
Pintu kamar Al terbuka, kening Al berkerut melihat Tika masuk membawa guling langsung naik ke atas ranjang untuk lanjut tidur.
Senyuman Al terlihat, merasakan kasihan kepada Tika yang masih membutuhkan perhatian.
Dia masih terlalu kecil untuk mendewasakan diri, membutuhkan perhatian lebih dari kedua orangtuanya.
"Good night Tika." Al membersihkan tubuhnya terlebih dahulu, langsung memejamkan matanya di samping Tika yang sudah terlelap lebih dulu.
Di dalam kamarnya Altha masih berdiri melihat foto pernikahannya dengan Citra, langsung menurunkan dan menyingkirkannya.
"Apa alasan kamu menikah dengan anak keluarga Purba?" Al langsung melakukan panggilan dengan bawahannya yang bekerja di perusahan.
Altha terduduk lemas di pinggir ranjangnya, menundukkan kepalanya meremas rambut dan merasakan sakitnya kehilangan wanita yang dicintainya.
***
Di ruang makan Altha mengerutkan keningnya melihat Juna yang sedang memasak sereal untuk dirinya juga adiknya, sedangkan Aliya tidak terlihat.
"Kamu duduk saja Juna, biar Papa yang menyiapkan untuk sarapan. Tika belum bangun?"
"Juna bangunkan dulu."
Altha langsung sibuk membuatkan sarapan untuk kedua anaknya, juga membuatkan susu untuk Mora yang masih belum bangun.
"Papa, Tika tidak ada di dalam kamarnya."
"Apa?" Altha langsung berlari memanggil Tika, membuka kamar yang kosong lalu membuka kamar Aliya yang berantakan.
Juna menggelengkan kepalanya melihat Aliya dan Tika yang masih tidur, kaki Tika ada di wajah Aliya sedangkan kepalanya tertutup selimut.
"Tika, Aliya bangun. Ya Allah bukannya dimudahkan, tapi dipersulit lagi. Aku sudah memiliki anak tiga, kenapa masih ditambah lagi?" Altha membangunkan Al yang menolak untuk bangun.
Siraman air membangunkan Atika dan Aliya, Altha juga sampai kaget melihat Juna yang bersikap kasar.
"Apa gunanya kamu ada di rumah kami?" pintu ditutup dengan kuat, Al mengusap wajahnya yang penuh air.
"Sebaiknya kamu mandi Aliya, kita harus bicara. Tika juga mandi lalu sarapan di ruang makan."
"Iya pa." Tika langsung berdiri.
Aliya bukan ke kamar mandi, tapi langsung berlari keluar mengejar Juna yang kurang ajar menyiramnya dengan air.
"Hei kamu anak kurang ajar, tidak heran ibu kamu pergi dan ingin menikah dengan lelaki lain, karena anak-anak saja tidak punya sopan santun. Kamu pikir kamu siapa?" Aliya berteriak menatap Juna yang terlihat membencinya.
"Dasar benalu."
"Jika kamu tidak menyukai aku, membenci aku sebaiknya abaikan saja. Kamu pikir aku sudi menjadi ibu kamu." Aliya meludah, emosi pagi hari melihat sikap kasar Juna.
"Aliya!" Altha menarik kasar lengannya untuk tidak berkata kasar kepada putranya.
"Aku membenci setiap wanita yang berstatus ibu, kalian sama menjijikan." Juna juga meludah, benci kepada ibu kandungnya juga ibu tirinya.
"Aku tidak perduli itu urusan kamu, aku tidak akan memaafkan kamu Juna."
"Aliya aku katakan berhenti, atau kamu keluar dari rumah ini. Kalian tahu tidak ini jam berapa? pagi-pagi sudah ada keributan." Suara Altha berteriak terdengar, membentak Aliya yang langsung berlari kembali ke kamarnya.
Al membanting kuat pintu, langsung masuk ke dalam kamar mandi menghidupkan shower menguyur tubuhnya.
Di manapun dia berada, selalu sikap kasar yang dia terima bahkan anak kecil jauh lebih kasar dari Ayahnya.
Altha menatap putranya yang keterlaluan, tidak menyukai seseorang boleh tapi tidak bersikap kasar.
"Kamu kenapa Juna? Aliya jauh lebih tua dari kamu, tidak sopan membangunkan tidur dengan menyiram air seperti itu. Papa kecewa sama aku, lelaki harus melindungi wanita, tapi kamu memberikan contoh sikap kasar dan keterlaluan." Al menatap putranya yang menundukkan kepalanya, ada rasa menyesal juga.
"Kamu marah sama Mama, jangan kamu luapkan kepada orang lain. Papa minta maaf, karena tidak bisa membawa Mama kembali dan membuat kamu kesulitan." Al memeluk putranya yang meneteskan air matanya.
"Aku tidak berharap Mama kembali, tapi bukan berarti aku menerima dia di dalam rumah ini." Juna langsung melangkah pergi.
Altha menghela nafas, membatalkan niatnya untuk pergi bekerja melihat keadaan rumah yang panas, karena keributan.
Semuanya sarapan tanpa Aliya, Mora juga ada dalam pelukan Altha sambil menyusu.
"Permisi tuan, baby sister sudah datang."
Altha mempersilahkan masuk, wajah Al sedikit terkejut melihat calon baby sister sangat muda. Bibi yang bekerja di rumah Altha memperkenalkan satu keponakan dari desa dan juga temannya.
Mereka mungkin akan nyaman bersama anak-anak jika usia mereka muda.
Altha memberikan izin, langsung meminta maid menjelaskan tugas mereka yang sebelumnya sudah Altha bahas.
"Tika ingin bersama Mami saja, tidak ingin bersama mereka."
"Tika, tidak boleh bicara seperti itu."
"Kalian ikut bibi dan bisa tinggal di paviliun, semuanya akan dijelaskan di sana." Al meminta anak-anak lanjut makan.
Tika menatap tidak suka, lebih suka bersama Maminya yang sangat lucu dan nyaman baginya.
Sudah siang Aliya belum keluar kamar, Tika langsung masuk dan melihat Al masih mandi. Cukup lama Tika menunggu, Aliya masih belum keluar.
"Mami, kenapa mandinya lama sekali?" Tika mengetuk pintu, meminta Maminya keluar.
Al membuka pintu, langsung terjatuh dan terlihat sempoyongan sambil memegang botol minuman.
"Papa, tolong Mami." Tika langsung berlari, memanggil Papanya yang masih bicara dengan baby sister.
"Ada apa sayang?"
"Mami sakit, jalannya goyang-goyang."
Altha langsung berjalan ke arah kamar Aliya, menatap tajam melihat Al yang ternyata sedang mabuk.
Juna yang mendengar juga langsung melihat, menatap Aliya yang basah kuyup, matanya juga merah, bicaranya juga ngelantur.
"Hari ini anak-anak berkumpul bersama orangtuanya untuk melihat hasil kelulusan, mereka menggunakan baju kebaya dan di dandan cantik untuk hari bahagianya, tapi aku ada di sini tanpa ada yang tahu jika hari ini ada acara kelulusan. Inilah hari terburuk bagi Al." Aliya tertawa terbahak-bahak, merasa lucu melihat dirinya di kaca yang sangat berantakan.
***
JANGAN LUPA VOTE DAN HADIAHNYA UNTUK MENSUPPORT NOVEL BARU
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 501 Episodes
Comments
Cahyaniya
di kira peran utama nya jdi wanita hebat dalam rumah tangga eh tau" nya bikin kesel yg baca
2024-01-14
0
Suky Anjalina
gak disangka awalnya benci terus lama kelamaan jadi sayang banget
2023-09-19
0
yelmi
kasihan banget kamu alya... segitu ruwetnya kehidupan mu
2023-06-06
0