Matahari bersinar, Aliya tertawa melihat dirinya yang menggunakan kebaya putih. Tidak ada yang membantu Aliya ber-make sehingga dirinya memoles tipis wajah cantiknya.
"Mami, boleh Tika masuk?"
"Silahkan Tika." Al menatap putri pertamanya yang kesulitan menggunakan baju.
"Bagaimana cara menggunakan kebaya ini Mami? tidak ada yang bisa membantu Tika."
Aliya langsung tersenyum, membantu Tika memakai baju, lalu memintanya untuk duduk dan memoles sedikit wajah lucu anak kecil di sampingnya.
"Wow, Tika cantik sekali." Atika memuji dirinya sendiri.
Suara ketukan pintu terdengar, Juna memanggil Al untuk segera turun, karena Papanya sudah memanggil.
Aliya dan Tika keluar, melihat Altha yang sudah rapi. Karena tidak ada yang menjaga anak-anak Altha membawa semuanya untuk ke tempat mengucap janji.
Tidak ada acara khusus hanya penghulu dan beberapa saksi, mas kawin juga hanya cincin mas yang memiliki harga lumayan, karena Altha menghargai Aliya.
Pernikahan Altha dan Aliya tidak ada yang mengetahuinya kecuali anak-anak, Al juga tidak memiliki keluarga, karena keluarganya sudah pergi melupakannya.
Altha membukakan pintu mobil untuk anak-anaknya, Aliya langsung menggendong Mora yang masih tidur.
"Gerbang tidak dikunci?"
"Tidak, nanti ada asisten rumah tangga yang bersih-bersih. Selesai berbenah langsung pulang, ada satpam juga." Altha meminta Aliya masuk.
"Tuan Al ternyata seorang Muslim, Aliya pikir bukan."
Altha hanya diam saja, tidak menjawab ocehan Aliya yang mengatakan wajah Al tidak seperti muslim.
"Kapan kamu beribadah?"
"Apa aku harus laporkan ke kamu?"
"Tidak, hanya penasaran saja. Lelaki sibuk seperti kamu, pergi pagi dan tidak pulang. Memiliki ruangan ber-AC, tapi memilih lapangan. Bahkan kamu tidak punya waktu untuk makan."
"Masalah ibadah ku dan Tuhanku akan menjadi urusanku. Urus saja ibadah kamu." Altha menatap tajam.
Aliya memonyongkan bibirnya, Tika hanya tersenyum melihat reaksi Papanya.
Mobil sampai di masjid yang cukup mewah dan besar, Aliya melangkah keluar bersama anak-anak. Terlihat wajah Juna sangat sedih melihat Papanya memilih menikah lagi, padahal bercerai saja belum.
Di dalam masjid sudah menunggu beberapa orang yang menjadi saksi, bahkan satu sopir keluarga Altha juga menjadi saksi, satu rekan kerja Altha juga terheran-heran melihat Al yang memilih menikahi anak kecil.
"Bagaimana pak Altha dan adik Aliya sudah siap?"
Altha menganggukkan kepalanya, Al hanya tersenyum melihat ponselnya yang penuh panggilan dari Dimas, Anggun, Dika bahkan Kenan.
Semuanya duduk, penghulu sudah memulai. Jantung Aliya berdegup kencang, dia tidak yakin pernikahannya terlaksana melihat pesan Dimas.
Tangan Altha dan penghulu sudah berjabatan, Aliya melihat ke arah pintu masuk. Konsentrasi langsung hilang, jantungnya rasanya sudah siap meledak.
"Altha." Al menahan tangan calon suaminya, tangan Al sudah dingin.
Altha tahu apa yang terjadi, Dimas sudah mendekati mereka. Ancaman Dimas sudah Altha terima, tapi tidak memperdulikannya. Rasa sakit Altha ditinggalkan oleh Citra lebih besar, dengan mengakhiri pernikahan.
Aliya tidak penting bagi Altha, wanita sementara yang harus menjaga anaknya. Al juga tidak bermaksud menyentuh sebagai seorang istri, jadi mereka bisa berpisah kapanpun.
"Saya terima nikah dan kawinnya Aliya ...." Altha tersenyum mengucapkan ijab kabul.
Para saksi langsung mengatakan sah, bersamaan dengan suara tembakan terdengar.
Aliya langsung ingin keluar, tapi Altha menahan tangannya untuk menyelesaikan pernikahan.
"Altha!" suara Dimas berteriak terdengar.
"Aliya keluar." Anggun langsung berlari masuk, melihat Altha memasukan cincin ke jari Aliya di depan anak-anak Altha.
"Kak Anggun." Aliya langsung berdiri, mendekati Anggun.
Tamparan kuat menghantam wajah Aliya, air mata Anggun langsung menetes melihat adiknya dinikahi pria beristri bahkan jauh lebih tua.
"Di mana otak kamu?" Anggun mendorong kepala Al.
"Tante tidak boleh memukul seperti itu?" Tika langsung maju memukul Anggun, mengigit tangannya meminta Anggun menjauhi Maminya.
"Keterlaluan kamu Aliya, Avi ada di penjara setelah mengkhianati kita, Pras bunuh diri sekarang ada di rumah sakit dalam keadaan koma, sekarang kamu menikah dengan lelaki beristri dan memiliki tiga anak. Kamu sudah gila Aliya." Teriak Anggun sangat kuat.
"Lalu, apa yang harus Aliya lakukan? sejak awal semuanya penuh kebohongan. Hanya aku yang tidak tahu apapun, kalian menganggap aku anak kecil." Al menatap tajam, mendekati Anggun yang mengerutkan keningnya.
"Apa yang kami lakukan demi kebaikan kamu Aliya? jika kamu tahu soal Avi pasti akan membenci diri sendiri karena rasa bersalah." Dimas melangkah masuk, meminta Aliya mengurungkan niatnya untuk menikah.
Altha tersenyum, mengikuti Dimas yang menatapnya tajam. Keduanya melangkah menjauhi yang lainnya.
Pukulan kuat Dimas menghantam wajah Altha, tidak ada balasan dari Al melihat kemarahan Dimas.
"Kenapa kamu menikahi dia? Aliya sudah aku anggap sebagai putriku. Kamu tidak sadar diri Altha jika usia kalian terpaut hampir sepuluh tahun." Dimas menarik kerah baju Altha, matanya penuh emosi.
"Aliya yang menjebak aku lebih dulu, menikahi wanita pengacau bukan untuk menjadinya istri sesungguhnya, tetapi aku melindungi dia. Saat penggeledahan Aliya juga ada di hotel bersamaku, dia memang tidak mengetahui apapun, tapi wajah Aliya sudah masuk daftar target mereka. Sebelum aku menangkap mereka, biarkan Aliya bersamaku."
"Berjanjilah kepadaku, jika kamu tidak akan menyentuhnya selayaknya wanita? masa depan Aliya masih panjang, aku ingin dia kuliah di luar negeri, memiliki mimpi bukan hanya menghacurkan hidupnya." Dimas melepaskan Altha yang langsung merapikan bajunya.
"Kamu masih belum berubah Dimas, kamu juga belum bisa melupakan wanita itu yang sudah membunuh anakmu."
"Berjanjilah, maka aku akan membiarkan Aliya bersama keluarga kamu."
"Aku tidak bisa berjanji, karena aku tidak akan menyentuh wanita yang tidak aku cintai."
"Altha sialan, sudah aku katakan suatu hati Citra akan berpaling. Semua wanita sama Al, mereka akan meninggalkan demi sesuatu yang lebih." Dimas langsung melangkah pergi, meminta Anggun kembali.
Anggun menatap Aliya, meminta untuk berhati-hati. Anggun langsung memeluk adik kecil yang sangat bodoh.
"Jangan sakiti anak-anak ini, jika kamu menyakiti mereka berarti Al sama dengan mereka yang menyakiti kamu." Anggun mengusap wajah Aliya.
"Maafkan Aliya kak, nanti Al akan mampir ke markas." Aliya tersenyum melihat Kenan dan Dika yang terlihat kecewa.
"Dasar Om-om sialan, jangan sentuh Aliya." Anggun menatap kesal Altha.
Altha melihat wajah Aliya, tidak ada air mata sama sekali yang mengalir.
"Papa, siapa mereka?" Tika menggenggam tangan dua Al.
"Om Dimas, Tante Anggun."
"Mereka suami istri ya mam?"
"Semoga saja Om Dimas segera menyadarinya sebelum ada yang mengambilnya." Al tersenyum melihat Altha.
Altha meminta semuanya masuk mobil, wajah Aliya langsung tertunduk bahkan tidak ada acara foto keluarga.
"Sial sekali nasib kamu Al." Senyuman Aliya terlihat, menggandeng Tika masuk mobil yang sudah ada Juna dan Mora.
"Mami ayo kita berfoto." Tika meminta Juna yang memegang kamera.
Aliya tersenyum memeluk Tika, Juna juga tersenyum sambil memeluk adiknya.
"Hidup apa lagi yang sedang aku jalanin." Batin Al merasakan sedih.
***
VOTE DAN HADIAHNYA UNTUK MENSUPPORT NOVEL BARU AUTHOR
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 501 Episodes
Comments
Suky Anjalina
🥰🥰
2023-09-19
1
yelmi
masih banyak misteri tentang kehidupan alya yg bikin penasaran... ada hubungan apa altha sama dimas di masa lalu mereka🤔
2023-06-06
0
Lisa Sasmiati
semakin kesini semakin apik ceritanya Thor
2022-04-04
0