Suara tembakan terdengar, tatapan tajam terlihat dari mata Altha. Tidak ada belas kasihan sama sekali, Al menembak kaki buronan yang berusaha melakukan perlawanan.
Rekan Al yang menepuk pundak, memintanya untuk menjauh dari semak belukar yang ada dipinggir sungai mengalir.
Suara air terdengar sangat tenang, hanya ada satu orang yang berhasil mereka tangkap sedangkan dua lainnya masih belum ditemukan.
"Al, lokasi ini cukup jauh dari jangkauan penduduk. Takut ada ular."
Tatapan Altha langsung tajam, melangkah memasuki semak-semak langsung berlari saat melihat pergerakan.
Senjata Al sudah tepat di kepala, menatap melihat pemuda yang sudah lama dia cari akhirnya bisa ditemukan.
"Apa kabar Pras? aku sudah memberikan kamu kebebasan selama satu minggu. Tidak ada yang bisa melarikan diri dari seorang Altha." Al memberikan perintah untuk rekannya membawa Pras ke mobil.
"Al, kamu memang hebat. Aku sangat mengagumi sejak pertama kita menjadi rekan."
"Yan, kamu yakin rekan Pras seorang lelaki?"
"Iya yakin, aku melihat secara langsung bersama tiga rekan lainnya." Mata Yandi melihat ke arah tatapan Al.
"Al, kita sudah bisa kembali sekarang. Hari mulai gelap." Suara teriak kaget terdengar, Alip panik melihat seorang wanita tua yang ada di hutan.
"Kasus ini masih panjang, tangkap dia." Al langsung melangkah pergi, Alip langsung berlari mengejar Al meminta Yandi yang mengurus wanita tua.
Di mobil Pras sudah mengamuk, dia mengatakan jika dirinya hanyalah korban.
"Dimas yang menjadi pemimpin pengedar obat, dia juga mengirim aku, Kenan dan Dika bahkan Dimas yang menggelapkan dana.
"Jangan jelaskan apapun, aku tidak membutuhkannya." Al meminta Pras, dan rekannya yang melarikan diri dibawa pergi.
Al memilih untuk satu mobil dengan seorang wanita yang menangis memohon dilepaskan, dia hanya pencari kayu bakar tidak mengerti letak kesalahannya.
"Lama tidak bertemu? aku yakin kamu masih mengingat baik siapa aku? sudah terlalu lama kamu hidup bebas, sekarang sudah waktunya mempertanggung jawabkan perbuatan lama." Al menatap tajam ke depan.
"Nenek tidak mengenal kamu nak?"
"Benarkan, kamu seumuran dengan istriku. Berhentilah berpura-pura menjadi wanita tua, aku tidak bodoh."
Suara tawa terdengar, rambut palsu langsung dilepaskan bahkan topeng wajah dilepaskan. Wanita cantik dan seksi tersenyum melihat Al yang tetap fokus ke depan.
"Kamu memang kejam Al, tidak mempunyai belas kasian kepada wanita tua bahkan anak kecil."
"Hukum tetaplah hukum, tugas kami hanya membuktikan kebenaran agar orang yang tidak bersalah tidak terzolimi." Senjata Al berputar ditangannya.
"Kenapa kamu membiarkan Kenan dan Dika bebas? Dimas akan berusaha menghilangkan jejak lagi, maka jarak kalian semakin jauh." Senyuman sinis terlihat.
"Aku tidak membutuhkan cacing kecil, terlalu menganggu. Aku akan menangkap mereka semua, apapun yang terjadi."
Tangan Al menepuk pundak supir, langsung melangkah keluar sambil tersenyum. Al pindah mobil bersama Yandi dan Alip.
Altha sudah menemukan pemimpin dari Pras, selain Dimas Pras bekerja untuk orang lain agar bisa menjatuhkan Dimas.
"Mereka tidak akan lolos lagi kali ini?" Yandi mengemudikan mobil dengan kecepatan tinggi untuk menuju ke suatu tempat.
"Aku rasa mereka sudah melarikan diri, masalah ini tidak akan pernah ada ujungnya." Al memejamkan matanya.
"Kamu sekarang terlihat tidak fokus Al, maaf jika aku lancang. Citra tetap ingin berpisah?"
Al tidak menjawab, dia ingin segera pulang untuk menemui putrinya yang masih membutuhkan perhatian.
"Al, sebaiknya kamu cuti untuk mengurus masalah rumah tangga, kita akan berusaha sebisa mungkin untuk menyelesaikan kasus ini." Wajah Yandi terlihat kasihan melihat Al yang memejamkan matanya.
"Aku tidak tahu, semua jalan sudah buntu. Mungkin melepaskan jalan terbaik agar bisa saling mengoreksi diri terutama aku." Al tersenyum meminta teman-temannya tidak terlalu memikirkannya.
Alip menepuk pundak Al, lelaki muda yang sudah memiliki jabatan tinggi, pekerja kerja, tapi tidak duduk di dalam ruangan ber-AC lebih pilih turun langsung menjalankan misi.
Sosok Altha panutan bagi banyak orang, dia sangat profesional dalam bekerja tidak membandingkan pangkat dan status antar rekan. Bagi Altha semuanya sama, hanya dinilai dari kerja keras dan kegigihan.
"Al, banyak sekali orang yang menyanjung kamu, memuji ketampanan kamu, juga hebatnya sosok Altha, doa baik untuk pimpinan kita yang baik, meskipun kejam. Percayalah suatu hari kamu akan bahagia." Yandi menyemangati Al agar tidak terlalu berlarut dalam kesedihan rumah tangganya.
Panggilan masuk, laporan kediaman pelaku utama sudah ditemukan. Al meminta Yandi langsung menuju lokasi.
***
Sekuat tenaga Al menendang pagar rumah, sudah terkunci erat dan terlihat sudah tidak ada penghuni.
Aliya langsung memanjat pagar, lompat dan melangkah masuk ke rumahnya.
Pintu terbuka, seluruh isi rumah masih utuh, tapi tidak ada lagi kehidupan. Foto keluarga Al sudah tidak ada lagi.
"Di mana mereka semua?" Al langsung mengecek seluruh ruangan, pakaian sudah tidak ada lagi di tempat kecuali milik Al.
Senyuman Al terlihat, ternyata Papanya sudah pergi dan meninggalkan dirinya tanpa pemberitahuan.
Ruangan berantakan, Al masuk ke kamarnya melihat foto keluarganya. Ada Mama juga Papanya yang tersenyum dan terlihat sangat bahagia.
"Kenapa keluarga kita seperti ini? kalian tertawa dengan kehidupan masing-masing." Tangan Al memeluk foto keluarga bahagianya, meskipun semuanya sudah berakhir.
"Mama, mengapa pergi meninggalkan Al? seharusnya Mama pamitan, agar Al tidak merasa kesepian. Mama, kenapa Al dilahirkan jika akhirnya kalian tinggalkan? Papa mengapa memiliki wanita simpanan? apa Papa tidak bahagia memiliki Al dan Mama? kalian jahat meninggalkan Aliya di kegelapan, tanpa ada penerangan, tanpa ada sandaran. Tuhan kenapa tidak kau cabut saja nyawaku, atau cabut nyawa lelaki dan wanita perebut suami orang sekaligus anak-anak mereka tuhan. Aku ingin tertawa di atas mayat mereka." Al tertawa lucu melihat takdir hidupnya, sungguh menyedihkan sampai rasanya Al mati rasa.
"Jika aku bunuh diri pasti merasakan susah nafas juga menanggung sakit, jika lompat dari gedung bagaimana jika aku tidak mati, menabrak diri di mobil bagaimana jika aku cacat? sungguh menakutkan." Al merinding memikirkan jalan kematiannya.
"Perebut suami orang?" Al tertawa mengejek dirinya sendiri.
Pintu kamar terbuka, Altha menghidupkan lampu, membuka gorden jendela kamar Aliya.
Mata Al kebingungan melihat Aliya yang tersenyum memeluk bingkai foto, tapi foto sudah disobek dan berhamburan.
Bingkai yang Al peluk, foto dirinya sendiri yang sudah disobek menyingkirkan foto Mama dan Papanya.
Al kebingungan melihat senyuman Aliya, ada air mata yang tertahan di mata indah Al, tapi air tidak pernah keluar. Aliya menunjukan kesedihan dengan kebahagiaan palsu.
"Apa ini rumah orang tua kamu?" Altha menatap Aliya tajam.
"Hai tuan Al, kita bertemu kembali. Nona Al ingin berjabatan tangan." Aliya mengulurkan tangannya.
***
JANGAN LUPA VOTE DAN HADIAHNYA
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 501 Episodes
Comments
Suky Anjalina
dimas aja seorang ...
2024-09-16
0
Qaisaa Nazarudin
Kok Altha bisa ke sini? Mau apa dia kesini? Dan dari mana dia tau rumah Aliya??
2024-08-15
0
Devi Handayani
tuan al dan nona al akhirnya bertemu..... hadeehhhh ampe binggung bacanya.. ati ati typo aja thorr...... buat kita nambah derita bacanya😩😩😩
2022-11-14
0