Teman-teman Aliya sudah pulang ke rumah masing-masing, setelah dijemput kedua orangtuanya.
Masih teringat jelas caci maki ibunya Tio yang menyumpahi Al agar berhenti untuk membuat masa depan putranya hancur, Aliya juga mendapatkan tamparan.
Keluarga Tio akan menuntut keluarga Al, memastikan perusahaan Ayah Al hancur, jika Aliya masih tetap melibatkan putranya dalam pergaulan bebas.
Ibu Susan dan Helen juga sama, mereka memarahi Al yang bisa saja merusak masa depan anak mereka.
Hanya ibunya Udin yang pergi tanpa mengatakan apapun, tapi dari tatapan matanya terlihat kekecewaan terhadap putranya juga Al.
Kepala Aliya tertunduk, satu tangannya memegang jeruji besi yang sudah mengurungnya.
Berada di dalam penjara sudah biasa bagi Al, saat berusia tujuh belas tahun dia terlibat tawuran, lalu ditahan tiga hari. Kali ini yang ketiga kalinya tidak tahu harus berapa lama.
"Di mana orang tua kamu?"
"Sudah meninggal."
Seorang polisi duduk mendekati Aliya, sejak ibu Aliya meninggal lima tahun yang lalu Al berubah, ditambah lagi Papanya menikah.
"Sudah lima tahun Mama kamu meninggal, dia pasti sedih sekali Al melihat kamu seperti ini."
"Kenapa harus sedih? jika Mama menyayangi Al seharusnya dia tidak memilih mati." Senyuman Al terlihat, bahkan ada tidaknya dirinya tidak penting.
Langkah kaki seseorang masuk, menatap Aliya yang hanya tersenyum tanpa rasa bersalah.
Altha tidak menemukan bukti jika Al menggunakan barang terlarang, tapi perasaannya tetap mencurigai Aliya yang ada sangkut pautnya dengan perdagangan obat-obatan.
"Al ... Altha." Seseorang berlari mendekati Altha yang sedang bicara dengan Aliya.
Senyuman Al terlihat, Altha sungguh nama yang indah untuk seorang pria dewasa yang memiliki tubuh indah. Wajah Al sangat awet muda.
"Nama kita sama, di panggil Al. Tuan Al mulai sekarang berhati-hatilah, jangan sampai aku nona Al menyimpan dendam." Senyuman Aliya terlihat, menggoda Al yang menatap tajam.
Seseorang berlari mendekati Aliya, sungguh Al tidak percaya jika guru agama di sekolahnya menjadi penjamin kebebasan Al.
Pintu dibuka, Aliya melangkah pergi mengikuti Roby yang mengucapkan terima kasih kepada kepolisian.
Altha menatap punggung Aliya, saat Al berbalik tatapan Altha langsung ke arah temannya.
"Kenapa bapak bisa tahu saya ditahan?" Al menatap guru muda di sampingnya.
"Kak Al." Susan dan Helen langsung melambaikan tangannya di dalam mobil pick up.
Tatapan Al tajam, mobil apa yang sedang dibawa oleh guru aneh di depannya. Susan dan Helen langsung pindah duduk di dalam bak.
Al mengerutkan keningnya, langsung ingin masuk duduk di samping gurunya.
"Duduk di belakang Al?"
"Gila bapak ya? tidak mau. Memalukan." Bibir Al langsung monyong, menolak duduk seperti kambing.
"Jika kamu menolak, silahkan kembali masuk ke penjara." Roby melakukan ancaman kepada Al, karena tidak cukup jika hanya menasehati Al.
Pintu mobil ditutup sangat kuat, Roby mengusap dadanya karena pintu mobilnya yang sudah tua bisa lepas.
Aliya langsung naik ke dalam bak mobil, duduk bersama Susan dan Helen yang menutup wajah mereka menggunakan masker.
Mobil jalan membuat Aliya teriak panik, Susan langsung tertawa melihat ekspresi Al yang berpegang kuat.
"Tolong." Aliya rasanya ingin menangis.
"Kak Al lucu sekali." Susan tertawa sampai guling-guling di dalam bak mobil.
"Diamlah Susan sebelum aku kencing di celana." Aliya teriak kuat, rambutnya berterbangan.
"Bapak tolong saya." Al melambaikan tangannya kepada banyak pengendara lain.
Melihat Aliya yang berteriak meminta tolong , bukannya kasihan atau berniat menolongnya, tapi langsung tertawa.
Helen dan Susan sudah guling-guling melihat langit sambil tertawa melihat Aliya yang rambutnya sudah mirip singa.
"Kak Al sama siapapun tidak takut, tapi kenapa naik mobil ini ketakutan." Helen menatap mulut Al yang komat-kamit.
"allohumma barrik lana fiima rozaktana waqina adzabannar." Al berteriak kuat.
"Kak Al baca doa apa?" Susan langsung duduk, baru tahu jika Aliya pintar membaca doa.
"Tidak tahu!"
Suara tawa Helen terdengar kuat sekali, langsung memeluk Aliya agar tidak takut. Mereka harus menikmati perjalanan yang menyenangkan.
"Anji ...." Aliya teriak saat melihat mobil masuk ke area rumahnya.
Roby melangkah masuk untuk menemui orang tua Aliya, mencoba membicarakan agar Aliya bisa berubah.
Suara teriakan terdengar, Roby di dorong keluar memintanya sekalian membawa Aliya, Ayah Al sudah mencoret nama Aliya dari keluarganya.
Semua barang Aliya dibuang keluar, Susan dan Helen sampai bersembunyi karena ketakutan melihat pertengkaran Mama Papa Al.
"Kalian tidak punya hak mengusir aku, ingat ini rumah milik Mami!" Aliya langsung melangkah masuk, Mama Al berlari menarik Aliya untuk keluar.
Pertengkaran Aliya, Mama dan Papanya menjadi satu. Baju Papa sampai sobek, Aliya mengamuk bahkan mencekik kuat ibu tirinya.
"Jika kalian masih ingin hidup, jangan coba-coba menyakiti aku. Bisa saja aku membunuh kalian." Aliya mendorong Mamanya yang terlempar keluar rumah.
"Kamu memang iblis Al."
"Iya, aku memang iblis, jadi sebaiknya kalian berhati-hati." Senyuman Al terlihat sinis langsung melangkah masuk merampas kunci mobil, mengeluarkan mobilnya dan langsung pergi.
Roby tidak percaya melihat keluarga Aliya yang memperlakukan dirinya sangat buruk, mental Al sudah rusak karena tidak mendapatkan dukungan dari keluarganya.
"Pak ayo kita pergi." Susan dan Helen langsung masuk mobil.
Roby langsung melangkah pergi, mengharap Aliya baik-baik saja tidak membahayakan dirinya juga orang lain.
"Kasihan kak Al, dia harus mendapatkan pukulan setiap hari." Helen meneteskan air matanya.
"Iya, Papa seperti apa yang tega menyakiti putrinya sendiri. Kak Avi benar, dulu kak Al anak yang pintar, baik, lucu, tapi sejak Maminya meninggal dia langsung berubah, ditambah lagi kehadiran ibu tiri." Air mata susan menetes tidak bisa membayangkan berada di posisi Al.
***
Lampu merah terlihat, Aliya tidak menghentikan mobilnya sampai menabrak satu mobil mewah yang sedang lewat.
Polisi lalu lintas langsung turun tangan, Aliya memukul setir mobilnya melihat seorang wanita cantik keluar dari mobil.
"Kamu buta tidak melihat rambu-rambu lalu lintas?"
"Saya buru-buru, ada hal penting yang harus saya lakukan."
"Anak muda seperti kamu tidak punya sopan santun, setidaknya minta maaf." Citra menatap tajam, langsung menghubungi seseorang untuk memberikan wanita muda dihadapannya pelajaran.
"Saya akan bayar kerugiannya." Al menaikan nadanya.
"Saya tidak butuh uang kamu, kita bawa kasus ini ke jalur hukum."
Sebuah mobil berhenti, polisi yang menangani kasus tabrakan langsung berjabatan tangan dengan pemuda yang baru saja sampai.
"Ada apa Citra?" Al menatap kaget melihat Aliya yang terlihat berantakan.
"Dia menabrak mobil aku padahal sudah lampu merah, lihat penampilan dia Al mirip wanita kotor yang baru selesai melayani puluhan lelaki." Nada tinggi Citra terdengar menghina Aliya.
Tatapan Aliya melihat Altha, lalu menatap Citra yang menghinanya.
"Kamu akan menyesal dengan ucapan yang baru saja terlontarkan, karena bisa saja aku mengambil suami kamu yang membutuhkan kepuasan." Senyuman sinis Al terlihat.
"Saya suaminya, sedikitpun aku tidak akan tergoda dengan kamu. Silahkan pergi." Altha melepaskan Aliya, karena melihat kondisi Aliya yang berantakan.
Perasaan Altha tidak enak melihat Aliya yang pergi bersama seorang pria yang bukan berstatus keluarganya.
"Apa yang terjadi sampai rambut berantakan, baju sobek, juga banyak lebam di tubuh dan wajahnya." Batin Altha dalam hati.
***
SILAHKAN TINGGALKAN DUKUNGANNYA DENGAN LIKE COMENT DAN TAMBAH FAVORIT
VOTE DAN HADIAHNYA UNTUK MENSUPPORT NOVEL BARU AUTHOR.
***
ALTHA RAHENDRA
ALIYA NATUSHA
CITRA RATHAYU
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 501 Episodes
Comments
Nur Khalima
memang benar, tidak ada orang jahat.. hanya orang baik yang sudah lelah di sakiti secara fisik dan di rusak secara mental
2025-01-31
0
Suky Anjalina
tarik lagi ucapanmu altha
2024-09-16
0
Qaisaa Nazarudin
Cantikan Aliya kemana2..
2024-08-15
0