Aliya Natusha, dia biasanya di panggil Al. Wanita cantik yang hidup dengan bebas tanpa pengawasan kedua orangtuanya.
Saat ini usia Aliya sudah dua puluh tahun, tapi dia belum lulus sekolah tingkat atas, karena terlalu banyak ketinggalan kelas.
Orang lain dapat selesai dalam tiga tahun, sedangkan Al hampir enam tahun belum juga lulus.
Kenakalan Al membuat siapapun keluarganya tidak perduli, bagi mereka Aliya hanyalah anak pembawa sial yang merusak citra keluarga.
Pergi pagi, pulang subuh terkadang juga Aliya tidak pulang sama sekali sampai tiga empat hari.
"Masih hidup kamu Aliya?" tatapan mata tajam, melihat ke arah Aliya yang baru pulang.
"Emh, buktinya aku masih berjalan tidak mungkin mayat hidup." Al melangkah masuk ke dalam kamarnya, melihat kamar yang berantakan.
"Kenapa kamu tidak mati saja Aliya?" pintu kamar terbuka, langsung menendang kaki Al.
"Akan aku pikirkan cara mati paling enak seperti apa? silahkan keluar, jangan lupa tutup pintunya."
"Anak kurang ajar." Rambut Al ditarik, langsung dipukul.
Tendangan kuat menghantam perut wanita yang biasanya Al panggil Mama, wanita yang sudah menghacurkan hidupnya sampai ibunya bunuh diri.
"Aliya." Tamparan kuat menghantam wajah Al, darah keluar dari bibir dan hidung Al.
Tidak ada air mata, hanya suara tawa terdengar. Aliya membanting pintu kamarnya kuat sampai barang berjatuhan.
Tubuh Aliya langsung terpental ke arah tempat tidur, memejamkan matanya tidak perduli dengan darah juga rambutnya yang berantakan.
Besok ujian sekolah, Al tidak seperti anak lainnya yang belajar dia lebih pilih tidur. Tubuhnya terlalu lelah, membutuhkan energi untuk hari esok.
Suara anjing menggonggong terdengar, Aliya langsung mengangkat kepalanya melihat alarm. Langsung dimatikan, cepat Al masuk ke kamar mandi untuk pergi sekolah.
Suara keributan terdengar di dalam rumah mewah keluarganya, Al tidak mempedulikan sama sekali langsung melangkah pergi.
"Aliya, sebaiknya kamu pergi dari rumah ini. Papa tidak mengganggap kamu anak lagi, tolong berhenti membuat aku gila Aliya." Teriakan Papa Al masih menggema, sedangkan Aliya tidak perduli sama sekali.
Asap mengepul, Al duduk di dalam mobil sambil menghidupkan sebatang rokok. Sopir tidak berani memperingati Al, hanya bisa diam saja.
"Hidup aku sama seperti rokok, terbakar lalu dibuang dan dilupakan." Senyuman Al terlihat, dengan santainya masuk ke sekolah dengan bau rokok.
Suara teriakan teman-teman Al terdengar, mereka langsung berbagi kunci jawaban. Menyembunyikan di balik paha, lalu di lem dengan isolasi.
"Al, kamu tidak butuh contekan?"
"Tidak."
"Kenapa? ada masalah lagi."
"Tidak, aku tidak perduli soal kelulusan."
"Setidaknya kamu harus memiliki cita-cita, meskipun kita peringkat satu dari belakang." Susan tertawa, memukul kepala Helen yang mencoret pahanya untuk mendapatkan jawaban.
"Mungkin ini tahun terakhir aku di sini, jika tidak lulus aku akan menjadi wanita malam." Al memakan permen karet melangkah ke arah kelasnya.
"Wow, cita-cita kamu bagus sekali Al. Jika nanti kamu menjadi senior Om-om, tolong bantu aku mencari sugar Daddy." Helen tertawa merangkul Al yang langsung memukul kepalanya.
"Anak di bawah umur jangan banyak tingkah, jika tidak ingin hamil di luar nikah." Al tertawa langsung merangkul teman lelakinya untuk masuk kelas bersama.
Ujian terakhir, juga menjadi penentu kelulusannya. Hari terakhir Aliya menginjakan kakinya di bangku sekolah.
Guru pengawas masuk, melakukan pemeriksaan. Bau asap rokok tercium dari tubuh Al, kepala guru pengawas menggeleng meminta Al mengikutinya.
"Kamu masih merokok?"
"Iya, bahkan aku sudah bisa minum-minuman, sebentar lagi aku akan menggunakan obat-obatan. Kenapa bapak kepo sekali? urus saja hidup bapak sendiri, jangan capek-capek menasehati saya." Tatapan Al sinis langsung ingin pergi ke kelas, tapi tangannya ditahan.
"Kamu tidak pernah mencintai diri sendiri, setiap orang punya masalah Al, kamu jangan terpuruk hanya karena kamu tidak seberuntung orang lain."
"Pak Roby punya istri atau anak? jika belum punya malam ini ingin Al temani cukup bayar sepuluh juta satu malam." Al mengedipkan matanya kepada guru agama yang masih muda dan tampan.
Tidak akan ada yang bisa mengubah pendirian Al, sekalipun malaikat maut. Bagi Al hidupnya lebih menyenangkan jika hancur, dari pada berdiri dengan kata aku baik-baik saja.
Di dalam ruangan ujian, kertas soal langsung ditutup. Al melingkari lembar jawaban sesuka hatinya.
Teman-teman Al hanya bisa tertawa melihat tingkah Aliya yang menggoda guru pengawas, mata Al terpejam, langsung tidur menunggu jam ujian usai.
"Kamu tidak punya niat sekolah lebih baik pulang."
"Baiklah, saya pulang dulu pak. Selamat siang, jangan lupa makan, jika tidak nanti mati." Tangan Al mengusap wajah gurunya, langsung ditepis membuat satu kelas heboh.
"Bapak jangan munafik, jika sudah ada di atas Al nantinya ketagihan." Susan mengejek pengawas, membuat kelas semakin heboh.
"Punya bapak juga tidak terlalu besar, muat di dalam lubang." Al langsung berlari keluar kelas.
Guru hanya bisa menggelengkan kepalanya, sungguh prihatin melihat pergaulan Al yang tidak pantas untuk seorang murid.
Sepulang sekolah Al sudah dijemput oleh geng lamanya untuk bersenang-senang, suara teriakan ingin ikut terdengar.
"Siapa dia Al?" Avi menatap dua wanita muda.
"Dia Susan dan Helen, usia mereka baru tujuh belas tahun belum berpengalaman." Al meminta teman-temannya masuk.
"Sialan kamu Al, mengajari anak kecil jalan yang sesat." Avi berkenalan dengan Susan dan Helen.
Mobil melaju dengan kecepatan tinggi, balap-balapan sudah hal biasa bagi Al.
Mobil tiba di apartemen sederhana milik Avi, mereka semua langsung turun dan masuk ke dalam apartemen yang berisikan banyak lelaki.
"Aliya, murid paling bodoh yang tidak lulus."
"Diamlah, sebelum mulut kamu aku sobek, lebih baik kumpulan dana untuk kita dugem malam ini." Al membuka bajunya, tidak perduli ada laki-laki di depannya langsung mengganti baju seksi.
Rencana malam ini mereka akan melakukan transaksi jual obat, Aliya hanya tersenyum saja melihat teman-temannya yang menyusun rencana.
Mereka akan bertemu dengan seorang pengusaha kaya, juga ada beberapa anak muda yang akan terlibat di dalam perdagangan obat terlarang.
"Aliya, kamu hari ini ikut bergabung?"
"Aku tidak perduli apa yang kalian lakukan, tapi setidaknya aku ingin bersenang-senang."
"Kita harus berhati-hati malam ini, mungkin saja sudah ada beberapa polisi yang sudah mengincar keberadaan kita." Avi menatap teman-temannya yang menganggukkan kepala.
Susan dan Helen duduk di samping Al, beberapa tangan mulai menyentuh paha Susan.
"Singkirkan tangan kamu, jika tidak ingin putus." Al menatap tajam, meminta Susan menjauh dari pria mesum yang tidak bisa membayar mahal.
"Pelit sekali kamu Al?"
"Jika kamu belum kaya, juga belum bisa menjamin hidup enak, jangan coba-coba menyentuh mereka yang hanya untuk memuaskan keinginan bejat kamu." Nada bicara Al sangat dingin.
***
JANGAN LUPA LIKE COMENT DAN TAMBAH FAVORIT JUGA HADIAHNYA.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 501 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Menurut ku Al.mah kelakuannya emang udah kelewatan,Tapi mungkin juga ada sebabnya Al bertingkah kek gitu,Jadi kita gak boleh menyalahkan satu pihak..
2024-08-15
0
Lisa Sasmiati
nyimak terus
2022-04-04
2
Tina Agus
Al perem nakal tp BS jagaa diri salut🙋🙋
2022-04-03
2