Kepala Juna tertunduk, duduk di pinggir kolam berenang setelah berdebat dengan Papanya yang memilih pergi.
Aliya melihat punggung Juna yang paling berat menanggung perpisahan kedua orangtuanya, kedua adiknya belum memahami apa yang terjadi hanya dirinya yang memikul beban.
Baru saja ibunya pergi, tapi dengan mudahnya Papanya menghadirkan wanita lain. Juna juga merasakan kecewa dengan keputusan Mamanya, tapi bukan berarti begitu cepatnya tergantikan.
"Aku tahu kamu kecewa, tapi aku pastikan semuanya akan baik-baik saja."
"Pergi!" Juna berteriak kuat.
"Aku tidak akan mengambil posisi ibumu, merebut kasih sayang Papa kamu, juga mengambil tempat adik-adik kamu dan dirimu. Juna kita ada di posisi yang sama, Aliya tidak bisa menjadi ibu yang baik, tapi untuk sementara kalian membutuhkan aku." Al menenangkan Juna yang meneteskan air matanya.
"Pergi, aku tidak ingin melihat kamu."
"Suatu hari aku akan pergi, kamu tidak perlu mengusirku. Akan ada hari aku pergi dari sini, tapi tidak sekarang. Jangan menangis Juna, nanti kamu menjadi seperti aku yang kehabisan air mata juga tidak memiliki sandaran. Aku kehilangan sosok ibu, juga kasih sayang seorang ayah, dan aku pastikan kamu, Tika dan Mora tidak akan merasakan luka yang sama seperti diriku." Al langsung meninggalkan Juna yang mengusap air matanya.
Suara Tika menangis terdengar, melihat baby sister yang menjaganya sejak bayi memutuskan untuk berhenti.
Aliya hanya duduk santai melihat Tika yang memegang tangan melarang untuk pergi, suara tangisan Amora juga terdengar.
Al spontan langsung berlari untuk mengambil Amora, Tika juga langsung melangkah berlari memanggil kakaknya jika adik mereka menangis.
Pintu terbuka Al langsung mencium pipi Mora, tangisan langsung berhenti. Suara tawa mulai terdengar wajah mengemaskan Mora membuat Al tersenyum gemes.
"Anak pintar, tidak ingin ditinggal sendiri ya sayang." Aliya membantu Mora untuk duduk dan memeluknya.
Juna Tika muncul melihat Mora yang sudah berada dalam pelukan calon Mami tirinya, suara tawa Mora juga terdengar sangat nyaman bersama Al.
Tatapan Juna masih tajam, tidak menyukai kehadiran Aliya yang terlihat sangat santai.
"Mulai hari ini panggil Mami."
"Mami?" Tika menatap Juna yang langsung melangkah pergi.
***
Sudah larut malam Al menunggu kepulangan Altha, hujan deras juga turun sedangkan lelaki yang dia tunggu belum juga muncul.
"Di mana Altha?" Al langsung masuk ke kamar Tika yang tidur bersama Mora, langsung melihat ke arah luar yang sangat gelap gulita.
"Mami Tika takut dengan hujan?"
"Kenapa? hujan itu rezeki."
"Nanti ada petir, boleh minta peluk tidak?"
Aliya tersenyum, langsung naik ke atas ranjang sebelum tidur Al membuka bajunya dan menggunakan baju seksi karena dia tidak memiliki baju ganti.
Akhirnya Al tidur bersama dua bocah, Tika memeluknya erat sambil tersenyum bahagia karena Aliya sangat ramah meskipun masih kekanakan.
Sudah hampir subuh, Altha baru tiba dalam keadaan basah kuyup. Langsung menuju kamarnya untuk membersihkan diri, meletakkan baju Al di atas ranjang.
"Kenapa aku selalu tidak ingat waktu?" Altha langsung mengecek kamar Juna, putranya sudah terlelap tidur.
Langsung menuju kamar Atika, melihat Aliya dan Amora juga sudah terlelap tidur. Senyuman Al terlihat menatap Tika memeluk Aliya, sedang Mora ada di dalam boks.
Suara tangisan Amora terdengar, Al menutup telinganya tidak ingin mendengar dirinya sangat mengantuk.
"Mami, adik menangis." Tika menendang Aliya sampai turun dari ranjang.
Aliya langsung sempoyongan, melangkah mendekati boks langsung menggendong Mora yang diam dalam pelukan Al.
"Kamu mau apa? ini masih tengah malam." Aliya kaget melihat Altha sudah ada di belakangnya.
Al mengambil putrinya, langsung membawa keluar kamar Tika menuju ke kamarnya. Aliya langsung mengikuti, melihat punggung Altha yang sungguh indah di mata Al.
"Kamu lapar ya nak, sebentar ya." Altha membuatkan susu, Aliya hanya memperhatikan saja.
"Aku akan segera mencari baby sister, kamu hanya perlu mengawasi anak-anak. Paper bag itu isinya baju kamu, besok pagi kita menikah." Altha yang dingin bicara tanpa menatap.
Aliya tidak menjawab sama sekali, langsung melihat beberapa baju yang Altha belikan untuk ganti.
Kartu warna hitam di lempar ke atas ranjang, Aliya tersenyum melihat Altha yang sepertinya menghina dirinya.
"Apa kita memiliki surat perjanjian?"
"Tidak, aku tidak perduli apapun yang kamu lakukan, bagi aku cukup awasi anak-anak. Jika mereka terluka sedikit saja, kamu angkat kaki dari rumah ini." Altha menidurkan Amora yang sedang meminum susu.
"Aku bebas melakukan apapun, baiklah itu menyenangkan." Al tersenyum mengusap wajah Mora.
Altha menjelaskan semua aturan di rumahnya juga jarak antara mereka, Altha tidak akan menyentuh Aliya dengan alasan apapun karena tidak ada cinta di antara mereka.
Aliya menyetujuinya, melihat ponselnya yang mendapatkan panggilan dari Dimas. Aliya tidak berani mengangkatnya, pasti Dimas akan menghentikan pernikahan.
Altha menunjukkan kamar tamu khusus untuk Aliya, dilarang mengusik dirinya dan anak-anaknya.
"Sedekat apa hubungan kamu dan Dimas?"
"Rahasia."
"Kamu terlalu muda untuk berurusan dengan hal-hal kejahatan."
"Aku memang muda, tapi lebih berpengalaman dari kamu. Altha, kak Dimas tidak seburuk yang kamu kira, aku belum pernah melihat dirinya menyentuh barang haram, meskipun aku juga tidak menyangka kak Avi seorang bandar." Aliya menundukkan kepalanya.
Altha langsung melihat ke arah Aliya, mendengarkan cerita Al soal Avi. Mereka bertemu saat masih SMA, satu kelas dan satu perkumpulan. Aliya tinggal kelas, sedangkan Avi lulus.
Selama Aliya menggila Avi satu-satunya yang selalu ada di sisinya, mengenalkan Avi kepada Dimas sampai akhirnya mereka bekerja sama.
Aliya mengetahui soal transaksi obat terlarang, bahkan melihat langsung. Dirinya berpikir Pras yang memimpin ternyata Avi, wanita baik yang ternyata orang yang sangat kejam.
Usia Avi sangat muda, Aliya masih tidak percaya jika Avi bekerja sendiri. Pasti ada orang dewasa di belakangnya.
"Apa dia memiliki kekasih?"
"Tidak, kami dilarang menjalin hubungan karena akan membocorkan rahasia. Jikapun ada Aliya tidak tahu." Al menghela nafasnya.
"Bagaimana dengan perusahaan yang sudah digeledah?"
"Kalian tidak akan menemukan apapun di sana?"
Altha tersenyum, dugaannya tepat ada tempat lain sebagai penyimpanan data transaksi juga barang haram. Tidak banyak orang yang tahu, karena pasti terhubung dalam dan luar negeri.
"Aku akan menemukan gudang mereka?" Tatapan Altha tajam.
"Tidak semudah itu, mungkin tidak ada di sini. Sekalipun ada, kamu tidak bisa menemukan dengan menggunakan mata langsung."
"Maksudnya?"
"Kamu harus menggunakan mata orang lain, temukan orang yang mengetahui tempat itu maka baru ada jalan untuk menuju gudang, mungkin juga kalian tetap terlambat. Altha orang jahat semuanya pintar, kalian yang pintar terlalu bodoh di mata mereka." Suara petir terdengar, Aliya langsung memeluk Al yang kaget melihat Aliya memeluknya erat.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 501 Episodes
Comments
Lisa Sasmiati
seru dan seru Thor 👌🥲
2022-04-04
1
lidia
betul betul
2022-02-12
0
emak ⏤͟͟͞R
petir pembawa berkah 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
2021-12-26
0