Pintu rumah terbuka, Citra kembali ke rumah untuk mengambil barangnya yang masih tertinggal.
"Citra, ayo kita bicara." Al menarik tangan istrinya, masuk ke dalam ruangan kerjanya.
"Ada apa lagi Al?" kerutan tidak suka terlihat dari wajah Citra yang sudah lelah berurusan dengan suaminya.
Altha meminta kejelasan atas hubungan mereka, Al masih sangat berharap jika mereka memikirkan kembali kebahagiaan anak-anak.
"Sayang, aku sudah membicarakan perkejaan aku bersama tim. Sebisa mungkin aku akan meluangkan waktu untuk kalian." Tangan Al menggenggam tangan Citra lembut.
"Dulu aku sangat mencintai kamu, tapi tidak tahu kenapa sejak satu tahun ke belakang rasa cinta mulai pudar, pada akhirnya rasa cinta aku sudah hilang Al. Kamu tahu betapa buruknya hidup bersama tanpa cinta." Citra tidak menutupi apapun, dia mengakui jika tidak merasakan cinta lagi.
sesaat Altha masih diam, dia coba menenangkan hatinya yang terkejut dengan pengakuan istrinya.
Rasa cinta Al semakin lama bertambah besar, sungguh dirinya sangat mencintai istri dan anak-anaknya.
Tidak pernah terbayangkan jika istri yang sudah bersama lebih dari sepuluh tahun mengatakan rasa cintanya sudah hilang.
"Kamu yakin ingin bercerai? pikirkan lagi, mungkin kamu hanya kecewa kepada aku, tapi kamu masih menyimpan rasa cinta di hati kecil." Wajah Al terlihat sangat terluka, hatinya benar-benar hancur.
"Tidak Al, cinta ini benar-benar sudah lenyap. Sudah satu tahun aku mencoba meyakinkan diri, mengigat kembali bahagianya kita, tapi aku tidak bisa. Sebaiknya kita berpisah secara baik-baik demi anak-anak." Citra langsung melangkah pergi.
"Apa ada orang lain di hati kamu?"
"Kamu menuduh aku selingkuh?" Citra membalik badannya, langsung mendekati Altha yang masih berdiri.
"Apa ada yang membuat kamu nyaman?" tatapan Al tajam, tidak mungkin rasa cinta bisa berubah tanpa alasan.
"Iya, ada seseorang yang membuat aku nyaman."
Altha hanya bisa melihat punggung istrinya melangkah pergi, Citra menemui putra putrinya untuk memberikan nasihat agar menjaga diri dengan baik.
"Mama jangan pergi, Tika ingin bersama Mama." Air mata Tika langsung menetes, menggenggam tangan Mamanya.
"Maafkan Mama Tika, sekarang Tika sudah besar, nanti sesekali Mama akan menjemput kamu kita bermain bersama." Citra mencium kening putrinya, menatap putranya yang hanya melewati dirinya.
"Arjuna, jaga adik kamu." Mata Citra tertutup, langsung melangkah pergi tanpa menyentuh putranya yang juga tidak melihat ke arahnya sedikitpun.
Kepala Al menggeleng, wanita penyayang, lemah lembut sudah menghilang. Citra yang dulu tidak mungkin tega meninggalkan anak-anaknya, tapi sekarang bahkan tidak mempedulikan air mata putri mereka.
"Maafkan Papa nak, kalian harus menjadi korbannya."
***
Mobil Aliya memasuki area apartemen Avi, langsung melangkah masuk dengan tatapan marah.
"Beraninya Pras menyerahkan obat terlarang kepadanya, di saat polisi sedang berkeliling mengepung."
Aliya langsung menekan sandi apartemen, melangkah masuk melihat Avi sedang marah besar.
"Di mana Pras?" Al menatap teman-temannya yang terlihat sedang emosi semua.
"Pras melarikan diri membawa uang satu milyar, Dika dan Kenan sudah ditahan polisi. Jika sampai mereka buka suara soal keberadaan kita, maka kita juga akan membusuk di penjara." Suara teriakan Avi terdengar menyumpahi Pras yang menjebak mereka.
"Pras brengsek, dia juga menjebak aku menyerahkan obat sialan di tengah-tengah polisi yang sedang melakukan penggeledahan." Aliya membuka bajunya, langsung mengganti dengan baju lain, memperbaiki rambutnya yang mirip singa.
Keheningan terasa, semuanya sedang dalam keadaan gelisah karena salah satu teman mereka ditahan.
"Kenapa kalian takut? bukannya aku sudah mengatakan jika ini suatu hari terjadi." Aliya tersenyum melihat ketegangan.
"Apa yang harus kami lakukan Al?" Dimas menatap keluar apartemen dengan perasaan gelisah memikirkan adiknya Dika dan sahabatnya Kenan.
"Kak Dimas yang mengajari Al untuk membalik fakta, kita tidak bisa membantu Kenan dan Dika untuk lolos, tapi setidaknya kita bisa mengurangi tuntutan."
"Tidak, aku tidak setuju Al terlibat. Sejak awal kamu tidak pernah ikut kami untuk berdagang barang haram." Avi meremas rambutnya.
"Apa Kenan dan Dika positif sebagai pemakai? apa mereka juga mengakui sedang melakukan transaksi?" Aliya menghubungi Anggun, pengacara yang menangani kasus teman-temannya.
"Kalian pikir mereka bodoh Al, kita pastikan Kenan dan Dika tidak akan ditahan." Anggun langsung duduk di samping Avi yang terkejut melihat Anggun sudah muncul.
"Mereka positif tidak kak?" Al duduk di depan pengacara cantik yang menjadi teman Al sejak dirinya suka tawuran.
"Negatif."
Suara tawa terdengar, sungguh bodohnya para polisi yang bisa tidak mengetahui.
"Aliya dan kak Anggun sebaiknya jangan ikut campur. Kita saja yang mengurus Pras, dia harus bertanggung jawab juga menggantikan Kenan dan Dika." Avi menatap serius, dia tidak ingin orang yang tidak bersalah bisa terlibat.
"Kalian harus berhati-hati dengan dia." Anggun menunjukkan foto seseorang.
"Altha." Aliya mengambil ponsel Anggun.
"Kamu mengenal dia Al?"
Kepala Aliya mengangguk, dia mengenal tuan Al yang sangat dingin dan pemarah.
"Dia Altha Ravindra, bergelar Komjen juga ketua di divisi kejahatan. Sudah banyak orang yang mendekam di penjara ulah dia, karena Altha tidak akan memberikan peluang sedikitpun untuk melarikan diri." Anggun menjelaskan, jika saat ini Altha sedang tidak terlalu fokus, karena ada masalah rumah tangga.
Anggun mengetahui, jika istri Altha meminta untuk bercerai, sehingga Altha mengurangi jadwal kerjanya.
Aliya tersenyum sinis, akhirnya dia bisa mempunyai kesempatan untuk menjatuhkan Altha, memberikan pelajaran kepada istri Altha yang menghinanya.
"Al, apa yang kamu pikirkan?"
"Apa Altha kaya?"
"Tentu, dia memiliki gaji besar, juga memiliki bisnis yang terus mengalirkan uang. Istrinya juga seorang dosen yang memiliki penghasilan besar, kabarnya juga dia memiliki butik yang memiliki banyak pelanggan dari kalangan atas."
"Bantu aku menjadi istrinya, kita jebak Altha. Dia pasti akan mengejar Pras, di sana kita bisa memberikan Pras pelajaran."
Semuanya teriak kaget, tidak setuju dengan usulan Aliya yang sangat konyol ingin menjadi istri seorang polisi.
"Al, kamu jangan gila. Dia pria gila yang ditakuti banyak orang. Di balik kelebihan dia yang memiliki kemewahan, dia calon duda beranak tiga. Sekali lagi aku katakan anak tiga." Anggun berteriak, langsung melangkah pergi untuk mengurus kasus Kenan dan Dika.
Aliya tidak perduli soal anak-anak Altha, dia hanya membutuhkan status sebagai istri agar wanita yang sudah menghinanya tahu, jika mudah bagi Al untuk ada di posisi dia.
Dalam hidup Al tidak butuh cinta, selama ada yang menanggung hidupnya sudah lebih dari cukup. Jika suatu hari bercerai, berstatus janda muda bukan hal yang menakutkan.
"Aliya, guru kamu menghubungi aku."
"Siapa?"
"Pak Roby." Avi menyerahkan ponselnya, jika Roby sudah ada di parkiran.
***
JANGAN LUPA VOTE DAN HADIAHNYA UNTUK MENSUPPORT NOVEL BARU AUTHOR
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 501 Episodes
Comments
De'Ran7
buat orang tua..ya merhatiin anak² yoo..anak² jga butuh perhatian..kan jadinya kek gitu tuh kalo dah besar tanpa cinta n kasih sayang dari orang tua
2022-10-22
1
Lisa Sasmiati
keren ceritanya Thor 👍👌🙏
2022-04-04
0
lidia
pak roby menolong krn kluarga atw mksd yg lain
2022-02-12
0