Langkah kaki Aliya berlari kencang, dia tidak ingin berurusan dengan Roby untuk sementara waktu. Kondisi mereka sedang tidak memungkinkan untuk diketahui oleh orang luar.
Sudah satu minggu Aliya bersembunyi bersama teman-temannya, bahkan Susan dan Helen tidak bisa menghubunginya.
Mobil mewah berhenti di samping Aliya, membuka kaca jendela mobil meminta Aliya masuk.
"Kak Kenan." Al tertawa langsung masuk, ternyata ada Dika dan Dimas juga di dalamnya.
"Kenapa kamu berlari kencang?"
"Ah biasalah, guru Al selalu datang untuk mencari Al. Dia sangat menganggu."
Kenan tersenyum, berbeda usia dua tahun membuat keduanya sangat dekat, begitupun dengan Dika yang pernah satu kelas dengan Al, usia mereka terpaut dua tahun.
"Kak Dim, bagaimana soal Pras?"
"Kita hanya mendapatkan setengah dari uang yang hilang, sedangkan Pras berhasil melarikan diri dari kota ini."
Aliya menganggukkan kepalanya, mereka semua masih beruntung karena Kenan dan Dika berhasil keluar dari penjara dengan aman, tanpa penyelidikan yang lebih detail.
Anggun berhasil membereskan kasus, karena Altha tidak konsentrasi di kantor. Mereka semua harus mengalihkan perhatian Al, agar bisa menghilangkan jejak.
Mobil melaju dengan kecepatan tinggi masuk ke dalam markas yang dari luar terlihat sangat kumuh, sedangkan di dalamnya bangunan mewah milik Dimas dan bawahannya.
Langkah kaki Aliya memasuki markas bersama ketiga pria yang sudah menjaganya selama lebih dari tiga tahun.
Di dalam markas sudah terdengar suara tawa dua wanita, Aliya berlari langsung memeluk Anggun yang selalu meyelamatkan mereka.
"Bagaimana keadaan kalian berdua hampir satu minggu di penjara?" senyuman Avi terlihat menatap Kenan yang menunjukkan perutnya membuncit, karena tidak olahraga.
"Gila, di sana makanan lemak semua." Kenan mengusap perutnya, merasakan ada baby di dalamnya membuat Aliya tertawa.
"Dim, aku ingin bicara."
"Tidak ada yang harus kita bicarakan Anggun, aku tidak akan berhenti sampai tujuan lama berhasil." Dimas langsung melangkah pergi, meminta siapapun yang melihat Pras harus melapor, Dimas sendiri yang akan menyingkirkan Pras.
Aliya diam melihat kemarahan Dimas, sosok pria dewasa yang pernah Al temukan saat dirinya berusia lima belas tahun, Dimas seperti sosok ayah bagi Al yang selalu melindunginya.
Meskipun semua orang mengenal Dimas sebagai pria jahat, tapi bagi Al dia pria yang sangat baik. Apapun alasan Dimas memilih menjadi orang jahat, berawal dari pengkhianatan.
Menjadi orang baik hanya akan menjadi pijakan kaki, selalu diremehkan dan tidak dianggap penting. Saat menjadi orang jahat, menjadi orang kedua yang ditakuti selain tuhan.
Tatapan Al juga terarah kepada Anggun, wanita cantik berusia dua puluh tujuh tahun. Wanita yang selalu menemani Dimas dalam suka dan duka, tapi kehadiran Anggun hanya sebatas adik, tidak akan bisa mengobati luka Dimas yang dikhianati wanita yang dicintainya.
Kenan, Dika, Avi dan Aliya empat anak muda yang selalu bersama, mereka pernah satu kelas dengan kenakalan masing-masing.
"Al, ayo kita keluar." Avi tersenyum, menatap Kenan dan Dika yang sedang berdebat.
"Ingin ke mana kalian?" Dika langsung melangkah mendekat ingin ikut pergi.
"Kita tidak masalah meninggalkan kak Dimas dan Anggun, bagaimana jika ada setan yang menggoda mereka? buka bajunya, celananya." Kenan tertawa membayangkan wajah Dimas.
"Mulut kotor, kak Dimas sudah mati rasa jika dia berhubungan dengan wanita sesuai bayaran, tidak mungkin dia menyentuh Anggun." Tangan Dika memukul kepala Kenan yang bermain-main.
Mobil Dimas yang dikendarai oleh Aliya keluar dari gedung, langsung melewati jalan sepi dengan kecepatan tinggi.
Avi meminta Aliya menuju ke suatu tempat, tanpa banyak bertanya Aliya langsung menurut saja.
"Kenapa kita ke kampus?" Kenan menatap tajam, banyak wanita cantik berkeliaran.
"Daftar kuliah apa lagi, aku sudah menunggu kamu cukup lama Al agar kita bisa kuliah bersama." Pintu mobil terbuka, Avi menarik Aliya untuk masuk ke kampus.
"Apa gunanya kita kuliah? aku tidak membutuhkan gelar sarjana."
"Tidak penting gelarnya, kita hanya membutuhkan kehidupan normal. Jika tidak kuliah, maka harus berkerja."
"Masih ingat ucapan satu minggu yang lalu, aku ingin menikah."
"Al, jangan main-main." Avi terkejut, jika Aliya masih menginginkan Altha demi balas dendam kepada Citra.
Kenan dan Dika terkejut, tidak mempercayai ucapan Al yang ingin menikah apalagi lelaki yang dia inginkan seorang polisi.
"Siapa dia?"
"Polisi, calon duda beranak tiga." Avi menarik tangan Aliya untuk masuk bersamanya.
"Aliya tidak normal, kita yang tampan dan gagah tidak dia inginkan, tapi mengincar duda banyak anak." Kenan langsung berlari mengejar Aliya dan Avi.
"Apa dia sugar Daddy? usianya lima puluh atau delapan puluh tahun? Kamu harus menyiapkan racun, minta dia menadatangani pemindahan harta , lalu singkirkan." Dika merinding membayangkan kakek-kakek.
"Dia mantan istrinya." Mata Aliya menatap tajam ke arah wanita yang berjalan sambil tersenyum bersama mahasiswi yang sedang memberikan beberapa pertanyaan.
"Wow cantik sekali." Kenan menyentuh dadanya, sungguh merasakan sejuk melihat Citra yang sangat cantik, saat tersenyum memperlihatkan kecantikan yang luar biasa.
"Aku siap menjadi pengganti suaminya?" Dika menundukkan kepalanya langsung mengikuti Citra yang melewati Aliya.
"Dia masih muda dan sangat cantik Al, lihatlah dua manusia monyet memilih mengikutinya." Avi berjalan bersama Aliya untuk mendaftar kuliah.
Selesaikan melakukan pengisian data, Aliya langsung pamitan ke toilet. Wajah Al kebingungan melihat lokasi baru yang tidak dia ketahui.
"Susah sekali mencari toilet. Nah itu dia." Al berlari masuk ke dalam.
Suara gemericik air terdengar, Aliya melihat Citra yang sedang memperbaiki make-upnya. Al baru menyadari jika dirinya masuk ke toilet dosen, bukan mahasiswa.
"Apa yang kamu lakukan di sini? jangan membuang-buang waktu dosen untuk mengajari anak-anak pemberontak, kamu tidak diterima." Senyuman licik penuh penghinaan, melihat Aliya sangat menjijikan bagi Citra, dia sangat tidak menyukai wanita seperti Al yang tidak memiliki bakat apapun.
"Kami datang ingin memberikan sedikit asupan ke dalam mulut dosen seperti anda, bukannya kalian membutuhkan uang dari kami. Ayolah jangan munafik, kamu pasti siswa yang berlindung di bawah ketiak orangtua sehingga tidak tahu enaknya hidup bebas." Al tersenyum sinis, mengambil lipstik Citra menulis di kaca kata sampah.
"Inilah kamu, sampah."
"Kamu bukan hanya tidak terdidik, tapi tidak tahu sopan santun. Di mana peran orang tua punya anak, tapi mirip wanita kotor. Bukan mirip, tapi memang kotor, tulisan ini lebih pantas untuk kamu. Sampah."
"Jangan khawatirkan aku, tapi pikirkan saja nasib anak-anak kamu dia calon anak yang mirip dengan aku. Aku anak yang dibuang oleh sampah, sedangkan kamu ibu sampah." Al langsung tertawa melambaikan tangannya melangkah pergi.
Kebencian Aliya kepada Citra semakin besar, tekatnya semakin kuat ingin memiliki Altha.
"Tunggu saja, mungkin aku membuat kamu menyesal sudah bertemu."
***
Tinggalkan vote, juga hadiahnya untuk mensupport novel baru AUTHOR.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 501 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Di sini Citra lah yg memulai mengibar mendera perang,Gak pernah ketemu gaknpernah kenal,Langsung menilai orang buruk...🙄🙄🙄
2024-08-15
0
Suky Anjalina
dia Deddy Dimas kan
2023-09-19
1
Devi Handayani
wahhh seru juga nihh😆😆😆😆
2022-11-14
0