Persidangan perceraian dimulai, Altha dan Citra tidak saling pandang sama sekali. Hubungan keduanya sudah tidak bisa mediasi, Citra meminta proses cerai diselesaikan dengan cepat.
Altha hanya diam saja, dia tidak melakukan apapun. Menerima semua keputusan Citra, dan tidak berharap hubungan mereka baik kembali.
Akhirnya perceraian keduanya disetujui, belum selesai pembicaraan Altha langsung melangkah pergi. Meminta surat resmi cerai mereka segera keluar.
Citra menatap punggung Altha, ada rasa sedih di hati kecilnya kehilangan lelaki yang pernah sangat dicintainya.
Cepat Citra berlari keluar mengejar langkah Altha yang menuju parkiran, cinta tidak ada yang berakhir dengan indah.
"Altha, bagaimana keadaan Mora?" Citra berdiri di belakang Al.
"Jika kamu ingin tahu, jenguk anak kamu karena aku tidak pernah melarang kalian bertemu, masalah hak asuh akan segera diurus oleh pengacara." Al tidak menoleh sedikitpun, langsung berjalan menuju mobilnya.
"Altha maafkan aku."
Ucapan Citra tidak mendapatkan jawaban, mobil Al sudah melaju pergi. Melewati Citra yang terlihat sangat sedih.
Panggilan dari Aliya masuk, Al mengerutkan keningnya langsung memasang earphone dan menjawab apa yang diinginkan oleh istri mudanya.
Kepala Altha menggeleng, memijit pelipisnya langsung menuju ke lokasi Aliya yang sedang ada di supermarket.
"Apa kamu tidak bisa melakukannya sendiri?"
"Tidak bisa, urusan anak-anak juga tanggung jawab kamu, daripada uang banyak habis hanya karena membeli susu yang salah, lebih baik kamu yang memilih sendiri." Senyuman Aliya terlihat, mendorong Altha untuk memilih susu kotak untuk Mora dan Tika.
Altha melihat beberapa susu kotak, Aliya hanya berjalan mengikuti Al yang terlihat kebingungan.
"Apa alasan kalian bercerai?"
"Bukan urusan kamu."
"Aliya akan menjawabnya, pasti kurangnya komunikasi. Tuan Al lama bersama memang baik, tapi kebiasaan baik ini akan di anggap sepele. Sebenarnya kalian ada di fase bosan."
Altha menatap tajam Aliya, menjentikkan jarinya di kening gadis bodoh dihadapannya yang tidak lulus.
"Sebenarnya hubungan kalian masih bisa diperbaiki, kecuali jika sudah tidak cinta lagi." Al langsung berlari ke arah es krim, mengambil banyak sekali es krim kesukaannya.
Altha hanya diam, mungkin Aliya benar jika dirinya terlalu kecewa saat Citra mengatakan tidak cinta lagi.
Percuma dirinya berjuang, jika sudah tidak ada cinta. Mempertahankan hanya akan saling menyakiti.
"Cepatlah, aku tunggu di tempat kasir."
Aliya langsung mengikuti langkah Altha, meletakan belanjaannya.
"Kenapa banyak sekali cemilan?"
"Hehe." Al hanya tersenyum saja, baru saja mengeluarkan kartu Altha sudah menyerahkan kartunya.
Senyuman Aliya terlihat, menatap punggung Altha yang membawa belanjaan mereka untuk pulang ke rumah.
"Mulai besok sudah ada dua baby sister yang akan menjaga anak-anak, kamu awasi mereka agar keamanan anak-anak terjaga." Altha melihat Aliya yang sedang makan es krim.
Kepala Altha menggeleng, sebenarnya dia salah pilih wanita. Bukan Aliya yang menjaga anak-anak, tapi anak-anak yang akan menjaga Aliya.
"Kamu butuh baby sister juga Aliya?"
"Tentu, tapi harus cowok. Nanti kita bisa dugem bareng." Al menutup mulutnya, langsung melihat ke arah jendela mobil.
"Berapa usia kamu?"
"Dua puluh, usia tuan Al 28 tahun. Usia berapa menikah? kenapa bisa punya anak tiga?"
"Diamlah Aliya."
"Jika kalian menikah usia 25 tahun, berarti Juna bukan anak kalian?" Aliya teriak, Altha mengerem mobil dadakan.
Suara Altha tinggi membentak Aliya, Arjuna putra kandungannya. Mereka menikah usia muda, sekarang Juna hampir delapan tahun, penikahan Altha sudah lebih dari sembilan tahun. Bisa-bisa Aliya berpikir jika Juna bukan darah dagingnya.
"Kenapa kamu marah? makanya jika ditanya jawab, saat dituduh hal buruk marah. Dasar polisi aneh, turunkan Aliya sekarang." Suara Al tidak kalah tinggi.
Aliya langsung keluar mobil, membanting pintu meminta Altha pergi. Tanpa banyak pikir Altha langsung meninggalkan Aliya di pinggir jalan.
"Yes, akhirnya malam ini bisa bersenang-senang." Aliya tersenyum melihat satu mobil berhenti.
"Kak Al, Susan rindu."
"Ayo kita masuk dulu." Al langsung menyapa Helen, Udin dan Tio yang sedang menyetir mobil.
"Kak Al, kenapa sudah lama tidak terlihat?" Helen memeluk Aliya erat.
"Banyak hal yang terjadi, sulit dijelaskan. Sebaiknya kita segera bersenang-senang."
"Besok kita mengambil hasil kelulusan, kak Al jangan lupa datang untuk merayakan?" Udin tersenyum melihat Aliya baik-baik saja.
Mobil melaju ke tempat yang sudah mereka janjikan, Tio yang belum mendapatkan SIM sudah kebut-kebutan di jalanan.
Kepala Aliya, Helen dan Susan langsung menoleh ke belakang. Mobil polisi sudah mengejar mereka meminta berhenti.
"Oh tuhan tolonglah aku, janganlah kau biarkan diriku masuk penjara." Aliya langsung memukul kepala Tio yang melanggar lalu lintas.
"Udin juga tidak ingin masuk surga."
"Penjara oon." Helen menendang kursi di depannya.
"Dasar makhluk berdosa kamu." Al mendorong pundak Udin sambil tertawa kuat.
Tio semakin mempercepat laju mobilnya, meminta Aliya melakukan sesuatu jika tidak acara mereka akan batal.
Al memberikan arahan jalan, mencari jalur sepi agar tidak membahayakan pengendara lain.
"Di depan ada simpang tiga, kamu lurus dan langsung belok. Ingat jangan membahayakan orang lain."
"Jangan membahayakan kita juga, Susan masih jomblo."
"Belok sekarang Tio, lalu belok kiri dan kita bebas." Aliya tersenyum melihat ke belakang melihat mobil polisi tidak punya kesempatan untuk belok.
"Yeee, kita bebas." Helen dan Susan sudah joget-joget.
"Orangtuanya Tio akan bermasalah soal mobil, Al tidak ikut campur ya." Aliya tersenyum melihat Tio tidak perduli.
Mobil berhenti di depan hotel mewah, mereka semua langsung masuk ke acara pesta ulang tahun. Sebelum masuk ganti baju terlebih dahulu, dan mulai berpesta.
Di dalam acara pesta sudah ramai, Al dan teman-temannya langsung bergabung untuk bersenang-senang.
"Siapa yang ulang tahun Tio?"
"Putri pemilik hotel ini, namanya Adinda."
Aliya melihat ada Citra di antara Adinda dan seorang pria tua yang tersenyum merangkul Citra.
"Siapa wanita cantik di samping Dinda?" Al menatap Tio yang berpacaran dengan putri pemilik hotel.
Dinda langsung melambaikan tangannya, melangkah mendekati Tio yang datang bersama teman-temannya.
"Sayang, siapa wanita yang berdiri bersama Papa kamu?"
"Oh, dia kak Citra calon istrinya kakak aku. Dia juga seorang dosen." Dinda berkenalan dengan Aliya, Udin, Susan dan Helen.
Al menatap tajam, seleranya ingin berpesta langsung lenyap melihat Citra yang bisa tertawa, tanpa ada rasa bersalah terhadap anak-anaknya.
Suara musik berdentum, semua orang menikmati musik yang membuat tubuh bergoyang.
"Ayo Al kita mengambil minum."
"Kalian duluan saja San, aku ingin melakukan panggilan sebentar." Aliya langsung melangkah pergi, tidak sengaja menabrak seseorang yang membuat Aliya kaget.
"Aliya, kamu ada di sini?"
"Pak Roby." Al menatap kaget, langsung melihat ke arah Citra yang memanggil nama Roby.
***
JANGAN LUPA VOTE DAN HADIAHNYA UNTUK MENSUPPORT NOVEL BARU AUTHOR
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 501 Episodes
Comments
Lisa Sasmiati
citra ternyata emak yg nggak perasaan 😢 citra emak yg nggak patut di tiru 😰☹️😡
2022-04-04
0
⏤͟͟͞R◇Adist
jgn bilng pak Roby calon suami citra
2021-11-21
5
Suky Anjalina
makin seru aja Thor 👍👍
lanjut
2021-11-21
0