"Lian'er, ingin beli lauk apa?" tanya seorang wanita.
"Seperti biasa, Bibi Lin," jawab Mu Lian.
"Sudah satu bulan kau tidak terlihat kenapa tiba-tiba datang lagi?" kata Bibi Lin.
"Juru masak kami kabur. Padahal masakannya sangat lezat," kata Mu Lian murung.
"Kabur bagaimana? Kau ini ada-ada saja," kata Bibi Lin sambil tertawa.
"Entahlah, Master Yi sampai harus mencarinya," gumam Mu Lian.
Kemarin malam Meng Zhi dan Meimei datang untuk makan malam bersama. Namun setelah satu jam menunggu, tidak ada satu pun hidangan yang disajikan di meja.
Mu Lian dan Mu Haoucun mencari Li Zizhou di sekitar rumah namun tidak ketemu. Hari itu Master Yi berpatroli di sekitar lembah sehingga baru mengetahui kabar Li Zizhou setelah sampai di rumah Mu Haoucun.
Master Yi meminta maaf atas sikap Li Zizhou kemudian segera pergi mencarinya. Selama dua hari tidak ada kabar dari Master Yi maupun Li Zizhou.
Mu Lian yang belum bisa menyalakan api terpaksa membeli makanan untuk sarapan dan makan siang. Malamnya Meimei yang datang bersama Meng Zhi untuk makan bersama, membantu Mu Lian memasak.
"Aku ingin segera naik ke level pembentukan pondasi," gumam Mu Lian.
"Ada apa, Lian'er?" kata Bibi Lin sambil menyerahkan beberapa bungkus lauk.
"Tidak apa-apa. Terimakasih, Bibi Lin," kata Mu Lian.
Mu Lian sarapan bersama Mu Haoucun. Kemudian berbincang sambil minum teh untuk menyegarkan lidah. Mu Lian menanyakan tentang level kultivasi.
Setelah meminta keterangan level kultivasi Mu Lian, bukannya menjawab pertanyaan Mu Lian, Mu Haoucun malah mengajak Mu Lian untuk ikut bersamanya ke bukit selatan. Mu Lian pun pergi ke klinik untuk meminta ijin.
"Kakek apa kita akan pergi bersama Jiaojiao, Mutong, Changyi dan Liuzhi?" tanya mu Lian.
"Inginnya sih kita berdua saja yang pergi. Tapi kakek tidak bisa menelantarkan murid kakek terlalu lama," jawab Mu Haoucun.
Mu Lian tersenyum dan melingkarkan tangannya di lengan Mu Haoucun. Beberapa penduduk yang melintas berhenti untuk menyapa dan berbincang.
Mu Haoucun dengan bangga menunjukkan Mu Lian sebagai cucu kesayangannya kepada setiap penduduk tersebut.
Mu Lian yang malu hendak melepas tangannya namun tidak bisa. Mu Haoucun tidak membiarkan Mu Lian melepaskan tangannya.
Mu Haoucun melepaskan Mu Lian setelah sampai di bukit selatan. Changyi, Jiajiao, Mutong dan Liuzhi sudah berdiri menunggu Mu Haoucun. Mereka gembira melihat Mu Lian ikut bersama Mu haoucun.
Mereka berbincang beberapa saat kemudian diam ketika Mu haoucun berdiri di hadapan mereka. Kelas pun dimulai dengan khidmat.
Menjelang sore hari, Mu Haoucun menutup pelajaran dengan mengingatkan materi apa yang akan disampaikan keesokan harinya.
Tak lupa mengingatkan murid-muridnya untuk menyiapkan alat-alat untuk membuat pil karena sudah lama mereka tidak membuat pil.
Mu Lian yang mendengarnya pun terlihat sangat antusias untuk melihat proses pembuatan pil.
"Aku akan mengingatkan kalian berkali-kali meskipun kalian bosan mendengarnya," kata Mu Haoucun melanjutkan
"Tanaman herbal ada yg berusia pendek dan ada yang berusia panjang.
Tapi pada akhirnya bagaimana?
Mereka dicabut kemudian diracik menjadi obat atau dibuat menjadi pil.
Dari mereka puluhan bahkan jutaan manusia selamat.
Dari mereka lahir kultivator-kultivator hebat.
Semuanya berawal dari sejumput rumput spiritual ini, atau sebuah ginseng berumur 100 tahun ini.
Sekarang aku tanya berapa umur kalian?
Apa tujuan hidup kalian?
Sudah berapa banyak kalian membantu orang lain?"
Malam itu Mu Haoucun dan Meng Zhi berbincang tanpa kehadiran satu sahabatnya. Sepertinya Master Yi belum menemukan keberadaan Li Zizhou.
Karena tidak ada Master Yi, Mu Haoucun mengajak Meimei berbincang bersama dirinya dan Meng Zhi agar suasana lebih meriah.
Mu Lian hanya mengamati dari pinggir namun pandangan matanya tidak mengarah pada ketiga orang yang sedang berbincang tersebut. Mu Lian larut dalam pikirannya.
[Jadilah orang yang berguna bagi orang lain, seperti tanaman herbal ini]
Mu Lian adalah seorang nona muda. Mu Lian tumbuh dewasa dengan orang disekitarnya yang menjadikan dirinya pusat kehidupan mereka. Apapun keinginan Mu Lian selalu di penuhi oleh orang-orang disekitarnya.
Layaknya Bumi yang mengelilingi matahari. Namun, Matahari sebagai pusat Bumi pun masih bermanfaat bagi Bumi. Matahari memberikan cahayanya sebagai penopang segala kehidupan yang ada di Bumi.
Fajar menyingsing, mewarnai langit yang awalnya gelap menjadi kemerahan sebelum akhirnya menjadi biru. Burung-burung berkicau mengiringi proses tersebut membangunkan penduduk Lembah Ufuk Timur.
Mu Lian berbaring di tempat tidurnya dengan mata terbuka sepanjang malam. Meskipun Mu Lian terjaga sepanjang malam, tubuh dan pikirannya masih terasa segar karena banyak hal yang dipikirkan.
Langkah kaki terdengar menuruni tangga. Mu Lian bangkit dari tempat tidurnya dan berganti pakaian. Dia membeli sarapan dengan semangat karena ingat hari ini akan melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana proses membuat pil.
Mu Lian membeli lauk di toko Bibi Lin dan berbincang sebentar. Tak lama seorang ibu datang membeli lauk. Bibi Lin menyapa ibu itu kemudian berbincang dengannya.
"Ibu Chong bagaimana keadaan mertua anda?" kata seorang wanita yang baru datang.
"Belum membaik, Ibu Kang. Kami harus bolak-balik Desa Mahogani-Lembah Ufuk Timur selama beberapa hari ini," kata Ibu Chong.
"Aiyaa, aku punya anak gadis seumur Lian'er. Anak gadisku bisa menangani pekerjaan rumah sementara aku membantumu mengurus rumah jika kalian di Desa Mahogani," kata Ibu Kang.
Mu Lian yang tiba-tiba diungkit hanya mengangguk tersenyum kepada Ibu Chong ketika bertatapan dengannya.
"Benarkah? Kalau begitu aku akan merepotkanmu, Ibu Kang. Terimakasih," kata Ibu Chong.
"Tidak perlu. Kita ini sudah bertetangga semenjak kita dalam kandungan. Aku sudah menganggapmu sebagai saudariku," kata Ibu Kang.
"Kau ini bisa saja," kata Ibu Chong sambil tertawa.
Ibu Chong, Ibu Kang dan Bibi Lin kemudian berbincang dengan Mu Lian. Setelah berpamitan, Mu Lian pulang ke rumah Mu Haoucun.
Di sepanjang jalan Mu Lian melihat beberapa penduduk yang saling menawarkan bantuan seperti yang dilakukan Ibu Kang. Mu Lian mulai melihat bahwa menawarkan bantuan kepada seseorang itu bagus juga.
Mu Lian pun semakin giat mengamati keadaan di sekitarnya. Mencari seseorang yang membutuhkan bantuan. Beberapa saat kemudian Mu Lian berpapasan dengan Bibi Wang.
Tangannya penuh dengan bungkusan, ketika ditanya ternyata Bibi Wang habis membeli sembako. Mu Lian menawarkan bantuan kepada Bibi Wang yang diterimanya dengan senang hati.
Baru saja Mu Lian melewati pintu gerbang Bibi Wang, dia ditabrak oleh seorang ibu. Tubuh mereka terpental dan keduanya jatuh ke tanah.
Si ibu dengan raut cemas meminta maaf kepada Mu Lian karena sibuk memikirkan anaknya, dia tidak memperhatikan jalan di depannya.
Mu Lian mengetahui dari ibu itu bahwa anaknya sakit. Dia dan suaminya hendak membawa sang anak ke klinik tapi tidak jadi karena sang anak buang air besar terus.
Mu Lian pun menawarkan dirinya untuk memeriksa anak ibu itu yang diterima si ibu dengan senang hati.
Rumahnya terletak tiga rumah dari Bibi Wang. Mu Lian memasuki kamar si anak sambil mengamati sekeliling ruangan.
Anak itu terbaring di tempat tidur. Wajahnya pucat dan lesu. Di kasurnya diletakkan beberapa kain lagi untuk mencegah seprai terkena kotoran.
Mu Lian menitipkan bungkusan berisi lauk pada si ibu dan menyuruhnya untuk menunggu di luar kamar.
Mu Lian mendekati di anak dan memeriksa nadinya kemudian membuka mulutnya dan mengamati lidahnya. Tangan Mu Lian menyisir perut si anak.
Ketika Mu Lian memberi sedikit tekanan di bagian perut tertentu si anak mengerang.Mu Lian kemudian bertanya berapa kali si anak buang air dalam 24 jam ini.
Setelah selesai Mu Lian mengambil bungkusan dan pamit kepada si ibu untuk meracik obat.
Mu Lian menyerahkan bungkusan berisi lauk kepada Mu Haoucun dan mengatakan bahwa dia akan merawat seorang pasien cilik jadi tidak bisa ikut ke bukit selatan.
Mu Haoucun melihat Mu Lian dari kejauhan sambil tersenyum. Dia tidak menahan Mu Lian karena sepertinya gadis itu sedang mengalami pencerahan.
Pencerahan sangat esensial bagi seorang kultivator dan sangat sulit untuk mendapatkannya. Jika kau mendapatkannya sebaiknya tidak menyia-nyiakan kesempatan itu.
Selama beberapa hari kedepan Mu Lian melakukan kebiasaan barunya itu dengan antusias. Layaknya anak kecil mendapatkan mainan baru, Mu Lian terus menawarkan bantuan hingga merasakan kebiasaan barunya itu tidak buruk juga.
Suatu malam, Mu Haoucun sedang berbincang dengan Meimei dan Meng Zhi. Mu Lian masih terlihat tidak fokus dengan pembicaraan yang ada di depannya hingga tiba-tiba dia menanyakan sesuatu yang tidak terduga pada Meimei dan Meng Zhi.
"Aku dengar Senior Meng adalah seekor burung bangau tapi aku belum pernah melihat Senior Meng berubah menjadi bangau," kata Mu Lian.
Mu Haoucun terbatuk sedangkan Meimei menahan senyumnya. Meng Zhi melihat tatapan penuh harap Mu Lian, akhirnya dia tidak bisa menolak dan berjanji untuk menunjukkan nya besok.
Keesokan paginya Mu Haoucun membawa Mu Lian, Meimei dan Meng Zhi ke bukit selatan. Tentu saja Changyi, Jiaojiao, Mutong serta Liuzhi ada di sana. Kelas mereka sepertinya dipindahkan ke bukit selatan.
Mu Lian dan keempat sahabatnya duduk dipinggir, mengamati Meng Zhi dengan antusias. Awalnya Meng Zhi salah tingkah karena tatapan pemuda dan pemudi di depannya namun setelah terbiasa dengan tatapan mereka tubuh Meng Zhi memancarkan sinar.
Sinar itu lembut sehingga Mu Lian dan yang lain dapat menangkap transformasi pada tubuh Meng Zhi.
Bibirnya yang merah berubah menjadi paruh burung, kedua tangannya berubah menjadi sepasang sayap berwarna putih. Hingga akhirnya seekor bangau seukuran orang dewasa berdiri di hadapan mereka.
Bulunya berwarna putih di bagian atas tubuhnya dan berwarna hitam di bagian bawah tubuhnya. *Burung bangau tersebut berdiri dengan anggun. Matanya yang berwarna intan menatap Mu Lian serta teman-temannya.
"Luar biasa," kata Mu Lian.
"Ya aku juga baru melihat yang seperti ini," kata Jiaojiao dengan mata berbinar.
"En. Sejak kecil kami sudah tinggal di Lembah Ufuk Timur," kata Mutong.
"Suatu hari nanti aku akan pergi mengelilingi dunia ini," kata Liuzhi.
Changyi, Jiaojiao, Mutong dan Liuzhi adalah anak yatim piatu yang dibawa Mu Haoucun ke Lembah Ufuk Timur untuk di didik menjadi ahli Alkimia.
Mereka tinggal di asrama bersama anak-anak yatim piatu lainnya yang belajar di sekte Embun Pagi.
Setelah dinilai telah menyelesaikan kurikulum mereka dipersilahkan menjalani jalannya masing-masing.
Ada yang direkomendasikan pada sekte-sekte besar, atau membuka klinik sendiri.
"Kalian tahu? Negeri yang kita tinggali ini bernama Mao. Negeri yang dijaga para kelinci. Meskipun di kerajaan Mao ini yang menjadi raja adalah seorang manusia, tapi sebagian besar pemerintahannya dijalankan oleh ras kelinci," kata Changyi.
"Benarkah?" kata Mu Lian. Mu Lian belum mempelajari seluk beluk negeri yang ditinggalinya sekarang.
"Kakek, maksudku Master Mu kemarin pergi ke negeri *Wu, apakah...apakah negeri itu dijaga oleh ras kuda?" tanya Mu Lian.
"Benar. Selain dua negeri ini ada negeri Yin, Chen, Si, Wei, Shen, You, Xu, Hai, Zi, dan Chou," jawab Changyi.
Mu Lian tertegun. Jika dihitung total negeri di dunia ini ada 12. Mirip dengan 12 shio yang ada di Bumi.
"Darimana kau mengetahuinya? Aku kira dunia ini hanya ada tiga negeri; negeri Yin, Mao, dan Chen," kata Liuzhi bingung.
"Tiga negeri itu hanya segelintir dari 12 negeri," kata Changyi.
"Lalu? Darimana kau mengetahui kalau di dunia ini ada 12 negeri? Bukannya di perpustakaan Embun Pagi hanya ada buku mengenai Alkimia?" kata Jiaojiao.
"Dari salah satu pelanggan Master Mu," jawab Changyi.
"Intinya kau bisa mendapatkan informasi mengenai negeri-negeri yang lain di perpustakaan ibu kota," kata Mutong.
Mendengar ibu kota raut wajah Mu Lian menjadi buruk.
"Ada apa?' kata Changyi.
"Tidak apa-apa," kata Mu Lian. Namun tubuhnya bergerak gelisah.
"Ehem, jadi? Bagaimana menurut kalian?" kata seekor bangau.
"Uwaa!" jerit Mu Lian, Jiaojiao, Changyi, Mutong dan Liuzhi.
Karena asik mengobrol mereka lupa dengan Meng Zhi yang sudah bertransformasi menjadi seekor bangau. Tujuan mereka datang ke bukit hari ini hanya untuk itu namun mereka sudah melupakannya.
"..." (Meng Zhi)
Kelas pagi itu dimulai setelah Meng Zhi pergi meninggalkan bukit dengan murung. Karena merasa bersalah, Changyi, Jiaojiao, Mutong dan Liuzhi ikut makan malam bersama di rumah Mu Haoucun setelah mendapat ijin dari Mu Haocun.
Mereka mendengar dari Mu Lian bahwa Meng Zhi dan Meimei selalu makan malam bersama di rumah Mu Haoucun sehingga mereka bertekad untuk memuaskan Meng Zhi saat makan malam bersama nanti.
Rumah Mu Haoucun malam itu sangat ramai hingga pekarangan yang luas terasa tidak mampu menampung pemuda-pemudi penuh energi yang tidak bisa diam itu.
Gadis-gadis pergi membantu Meimei memasak sedangkan Changyi dan Liuzhi menemani Mu Haoucun dan Meng Zhi. Dua pemuda itu langsung memuji kehebatan Meng Zhi untuk menebus kesalahan mereka pagi tadi.
Mu Lian, Jiaojiao dan Mutong bergabung dengan Changyi dan Liuzhi untuk memuji Meng Zhi setelah makan malam.
Namun mereka tidak tahu hal yang menanti keesokan harinya. Karena kelalaian mereka, suasana hati seorang guru menjadi buruk setelah melihat orang lain dipuji oleh murid dan cucu nya di depan mata kepalanya sendiri.
.........
*Note:
* Burung Bangau*
* Wu bisa di kaitkan dengan kuda.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 206 Episodes
Comments
ayam receh
kok kabur juru masaknya
2021-08-09
1