Mu Lian berbaring di tempat tidurnya, malam semakin larut namun kantuk belum datang juga. Kedua matanya mengamati *kipas di tangannya. Di permukaan kipas dua naga kembar terlukis dengann anggun.
"Naga yang tampan," kata Mu Lian sambil mengusap kipas. Kemudian tangannya mengusap kerangka kipas yang terbuat dari besi.
"Kipas yang aneh. Tapi estetis, aku suka," gumam Mu Lian.
Sudah beberapa malam berlalu namun Mu Lian tidak bisa tidur sebelum mengamati kipas yang menjadi barang kesayangannya. Setelah menutup kipas dan meletakkannya di sisi tubuhnya, Mu Lian tertidur lelap.
Keesokan paginya Mu Lian bangun dan mendapati Mu Haoucun sedang menghirup udara segar di pekarangan. Master Yi sedang bermeditasi sedangkan Li Zizhou tidak terlihat.
"Kakek," kata Mu Lian.
"Lian'er. Kau bangun lebih awal? Kau tidak beristirahat lebih lama?" kata Mu Haoun. Mu Lian menatap langit yang semakin cerah.
"Hari sudah semakin siang. Aku akan berangkat ke klinik," kata Mu Lian.
Setelah Mu Lian bersedia menjadi cucu Mu Haoucun hingga tiba saatnya dia pulang, Mu Haoucun terkesan lebih memanjakan Mu Lian.
"Sarapan sudah siap!" kata Li Zizhou sambil meletakkan piring dengan kasar di atas meja. Mu Lian tertegun kemudian menatap Mu Haoucun.
"Kau baru menyadari kalau Zhouzhou yang memasak makanan kita?" kata Mu Haoucun.
"Hei kakek tua! berhenti memanggilku Zhouzhou! Memangnya kenapa kalau aku yang masak?" kata Li Zizhou sambil mendelik ke arah Mu Lian.
Mu Lian menghela nafas. Selama beberapa hari ini Mu Lian jadi terbiasa dengan kependekan sumbu pemuda itu.
Master Yi membuka matanya dan beranjak dari posisi meditasi. Melihat gurunya, Li Zizhou langsung menjaga sikap.
Mu Lian menggelengkan kepala, yang paling ditakuti pemuda itu hanya gurunya. Mereka pun sarapan setelah hidangan disajikan.
"Hati-hati di jalan. Segera pulang jika tidak ada pekerjaan lain," kata Mu Haoucun. Mu Haoucun mengantar Mu Lian ke depan gerbang.
"Baik kakek," kata Mu Lian. Setidaknya Mu Lian sudah diijinkan untuk pergi bekerja di klinik.
Bisnis hari itu berjalan baik seperti biasa. Beberapa pelanggan Dongshan datang dari luar lembah. Meskipun mereka terlihat lelah setelah perjalanan jauh, mereka tetap antusias ketika mendapat bagian obat racik Klinik Dongshan.
Sorenya klinik semakin lengang sehingga Mu Lian diijinkan pulang. Mu Lian terkejut melihat Meng Zhi dan Meimei di pekarangan.
"Senior Meng!" seru Mu Lian sambil berlari mendekat Meng Zhi.
"Lian'er! Aku senang kau baik-baik saja," kata Meng Zhi sambil mengusap kepala Mu Lian.
"Kapan senior Meng..." gumam Mu Lian. Matanya menatap Meng Zhi dan Mu Haoucun bergantian.
"Aku membuat pil surgawi ketika kau pergi ke klinik," kata Mu Haoucun.
Mu Lian mengingat hari ketika dia pergi ke kamar Xiaoxiao yang tidak dihuni selama satu bulan. Mata Mu Lian memancarkan kesedihan.
"Aku membutuhkan beberapa hari untuk menstabilkan tubuhku, jadi baru sempat berkunjung kesini," kata Meng Zhi. Mu Lian mengangguk.
Meng Zhi tiba-tiba menarik lengan Mu Lian dan menceramahinya selama satu jam. Meng Zhi kesal karena Mu Lian tidak lari meminta bantuan kepada Meimei saat sekte aliran sesat menyerang.
Mu haoucun mengajak Meng Zhi minum teh setelah melihatnya selesai menceramahi Mu Lian. Meimei menarik Mu Lian yang berdiri dengan pandangan kosong ke dapur untuk menyiapkan makan malam.
Makan malam berlangsung dengan meriah dengan bergabungnya Meng Zhi dan Meimei. Master Yi sampai harus menyuruh Li Zizhou untuk membawa kursi dan meja tambahan dari gudang karena meja yang ada tidak cukup menampung enam orang dewasa.
Mu Lian mengamati Mu Haoucun, Master Yi dan Meng Zhi yang berbincang dengan wajah bahagia. Ternyata mereka adalah sahabat lama. Meimei menceritakan persahabatan mereka kepada Mu Lian dengan antusias. Mu Lian tertawa ketika mendengar kejahilan yang diperbuat tiga sahabat tersebut.
Ketika Mu Lian menoleh ke arah pinu gerbang, Li Zizhou sedang berdiri bersedekap menatap ke arahnya. Matanya sendu dan udara disekitarnya memancarkan kesendirian.
Li Zizhou kemudian mendongak menatap langit malam setelah matanya bertemu dengan Mu Lian. Malam itu suasana sangat meriah kecuali untuk seorang pemuda yang terlihat berdiri mengasingkan diri, berusaha membaur dengan kesunyian malam.
Keesokan harinya, Mu Lian berangkat ke klinik. Pulang dari klinik Mu Lian melatih beberapa set gerakan terpaan angin musim penghujan.
Mu Lian mendapat pencerahan dan melakukan jurus dengan lebih natural karena arahan dari Mu Haoucun dan Master Yi. Sorenya Mu Lian berusaha bermeditasi namun menyerah karena tidak dapat merasakan chi disekelilingnya.
Meng Zhi dan Meimei sering berkunjung ke rumah Master Mu dalam beberapa hari kedepan. Meng Zhi memutuskan untuk menetap di lembah sementara membiasakan diri dengan tubuhnya yang sekarang.
Mu Lian yang tidak mengerti apa maksud 'membiasakan diri dengan tubuhnya yang sekarang' hanya ikut senang karena mengetahui bahwa Meimei akan tinggal lebih lama di lembah.
Suatu hari, Mu Lian memutuskan untuk ijin tidak ke klinik dan bermeditasi di bukit selatan. Mu Lian berjalan melewati kawasan permukiman.
Beberapa wajah yang Mu Lian kenali menyapanya kemudian membahas cuaca hari ini, barang yang sedang mahal akhir-akhir ini dan beberapa gosip dari tempat di sekitar lembah sebelum akhirnya melepaskan Mu Lian.
"Aku baru sadar. Aku terlalu fokus pada tujuan hingga menghiraukan keadaan di sekelilingku. Mereka telah banyak membantuku tanpa meminta sepeser pun tapi hanya ku anggap angin lalu. Kalau Xiaoxiao tidak menyadarkanku, aku tidak akan menyadarinya. Ibu, sepertinya anakmu tumbuh menjadi anak yang tidak tahu berterimakasih," gumam Mu Lian sambil melihat kehidupan di kawasan permukiman.
Anak-anak kecil berlarian, seorang ibu sedang menyapu depan rumahnya, sepasang remaja saling menggoda satu sama lain, seorang istri mengantar suaminya ke depan pintu gerbang. Mu Lian berjalan sambil menikmati kehidupan penduduk Lembah Ufuk Timur.
"Aku harus memperlakukan Master Mu lebih baik lagi. AKu akan berusaha menjadi cucu yang bisa dibanggakan olehnya," gumam Mu Lian sambil mengangguk.
Dulu Mu Lian hanya berpikir ingin pulang sehingga memperlakukan orang-orang yang berada disekitarnya dengan seadanya. Dia belajar kultivasi supaya tetap hidup.
Mu Lian berterimakasih pada orang-orang yang telah banyak membantunya sambil lalu. Berpikir bahwa ketika dia pulang dia mungkin tidak akan pernah bertemu lagi dengan orang-orang tersebut.
Mu Lian tidak mengetahui masalah yang sedang dialami mereka di balik senyumannya hingga semuanya terlambat. Seperti yang dialami oleh Xiaoxiao.
Ketika sekte aliran sesat menyerang, Mu Lian baru menyadari keterikatannya dengan penduduk Lembah Ufuk Timur. Dia baru menyadari betapa khawatir dirinya pada keselamatan penduduk.
Kini Mu Lian belajar dari kesalahan dan berusaha menyadari kejadian yang ada disekitarnya. Dia mulai meluangkan waktu untuk berbincang dengan tetangga-tetangganya. Hendak membuat memori terindah yang dapat diingatnya seumur hidup hingga dia pulang nanti.
Mu Lian menyisir kawasan bukit selatan yang sebagian besar ditumbuhi tanaman herbal. Dia masuk menuju hutan dimana Mu haoucun menunjukkan jamur berwarna keemasan.
Mu Lian berdiri beberapa saat merasakan kepekatan chi di sekitarnya. Menghembuskan nafas lega Mu Lian mencari tempat yang cocok untuk bermeditasi.
"Master, jika kita memasukkan rumput spiritual ke dalam bahan-bahan ini apakah hasilnya akan lebih efektif?" kata seorang pemuda.
Mu Lian mengenali suara pemuda itu. Saat dia menatap ke arah datangnya suara, Mu Haoucun bersama keempat sahabat Mu Lian sedang berjalan ke arahnya sambil berdiskusi.
"Lian'er?" kata Mu Haoucun.
"Kakek!" kata Mu Lian.
"Eh?! Apa yang terjadi? Kenapa aku berhalusinasi Mu Lian memanggil Master Mu dengan panggilan kakek?" kata Jiaojiao.
"Dasar Bodoh," celetuk Mutong kepada Jiaojiao.
Jiaojiao menatap Mutong dengan tatapan teraniaya. Liuzhi maju ke depan Mutong dan membela Jiaojiao. Keduanya pun saling bertukar ejekan.
"Sedang apa kau disini? Apa kau ingin bertemu dengan kami?" kata Changyi sambil mendekati Mu Lian.
"OH? kalian saling mengenal?" kata Mu Haoucun kepada Mu Lian dan keempat muridnya.
Murid-muridnya ini memang pernah menjenguk dirinya sepulang dari negeri Wu. Namun keempat muridnya itu sekedar memberi hormat kepadanya dan memberikan doa agar lekas sembuh kemudian pulang.
Sehingga Mu Haoucun tidak tahu hubungan murid-muridnya dengan Mu Lian. Mu Haoucun menatap Changyi dan Mu Lian sangat lama kemudian menatap ke arah Liuzhi, Jiajiao dan Mutong.
"Lian'er adalah sahabat kami!" kata Jiaojiao dengan ceria. Tangannya memeluk Mu Lian.
"Tapi sayang, beberapa bulan terakhir ini tampaknya dia sangat sibuk. Apakah master mengetahui sesuatu?" kata Mutong sambil ikut memeluk Mu
Lian.
"Ya! Ya! aku rindu saat kami mengumpulkan tanaman herbal bersama," kata Liuzhi. Dia memeluk ketiga gadis itu.
Tubuhnya ditempatkan dibelakang Jiaojiao namun tangannya yang panjang mampu memeluk ketiganya.
"Uwaa. Dasar gila!" kata Jiaojiao sambil menginjak kaki Liuzhi.
"Aw, Jiaojiao, teganya. Aku sudah membelamu dari Mutong," kata Liuzhi dengan merana.
Mu Lian merasakan kejanggalan pada Liuzhi. Dia menaikkan sebelah alisnya.
"Aku senang kalian bisa bersahabat. Baiklah mumpung kau disini, bagaimana kalau ikut kakek dan keempat sahabatmu ini, hmm?" kata Mu Haoucun.
"Baiklah. Aku akan mengikuti kemana pun kakek pergi," kata Mu Lian dengan ceria.
Mu Haoucun tersenyum kemudian mengajak Mu Lian dan keempat muridnya mengelilingi bukit selatan.
Mereka berdiskusi tentang tanaman herbal, pil, dan beberapa teori Alkimia lainnya. Mu Lian yang ikut mendengarkan jadi semakin tertarik dengan Alkimia.
Mu Lian dan keempat sahabatnya pun berdiri di depan tanaman herbal yang ditentukan oleh Master Mu. Mereka diperintahkan untuk mencari esensi dari tanaman herbal. Kelima pemuda dan pemudi itu pun serius mengamati tanaman herbal di depan mereka.
Menjelang sore hari, Mu Haoucun membubarkan kelas dan mengajak pulang Mu Lian beserta keempat muridnya.
Sepanjang perjalanan Mu Lian berbincang dengan Changyi, Jiaojiao, Mutong dan Liuzhi untuk melepas rindu setelah lama tidak bertemu. Mu Haoucun hanya mengamati dengan bahagia dari pinggir.
Changyi, Jiaojiao, Mutong dan Liuzhi berpamitan kepada Mu Haoucun dan Mu Lian kemudian berjalan menuju asrama. Mereka berjalan melalui jembatan batu.
Melihat keempatnya semakin jauh memasuki kawasan perdagangan, Mu Lian berbalik dan berjalan beriringan dengan Mu Haoucun.
Di depan gerbang rumah Mu Haoucun, Li Zizhou terlihat kesulitan membawa bahan-bahan makanan. Kedua tangannya penuh membawa bungkusan sehingga tidak bisa membuka pintu gerbang.
Ketika kakinya diangkat hendak mendobrak pintu, Mu Lian berlari menghampiri pemuda itu.
"Tunggu, biar aku saja yang buka," kata Mu Lian.
"Kau! kalau sudah lihat dari tadi cepat buka pintunya!" kata Li Zizhou dengan kasar.
Tetap kasar seperti biasanya. Mu Lian menghiraukan kata-kata LI Zizhou dan segera membuka pintu. Tangannya menggapai salah satu bungkusan namun Li Zizhou berkelit.
"Tidak usah! Aku bisa sendiri!" kata Li Zizhou sambil berusaha melewati gerbang.
Namun tubuhnya tersangkut dalam posisi canggung di tengah-tengah gerbang menghalangi jalan masuk. Mu Lian menatap posisi Li Zizhou yang canggung itu sambil menggelengkan kepalanya.
Malam itu Meng Zhi dan Meimei datang untuk bergabung makan malam lagi. Li Zizhou yang harus menyiapkan makanan lebih banyak beberapa porsi, terus menggerutu.
Anehnya masakan Li Zizhou tetap lezat hingga membuat semua orang berebut menyantapnya.
Usai makan bersama, Mu Haoucun, Master Yi dan Meng Zhi berkumpul. Seperti biasa mereka akan berbincang hingga larut malam.
Li Zizhou yang telah membereskan piring-piring hilang entah kemana. Meimei pun mengajak Mu Lian ke beranda di lantai dua untuk melihat bintang.
"Jiejie apakah kakek benar-benar terkenal?" tanya Mu Lian.
"Semua kultivator di dunia ini memperebutkan beliau," jawab Meimei.
"Kalau kau menjawab dengan cara ambigu seperti itu..." gumam Mu Lian.
"Dari semua ahli Alkimia di dunia ini, Master Mu adalah yang paling cemerlang. Beliau merupakan ahli Alkimia jenius dimana seluruh pil buatannya tidak akan ada yang bisa menandingi," kata Meimei tersenyum.
"Hebatnya!" seru Mu Lian.
"Ya. Kau sangat beruntung bisa belajar tanaman herbal langsung dari beliau," kata Meimei. Mu Lian tercengang, pantas saja Xiaoxiao kesal dengannya.
"Tunggu, kalau kakek sebegitu hebatnya, berarti..." Mu Lian tidak melanjutkan kata-katanya.
"Master Yi kultivator terkuat dan masuk ke dalam 10 kultivator terkuat di negeri ini," kata Meimei.
"Aku pernah dengar hal itu. Maksudku bagaimana dengan Senior Meng?" tanya Mu Lian.
Meimei menjawab pertanyaan Mu Lian dengan senyuman. Mu Lian yang mengerti arti dibalik senyuman Meimei tiba-tiba teringat sesuatu.
"Jiejie, meskipun status kita terpisah sangat jauh, kau masih tetap ingin menjadi sahabatku, kan?" tanya Mu Lian.
"Gadis ini. Status apa yang kau bicarakan?" kata Meimei bingung.
"Maksudku, aku hanya gadis normal yang memiliki level kultivasi pengkondensasian chi. Sedangkan status jiejie adalah kekasih seorang kultivator hebat di dunia ini," kata Mu Lian melanjutkan "Aku curiga jiejie pun sebenarnya menyembunyikan level kultivasimu, bukan?"
Ujung bibir Meimei berkedut. Meimei tidak bisa menanggapi perkataan Mu Lian. Menghela nafas Meimei kemudian merangkul Mu Lian.
"Aku sudah mengganggapmu sebagai saudariku sendiri. Jadi jangan bicara yang aneh-aneh lagi," kata Meimei.
"En," jawab Mu Lian. Keduanya kemudian mengamati bintang-bintang yang bertebaran di langit.
.........
Note:
* kipas (tapi ga nemu kipas warna hitam dengan lukisan naga, yah kalian bisa berimajinasi sendiri lah ya 😆)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 206 Episodes
Comments
ciru
pendek sumbu artinya apa...
2022-10-07
0
Chou12999
GW malah menghayal Kipas Kekasih Shikamaru tuh siapa namanya Termari tah kisap Yang besar Tu
kan ada gambar naga
2021-09-13
3
ayam receh
lanjut
2021-08-09
2