Siapa dia?

Jendral zhi POV

Aku terdiam di atas tempat kerjaku, aku tidak tahu sudah yang keberapa kalinya aku memimpikan tentang ini.

"Sebenarnya siapa kamu?" aku jelas-jelas masih mengingat mimpi semalam, mimpi yang sudah berapa kali menghampiriku.

"Rasa yang sama, rasa yang biasa aku rasakan ketika aku bersamanya. Tetapi kenapa orang yang berbeda?" aku terus memikirkan tentang hal ini.

"Jendral" putri memanggilku, aku menoleh ke arahnya.

"Gak gak papa, lo malah ngelamun sih" putri masih berbicara aneh padaku.

Saat ini ketika aku melihat ke arah putri, aku tidak merasakan apapun. Aku tidak pernah merasakan perasaan itu, rasa yang muncul ketika aku sedang bersama putri louisa.

"Apa aku menyukai orang lain? tapi siapa dia? sepertinya aku tidak pernah bertemu dengannya" aku masih memikirkan orang itu, orang yang hampir setiap malam menemuiku di mimpi.

"Dia selalu bilang padaku untuk menunggunya, memang untuk apa aku menunggunya?" aku terdiam lagi, bahkan aku lupa jika ada putri di sini.

"Jendral!" putri memukul meja yang ada di depanku, aku terperanjat karna terkejut.

"Ya kenapa tuan putri?" aku bertanya padanya sambil tersenyum, mungkin aku tidak mendengar perkataannya.

"Lo kenapa ngelamun terus?" putri masih berdiri di depanku, bahkan dia sekarang sedang melihatku dengan serius.

"Saya tidak apa-apa putri" aku tersenyum padanya, berharap dia mempercayaiku.

"Boong banget dah" akhirnya dia kembali duduk di tempatnya, masih melihatku.

"Hah mungkin hanya mimpi" aku tidak memperdulikan mimpi yang sejak tadi aku pikirkan.

"Jendral zhi" seseorang memanggilku dengan suara lembutnya, aku mencari sumber suara itu.

"Kemarilah" aku menemukan orang itu, orang yang sedang duduk di bawah pohon dengan buku di tangan kanannya.

Rasa ini muncul kembali, rasa yang hanya muncul ketika aku bersama dengan wanita yang aku sukai.

"Siapa kau?" aku bertanya padanya, karna aku memang tidak pernah bertemu dengannya.

"Aku? tentu saja aku louisa jendral" wanita itu menjawabku, jelas-jelas dia bukan putri louisa yang aku kenal.

"Jangan berbohong" aku mengelak jawabannya.

"Aku putri louisa, putri kedua raja zulivan fae caravin. Louisa fae caravin" tetapi wanita itu menyebutkan nama yang benar, apa benar dia putri yang aku kenal?

"Tapi kau bukan putri yang aku kenal" aku menggelengkan kepala,

"Yah aku terjebak di tubuh anak ini" dia mendekatiku, aku semakin bisa melihat dengan jelas bagaimana rupa wajahnya.

Benar sangat berbeda dengan putri louisa, tapi aku masih tidak mengerti dengan perkataannya. Kalau dia putri louisa yang aku kenal, lalu siapa orang yang aku tolong?

"Dia adalah aletta nyawa tubuh ini yang sebenarnya, nyawa kami tertukar" aku bahkan tidak mengatakan hal yang aku pikirkan, tapi dia bisa mengerti.

"Tapi bagaimana bisa?" aku masih tidak percaya tentang ini,

"Aku pun tidak mengerti, tapi aku mohon tunggulah aku" wanita itu menyuruhku untuk menunggunya. Apa benar dia adalah putri yang aku kenal? tapi tunggu dia menyebut nama aletta? nama yang di sebut putri tempo hari lalu.

"Putri?" aku memanggil putri yang sedang melihat-lihat sekitar,

"Hah? paan?" dia menoleh ke arahku, mungkin memang benar orang ini bukanlah putri yang aku kenal.

"Apa benar kau bernama aletta?" aku bertanya padanya, dia mengangguk cepat dengan tersenyum.

"Ya ya gue aletta, akhirnya lo percaya juga kalo gue aletta" dia tersenyum lebar.

"Sebenarnya aku tidak terlalu percaya, tapi mungkin memang benar kau bukan putri louisa" aku masih ragu-ragu, tapi mungkin memang benar.

"Ah akhirnya, ya gue aletta gue dari masa depan gue bukan putri yang lo kenal" putri masih berbinar, aku hanya tersenyum mengangguk.

"Hah aku akan menunggumu putri, kumohon cepatlah kembali" aku membatin dalam hatiku, berdoa agar putri cepat kembali.

'tok tok tok'

"Jendral ada yang di serang" seseorang mengetuk pintu dari luar dengan suara panik, sepertinya dia prajuritku.

"Sebentar putri" aku berdiri dan menghampiri pintu dan membukanya.

"Siapa?" aku bertanya padanya, orang itu memakai pakaian tertutup.

"Pasukan dekat perbatasan selatan di serang oleh bandit, jendral" orang itu berbicara dengan suara panik.

"Di mana? lalu teman-temanmu di mana?" aku ikut panik, aku tidak tahu tentang berita ini. Apa utusanku tidak memberitahuku?

"Maaf jendral saya tidak tahu, saya mohon jendral tolong kami" orang itu membungkuk memohon padaku.

"Baiklah, ayo cepat kita kesana aku akan membawa pasukanku" aku keluar tanpa pamit pada putri, yang aku pikirkan saat ini keselamatan prajuritku.

"Tidak perlu membawa pasukan jendral, saya sudah meminta bantuan pada jendral lain" aku hanya mengangguk mengiyakan, aku berlari mengambil kudaku dan berpacu menuju perbatasan di mana prajuritku di serang.

"Kau sudah meminta bantuan?" aku bertanya padanya karna dia menyuruhku untuk tidak membawa prajurit.

"Iya sudah jendral, saya sudah meminta bantuan pada jendral bei" jendral bei? ah dia jendral kerajaan, yah walaupun hubunganku dengannya tidak begitu baik.

"Di depan sana jendral" ia menunjuk tempat di ujung jalan, bahkan ini sudah melewati perbatasan di kerajaan. Aku berhenti saat dia juga berhenti, di sini tidak ada apa-apa. Hanya pohon-pohon yang menjulang tinggi.

"Di mana bandit-bandit itu?" aku bertanya padanya, aku tidak melihat ada orang lain disini ataupun bandit-bandit.

"Akhirnya kau sampai juga zhi" seseorang keluar dari balik pohon, aku pikir dia bandit yang di ceritakan prajurit tadi.

"Kau siapa?" aku tidak bisa melihat dengan jelas wajahnya karna dia juga memakai penutup wajah, ia memakai pakaian yang sama seperti prajurit tadi.

"Hahaha aku? aku adalah malaikat pencabut nyawamu" aku dengar dia tertawa dengan keras, lalu dia menyuruh anak buahnya untuk menangkapku.

"Hey! apa yang kau lakukan? siapa kau sebenarnya?" aku memberontak saat prajurit-prajurit itu menangkapku. Aku tidak tahu jika aku di tipu, ku pikir memang benar ada yang meminta bantuanku.

"Hmm... kau ingin tahu siapa aku?" dia masih tertawa lalu membuka penutup wajahnya, bei? dia jendral kerajaan.

"Bei? apa yang kau lakukan?" aku masih memberontak, berusaha melepas pegangan di tanganku.

"Apa yang kau inginkan?" aku berteriak.

"Sepertinya ada wanita di dalam istanamu, aku dengar dia keponakanmu, tapi bukankah dia adalah putri louisa?" aku terkejut mendengar perkataannya, bagaimana dia bisa tahu? apa dia pernah melihatnya?.

"Tidak ada putri di tempatku, bukankah kau juga tahu jika tuan putri louisa sudah tidak ada" aku berusaha mengelak.

"Oh benarkah? lalu siapa dia?" aku lihat prajurit-prajuritnya membawa seseorang yang aku kenal.

"P-putri?" aku tidak mengira dia bahkan membawa putri, aku ingat dia tadi ada di ruanganku. Bagaimana bisa dia ada si sini?

"Heyoo wasapp pak jendral" putri berkata sesuatu yang tidak aku pahami sambil tersenyum.

"Apa dia tidak merasa takut?" aku membatin dalam hati, aku khawatir jika orang-orang ini akan melukai putri.

"Lepaskan dia, apa yang kau inginkan?" aku teriak, aku benar-benar marah pada jendral bei.

"Aku ingin, kau pergi meninggalkan istana" aku pun sudah tahu jika dia tidak menyukaiku,

"Baik aku akan meninggalkan istana, jadi tolong lepaskan putri" tapi dia hanya tertawa.

"Tidak, tidak... aku ingin kau pergi dari dunia ini selamanya" aku tidak terkejut mendengar ucapannya, sudah berapa orang yang bilang seperti itu padaku.

"Silahkan jika itu mau mu, tapi tolong lepaskan putri" aku hanya bisa pasrah, jika aku melawannya aku takut dia akan melukai putri.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!