Arga dan Nilawati telah pergi meninggalkan Kadipaten Tubun, malam itu juga setelah memberi perhitungan kepada Adipati Anom.
Saat siang hari Arga dan Nilawati telah cukup jauh dari Kadipaten Tubun. Arga mengajak Nilawati untuk melanjutkan perjalanannya mencari keberadaan pedang tujuh naga.
Saat mereka berdua tiba di hutan kematian mereka menemukan seseorang laki-laki yang berumur sekitar 25 tahun. Tubuhnya pendek dan gemuk, serta kepalanya hanya memiliki beberapa helai rambut.
Saat pertama kali Arga dan Nilawati memasuki hutan kematian mereka telah merasakan ada kekuatan dahsyat yang melindungi tempat ini.
"Maaf kisanak, apakah ini benar hutan kematian?" Arga bertanya dengan sopan kepada laki-laki itu.
"Hehehe...benar kisanak ini hutan kematian. Ada apa kalian kemari?" tanya laki-laki itu.
"Perkenalkan kisanak, namaku Arga dan ini teman perjalananku namanya Nilawati. Kami datang kemari untuk mencari sebuah gua. Gua ini dikenal dengan nama gua Cengger, apakah kisanak pernah mendengar atau melihatnya?" Arga membalas pertanyaan dan kembali bertanya kepada laki-laki itu.
"Oh gua Cengger toh, aku pernah kesana. Gua itu terletak di tengah hutan kematian ini, tapi aku tak bisa masuk ke dalam sana, aku hanya bisa melihatnya dari jauh. Konon gua itu terdapat sebuah pagar gaib yang mengelilinginya dan itulah yang menjadi penyebab aku tidak bisa memasukinya." Jawab laki-laki itu.
"Oh iya, perkenalkan namaku Bedul, aku sudah tinggal disini sejak kecil." Sambungnya lagi.
Bedul menceritakan tentang kehidupannya.
Ternyata Bedul sudah tinggal di hutan kematian dari sejak dia berumur 10 tahun. Dia menghabiskan waktunya di hutan ini dan tidak pernah keluar dari sana sekalipun. Dia hanya berburu dan mencari tumbuhan yang bisa dimakan untuk memenuhi kebutuhannya. Bedul bisa sampai di hutan kematian karena dia melarikan diri saat semua warga desa dan kedua orang tuanya dibantai oleh sekelompok orang. Sejak saat itu dia memutuskan untuk tinggal di hutan kematian ini.
"Apakah kisanak bisa mengantarkan kami kesana?" Arga kembali bertanya.
"Tentu iso toh, monggo ikutin aku."
"Disini banyak makhluk gaib, tapi tenang saja, mereka sudah kenal sama aku, mereka takut kepada saya." Bedul berkata dengan percaya diri.
Setelah Bedul mengatakan hal itu, tiba-tiba ada yang menendang bokongnya dan mengakibatkan dia terpental ke depan dan tersangkut di sebuah pohon.
"Ampun Mbah, aku hanya bercanda, jangan diambil hati."
"Kisanak turunkan saya, saya takut ketinggian." Bedul memanggil Arga.
Arga dan Nilawati menggeleng-gelengkan kepala melihat hal tersebut.
Arga menurunkan Bedul dari atas pohon tempat dia tersangkut.
"Tenang, penghuni disini sudah sering bermain-main denganku." Ucap Bedul dengan percaya diri lagi.
Seketika itu juga tiba-tiba ada yang memukul kepalanya.
"Ampun Mbah, wong cuman bercanda kok di masuki hati." Ucap Bedul sambil memegang kepalanya.
"Bedul...Bedul." Ucap Arga dan Nilawati secara bersamaan sambil menggelengkan kepala.
Bedul hanya tersenyum malu dan salah tingkah.
Akhirnya mereka bertiga melihat sebuah gua dari kejauhan. Bedul menghentikan perjalanan mereka.
"Kisanak, aku hanya bisa sampai disini, karena aku tidak bisa mendekat lagi ke arah sana."
Arga dan Nilawati mengangguk, kemudian Nilawati mulai mencoba untuk mendekat kesana, tetapi bukannya maju Nilawati malah terpental mundur dibuatnya.
"Benar Arga, disekitar sini terdapat pagar gaibnya." Ucap Nilawati kepada Arga.
Arga mengangguk, dia maju kedepan untuk mencobanya.
Percobaan pertama Arga terpukul mundur oleh pagar gaib itu. Arga kembali mencoba untuk melewati pagar gaib itu tetapi Arga kembali terpukul mundur.
Hari itu ketiganya memutuskan untuk beristirahat disekitar gua itu karena hari sudah berganti dari siang menjadi malam.
Setelah berbincang-bincang malam itu, Bedul menjadi akrab dengan Arga dan Nilawati. Dia juga mengatakan bahwa ingin ikut mengembara bersama Arga dan Nilawati. Arga dan Nilawati pun menyetujuinya, mereka akhirnya menjadi teman yang akrab.
Keesokan harinya Arga memulai mencoba menembus pagar gaib itu, sedangkan Nilawati dan Bedul mencari makanan dan berkeliling-keliling hutan kematian.
Setelah mencoba beberapa kali akhirnya Arga berhasil menembus pagar gaib itu, kemudian dia mulai maju bergerak menuju gua Cengger.
Setelah sampai di gua Arga mengamati keadaan sekitarnya sebelum pergi masuk ke dalamnya.
Tetapi baru saja dia melangkahkan kakinya beberapa langkah tiba-tiba terdengar suara perempuan dengan lantang tetapi tidak memiliki wujud.
"Sudah lama gua ini tidak kedatangan tamu, siapakah kau anak muda dan mau apa kau kemari." Suara lantang misterius itu menggema di udara.
"Maaf nyisanak, namaku Arga! Aku mau mencari petunjuk tentang keberadaan pedang tujuh naga." Arga memberanikan diri untuk menjawab pertanyaan dari suara sosok misterius itu.
"Oh ternyata masih ada yang mengetahui tentang pedang tujuh naga, aku sangat terkejut, ku kira tidak akan ada manusia yang berani mencarinya. Untuk apa kau mencari pedang tujuh naga anak muda?".
"Ternyata yang Nenek Mawar Bidara ceritakan benar adanya." Gumam Arga di dalam hati.
"Aku mencarinya karena ingin menjadi seorang pendekar yang kuat, kebetulan senjata yang aku kuasai adalah pedang. Aku ingin menjadikan pusaka itu sebagai temanku untuk mengubah dunia yang fana ini menjadi lebih baik." Arga menjelaskan panjang lebar tujuannya kepada sosok misterius itu.
Setelah dia menjelaskan tujuannya, tiba-tiba seorang wanita muncul dihadapannya. Arga terkejut dan dia bersiap siaga. Wanita itu terlihat seperti berusia sekitar 40 tahunan. Dia memakai pakaian berwarna hijau dan mahkota terletak indah di kepalanya.
"Tenang anak muda, jangan takut. Aku penghuni gua ini sekaligus yang menjaga tempat dan warisan yang ditinggalkan Joko Samudro."
"Namaku NYI Rondo, aku adalah siluman ular sekaligus guru dari Joko Samudro." sambung Nyi Rondo.
"Joko Samudro? Siapakah Joko Samudro itu, Nyi?" Arga menjadi penasaran dengan pernyataan yang dikatakan Nyi Rondo.
"Ya Joko Samudro. Dia adalah pemilik pusaka yang kau cari. Dia meninggalkan pedangnya serta ilmu dari pedang itu sendiri dan beberapa ilmu silat tingkat tinggi di tempat ini. Dia menyuruhku menjaganya, sampai ada seseorang yang bisa mewarisi semua yang dia tinggalkan. Sebelumnya sudah ratusan orang pergi ke hutan kematian ini dan berniat mencari pedang tujuh naga, akan tetapi semuanya mati sebelum mencapai tempat ini." Nyi Rondo menjelaskan dengan panjang lebar semuanya.
"Mati? Tapi kenapa aku tidak?" Arga menjadi kebingungan dengan penjelasan dari Nyi Rondo.
"Ya semuanya mati, aku yang membunuh mereka semua, karena di hati mereka memiliki niat yang buruk untuk menggunakan pedang tujuh naga. Tetapi aku melihat hal yang berbeda darimu, hatimu tidak dipenuhi keserakahan dan aku tidak melihat pemikiran buruk darimu, itulah mengapa kau kubiarkan untuk sampai ke tempat ini."
"Jika begitu demikian, maka aku benar-benar berterimakasih Nyi." Arga sedikit terkejut mendengar penjelasan dari Nyi Rondo.
Arga membungkukkan badannya dan memberi hormat kepada Nyi Rondo.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 149 Episodes
Comments
arfan
766
2021-06-29
0
Muhammad Ridwan Sutarso
iya, kalau boleh kasih masukan, jangan tergesa-gesa kejar tayang, jadi hasilnya kurang rasa dan datar, lebih improvisasi dan ditingkatkan lagi bro..
2021-05-28
0
Hendri Wibowo
coba klo ad es teh ato es jeruk, minumnya arak semua
2021-05-27
0