Keesokan paginya Arga dan Nilawati pergi dari desa Mergosari, keduanya berjalan bersama sampai tiba di persimpangan jalan.
"Kita berpisah disini, aku akan melanjutkan perjalananku dan kau pulanglah ke tempat gurumu. Belajar ilmu kanuragan lagi dan terus menjadi kuat." Ucap Arga sambil menghadap ke arah Nilawati.
"Aku akan menuruti kata-katamu dan kuharap kau tidak melupakan aku dan janjimu semalam." Nilawati sebenarnya berat dengan keputusan ini, tetapi dia hanya bisa menurut dan berharap bahwa Arga adalah pria yang memegang kata-katanya.
"Baiklah, aku pergi dulu." Arga terbang meninggalkan Nilawati. Dia menoleh sejenak dan tersenyum ke arah Nilawati sebelum pergi meninggalkannya.
Nilawati masih mematung di tempat itu, dia menyaksikan kepergian Arga sambil melamunkan sesuatu. Nilawati ternyata tidak kembali ke tempat gurunya, melainkan mengikuti Arga dari kejauhan.
"Aku akan mengikutinya dari jauh." Pikir Nilawati.
"Memang benar kata orang-orang bahwa wanita itu hanya menuruti kehendaknya saja dan sangat keras kepala." Arga membatin karena dia mengetahui bahwa Nilawati bukan kembali ke tempat gurunya melainkan mengikuti Arga.
"Sekarang aku harus ke kadipaten Tubun untuk memberi pelajaran ******** Adipati Anom itu."
Arga terus terbang, dia tidak menghiraukan itu dia berpura-pura tidak tahu kalau Nilawati mengikutinya.
Setelah beberapa jam terbang, akhirnya Arga sampai di sebuah desa. Desa ini bernama desa Klaten. Desa Klaten adalah desa yang lebih kecil daripada desa Mergosari. Penduduk desa ini juga rata-rata miskin semua.
Arga singgah di sebuah kedai, dia ingin mengisi perutnya karena hari sudah cukup siang dan dia belum mengisi perutnya dari pagi.
Setelah berada di pintu kedai itu Arga langsung melihat ke semua arah bangunan itu, tidak ada terlihat satu orangpun disana. Arga mulai berpikir dan ingin bertanya kepada pemilik kedai alasan dari semua ini.
Pemilik kedai yang melihat ada seorang pemuda memasuki kedainya langsung menyambut pemuda itu.
"Silahkan masuk kisanak, monggo." Pemilik kedai mempersilahkan Arga masuk ke dalam dan menuntunnya.
Arga mengangguk dan mengikuti pemilik kedai, dia duduk di salah satu tempat yang telah disediakan.
"Mau pesan apa kisanak?" Pemilik kedai bertanya dengan sopan kepada Arga.
"Aku ingin memesan nasi daging paman, jangan lupa beri sayuran dan minumnya arak." Ucap Arga sambil tersenyum tipis kepada pemilik kedai.
Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya makanan dan minuman yang Arga pesanpun tiba, pemilik kedai meletakkannya dengan hati-hati di depan Arga.
"Silahkan disantap kisanak, semoga kisanak puas dengan hidangan kami."
Pemilik kedai hendak permisi ke belakang meninggalkan Arga akan tetapi Arga menghentikannya.
"Paman, kalau kau tidak sedang sibuk dan tidak keberatan aku ingin bertanya sesuatu kepadamu." Arga memperkenalkan dirinya kepada pemilik kedai.
"Tidak masalah kisanak." Akhirnya pemilik kedai duduk di hadapan Arga.
Arga memulai pertanyaan dengan bertanya "Paman kenapa desa ini sepi sekali seperti tidak ada kegiatan yang dilakukan oleh penduduk dan kedai mu juga terlihat sepi?"
"Haih, kisanak ternyata menyadari hal ini. Desa ini biasanya dirampok oleh kelompok lima iblis bukit Jali, selain itu ada sosok yang tidak diketahui asal usulnya membunuh hewan ternak dan menculik gadis perawan." Ucap pemilik kedai.
Arga mengerutkan dahinya, dia tidak terlalu memikirkan kelompok lima iblis bukit Jali karena mereka semua telah tewas ditangannya. Tetapi sosok yang misterius yang diceritakan pemilik kedai itulah yang membuatnya berpikir-pikir.
"Sudah berapa lama berlangsung penculikan gadis dan pembunuhan hewan ternak warga itu paman?" Arga kembali bertanya kepada pemilik kedai.
"Ah itu sudah berlangsung selama sebulan terakhir ini. Biasanya sosok misterius itu menculik dan membunuh hewan ternak tiga hari sekali".
"Kapan kira-kira sosok misterius itu akan muncul lagi?"
"Sosok itu mucul kemarin malam, kemungkinan dia akan muncul lagi malam besok."
Arga mengangguk-angguk pelan sambil terlihat sedang memikirkan sesuatu.
"Kasihan sekali mereka, aku harus membantu mereka terlebih dahulu sebelum pergi ke kadipaten Tubun." Pikir Arga.
"Paman, adakah penginapan di desa ini? aku ingin bermalam disini untuk beberapa hari kedepan."
"Oh kalau itu kebetulan, kami juga menyediakan penginapan kisanak. Kalau kisanak mau aku akan mengantarkanmu."
"Baiklah paman, setelah aku selesai makan kita pergi ke penginapan."
Pemilik kedai izin pergi ke belakang untuk memberitahukan kepada istri bahwa dia akan menemani Arga pergi ke penginapan."
Akhirnya Arga selesai menyantap makanan itu, dia istirahat sebentar sebelum pergi ke penginapan.
Setelah selesai istirahat, Arga mengajak pemilik kedai untuk mengantarkannya ke penginapan.
"Paman mari antarkan aku."
"Baiklah kisanak ayo ikuti aku."
Setelah beberapa menit kemudian, Arga dan pemilik kedai sampai di penginapan. Penginapan itu lumayan kecil, hanya mampu menampung 2 orang saja di setiap kamarnya. Pemilik penginapan itu tidak lain adalah pemilik dari kedai.
"Paman berapa yang harus aku bayar, untuk menginap dua hari kedepan?".
"Satu hari itu seharga 3 koin perunggu kisanak, untuk dua hari aku beri 5 koin perunggu saja."
"Baiklah ambil ini paman."
Arga memberikan 10 koin perunggu kepada pemilik penginapan itu.
"Kisanak ini kelebihan."
"Tidak apa-apa paman, jangan di tolak." Arga tersenyum lebar ke arah pemilik penginapan itu.
"Terima kasih kisanak." Pemilik penginapan menundukkan kepalanya memberi hormat dan berterima kasih kepada Arga.
"Tidak perlu paman, itu hanyalah hal yang kecil."
"Kebetulan aku ingin membantu penduduk desa ini menyelesaikan masalah yang ada." Arga melanjutkan perkataannya.
"Apakah benar itu kisanak, apakah kisanak benar-benar mau membantu kami?" Pemilik menjadi semangat mendengar hal itu tetapi tiba-tiba dia menjadi murung lagi.
"Kenapa paman, apakah kalian tidak senang?" Arga bertanya karena menyadari perubahan dari pemilik penginapan.
"Ah bukan itu kisanak, hanya saja yang pertama kami tidak bisa membayar kisanak karena seperti yang kisanak lihat penduduk desa ini sedang mengalami kesulitan. Dan yang kedua sebaiknya kisanak mengurungkan niat kisanak membantu kami, karena sosok misterius itu sangat kuat. Seminggu yang lalu kami menyewa seorang pendekar untuk menangkap dan membunuh sosok itu tapi hasilnya pendekar itu mati di tangan sosok itu." Pemilik penginapan menjelaskan panjang lebar kepada Arga, tetapi Arga hanya menanggapinya dengan senyum.
"Tidak apa-apa paman, aku akan mencobanya." Arga menyakinkan pemilik penginapan itu.
Akhirnya sang pemilik penginapan menyerah memperingatkan Arga dan dia terus berterima kasih kepada Arga.
Malam hari tiba, tidak ada sosok misterius itu muncul di desa. Arga memutuskan untuk melatih ilmu kanuragannya di dalam kamarnya. Dia mulai bergerak dengan pedang ditangannya, kecepatannya sangat tinggi serta lincah. Arga juga tidak lupa melatih ilmu tangan kosongnya, karena pasti akan sangat berguna saat melawan sosok misterius yang menculik gadis perawan dan membunuh hewan ternak warga itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 149 Episodes
Comments
arfan
766
2021-06-29
0
Bambank 68
Sebaiknya bahasa terbang diganti dengan lari dengan kecepatan angin/kilat.
2021-01-28
1
Welem Holden
kok arga ragu sih, masak harus latihan di kamar penginapan, kalau arga kurang pd dengan kemampuannya mending jangan dulu turun gunung...
2021-01-11
2