Arga dan Ayu langsung bersujud kepada Nenek Mawar Bidara dan menceritakan apa yang telah terjadi. Semakin lama cerita mereka Nenek Mawar Bidara tersenyum setelah mengetahui bahwa kedua anak didepannya adalah anak dari muridnya. Tetapi setelah mendengar cerita terakhir dari mereka Nenek Mawar Bidara menghantamkan tongkatnya ke tanah dan langsung terasa gempa kecil. Nenek Mawar Bidara menangis setelah mendengar bahwa kedua muridnya telah mati dibunuh kelompok Harimau Hitam.
"Aku sudah lama menutup diri di gunung Ambar ini dan memutuskan kontak dengan dunia luar. Tak kusangka kedua muridku harus mati ditangan kelompok Harimau Hitam. Baiklah aku akan menjadi guru kalian." Ucap nenek Mawar Bidara dengan wajah yang masih murka.
"Terima kasih guru." Ucap Arga dan Ayu sambil bersujud tiga kali di depan Nenek Mawar Bidara tanda mereka telah resmi menjadi murid Nenek Mawar Bidara.
"Baiklah hari ini kalian istirahat dulu, besok kita akan memulai latihan kalian."
Walaupun hanya berlatih selama satu tahun dengan kedua orang tuanya, tetapi Arga dan Ayu sudah menguasai sekitar sepuluh jurus tahap akhir.
Penguasaan jurus sendiri terbagi menjadi 4. Penguasaan jurus paling bawah yaitu tahap awal, yang menguasai jurus hanya sekitar 30 persen saja. Tahap kedua yaitu sedang yang menguasai jurus sekitar 50 persen. Tahap berikutnya yaitu tahap akhir yang menguasai jurus sekitar 70 persen, sedangkan yang terakhir adalah tahap sempurna yaitu menguasai jurus dengan tingkat 100 persen.
Salah satunya adalah jurus tubuh angin menerjang langit, Arga dan Ayu telah menguasai jurus itu sampai tingkat akhir.
Keesokan harinya saat matahari mulai menampakkan diri, Arga dan Ayu telah bersiap-siap untuk menerima latihan pertama mereka.
"Jurus yang akan Nenek berikan ini bernama jurus Cakar Besi Mengoyak Langit." Ucap Nenek Mawar Bidara.
Jurus Cakar Besi Mengoyak Langit adalah sebuah jurus yang menggunakan tangan kosong. Jurus ini adalah salah satu jurus andalan Nenek Mawar Bidara semasa dia masih menjelajahi dunia persilatan. Jurus ini sangat ampuh dipakai untuk pertarungan jarak dekat dan menggunakan tangan kosong saja.
Kedua anak itu sangat giat berlatih, hari demi hari mereka lalui dengan latihan ilmu Kanuragan. Di samping belajar ilmu Kanuragan mereka dididik oleh Nenek Mawar Bidara supaya menjadi pendekar sejati, pendekar yang membela kebenaran dan menumpas kejahatan.
Dua tahun berselang, saat umur Arga menginjak sepuluh tahun dan Ayu sembilan tahun mereka telah menguasai sekitar tiga puluh jurus dengan tingkat penguasaan akhir dan sepuluh jurus telah mereka kuasai maksimal. Melihat perkembangan itu Nenek Mawar Bidara senang, dan bertambah semangat mengajari mereka.
"Kecepatan mereka menguasai jurus yang aku berikan lebih tinggi daripada kedua orang tua mereka. Semoga saja kelak mereka tidak berakhir seperti kedua orang mereka." Gumam Nenek Mawar Bidara di dalam hati.
Tujuh tahun kemudian, saat Arga menginjak usia tujuh belas tahun. Keduanya telah menguasai sekitar tujuh puluh jurus tingkat penguasaan akhir dan tiga puluh jurus penguasaan sempurna. Mereka sudah tumbuh menjadi anak yang tampan dan cantik.
Arga Permana menjadi seorang anak laki-laki yang memakai pakaian putih dan wajah tampan serta tubuh yang tinggi yang menjulang, fisik yang baik dan memakai ikat kepala berwarna merah. Sedangkan Ayu Ratih Permana menjelma menjadi anak yang berparas cantik nan anggun, memakai pakaian biru yang tak kalah indah dari parasnya.
Mereka berdua sedang belajar jurus gabungan. Jurus gabungan ini diberi nama jurus pukulan gabungan langit dan bumi. Jurus ini diciptakan oleh Nenek Mawar Bidara khusus untuk mereka berdua. Jurus ini dapat mengeluarkan kilatan cahaya berwarna hitam dan biru yang dapat menghancurkan semua yang terkena jurus ini.
Keesokan hari pun tiba, Arga dan Ayu dipanggil oleh Nenek Mawar Bidara. Mereka bertiga duduk di bebatuan tempat persemedian. Nenek Mawar Bidara terlihat sedih dari raut wajahnya.
"Hari ini adalah hari terakhir kalian berada disini. Kalian harus turun gunung, guna mempraktekkan ilmu Kanuragan yang telah nenek berikan."
"Nenek, kenapa kami harus melakukan hal itu? Kenapa kami tidak bersama Nenek saja? Kami sudah nyaman tinggal disini." Ucap Arga
"Tidak bisa cucuku, kalian harus melihat dunia luar! Ingat! Kalian harus menjadi pendekar sejati yang menumpas kejahatan dan berbuat kebaikan. Jangan gunakan ilmu kalian untuk menindas orang lain. Tenang saja walaupun nenek tidak bersama kalian tetapi nenek akan selalu mengawasi kalian." Ucap Nenek Mawar Bidara sambil wajah sedih dan harus merelakan kepergian kedua muridnya untuk kali keduanya. Perasaan ini telah lama tidak Nenek Mawar Bidara rasakan.
Jangan menyimpan dendam karena akan menjadi keburukan
Jangan menyimpan nafsu serakah karena itu akan membutakan hati
Jangan menjadi orang yang tak berperikemanusiaan karena itu akan membunuh kita secara perlahan
Jadilah pendekar sejati yang menumpas kejahatan dan menegakkan keadilan
"Pesan itu harus kalian ingat baik-baik cucuku. Dan untukmu Arga jaga adikmu baik-baik."
"Baik nek! Semua ajaran Nenek akan kami ingat dan kami tanamkan di dalam hati kami." Ucap Arga dan Ayu bersamaan dan bersujud tiga kali di depan Nenek Mawar Bidara.
Nenek Mawar Bidara memberikan senjata pusaka kedua orang tuanya kepada Arga dan Ayu.
Sebelum mereka pergi Nenek Mawar Bidara menghentikan mereka berdua dan memeluk erat keduanya.
"Arga tunggu sebentar ada yang ingin nenek sampaikan."
Setelah mendengarkan apa yang Nenek Mawar Bidara ceritakan, Arga membukakan matanya lebar-lebar dan terlihat semangat dari wajahnya.
Perjalanan mereka di mulai pada hari ini, setelah seharian mereka menempuh perjalan akhirnya mereka menemukan desa terdekat. Arga dan Ayu memutuskan untuk menginap di desa ini, karena malam hari akan segera tiba. Sesampainya di desa mereka berdua berhenti di sebuah penginapan.
"Paman, kami menyewa dua kamar untuk beristirahat untuk semalam saja dan beberapa hidangan untuk mengisi perut. Utamakan daging dan sayuran Paman. Berapa koin yang harus kami bayar?" Tanya Arya
"Satu kamar dipatok harga 5 koin perunggu pendekar muda. Sedangkan untuk hidangan 10 koin perunggu, jadi totalnya 20 koin perunggu." Ucap pemilik penginapan.
Arga memberikan satu koin perak yang sebelumnya diberikan oleh Nenek Mawar Bidara. Pemilik penginapan memberikan 80 koin perunggu untuk kembaliannya. Nenek Mawar Bidara memberikan sekantong kecil koin kepada Arga dan Ayu karena beliau tahu bahwa itu akan sangat berguna.
Pemilik penginapan sangat berhati-hati bicara karena dia merasa bahwa kedua orang pemuda-pemudi di depannya ini bukanlah orang sembarangan melainkan pendekar. Karena dia melihat pedang dan tombak yang ada pada keduanya.
Alat pembayaran sendiri terdiri dari tiga bagian yaitu perunggu, perak dan emas. 1 koin emas setara dengan 100 koin perak dan 1 koin perak setara dengan 100 koin perunggu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 149 Episodes
Comments
rajes salam lubis
semangat
2022-02-05
2
arfan
1080
2021-06-29
0
Zira
satu chapter lumayan panjang
2021-04-01
2