Dari cerita sang Kakek ternyata Kakek itu dikenal dengan sebutan Pengemis Tua dari Bukit Cendana. Mendengar nama itu, Arga dan Ayu terkejut dan langsung membuka mulut mereka lebar-lebar.
Arga dan Ayu bersikap demikian bukan tidak memiliki alasan, karena Kakek Tua yang dihadapan mereka ini adalah Pendekar yang sangat terkenal di dunia persilatan. Mereka berdua pernah mendengar cerita dari Nenek Mawar Bidara. Nenek Mawar Bidara selalu bercerita tentang dunia persilatan di selah-selah melatih Arga dan Ayu serta menceritakan tokoh-tokoh dunia persilatan yang terkenal dan salah satunya adalah kakek yang dihadapan mereka.
Pendekar Pengemis Tua dari Bukit Cendana adalah pendekar aliran putih yang sudah malang melintang sangat lama di dunia persilatan. Pengemis Tua dari Bukit Cendana sendiri adalah seorang pendekar yang satu generasi dengan Nenek Mawar Bidara.
Pengemis Tua dari Bukit Cendana memiliki nama asli yaitu Jaka Menep. Jaka Menep adalah anak dari seorang Kepala Desa dari Desa Pesugihan. Desa Pesugihan adalah desa yang setiap tahunnya melakukan Pesugihan untuk Siluman Ular yang ada di Bukit Cendana. Saat Jaka Menep lahir, ternyata Siluman Ular datang ke kediaman Kepala Desa untuk meminta Jaka Menep sebagai tumbalnya.
Sang Ayah yang tidak bisa berbuat apa-apa dengan terpaksa menyerahkan anaknya kepada Siluman Ular itu. Setelah diserahkan Siluman Ular membawanya ke Bukit Cendana tetapi bukan untuk membunuhnya melainkan untuk dilatih menjadi pendekar yang hebat.
Seiring berjalannya waktu Jaka Menep menjadi seorang pria perkasa yang memiliki wajah tampan dan hal ini membuat Siluman Ular mencintainya. Tetapi karena sadar bahwa dia tidak mungkin bisa menjadi Jaka Menep, Siluman Ular akhirnya memutuskan untuk menghilang dan meninggalkan Jaka Menep, dia menurunkan semua ilmunya kepada Jaka Menep.
Setelah kepergian Siluman Ular, Jaka Menep memutuskan untuk turun gunung mencari pengalaman di dunia luar.
Jaka Menep melihat seorang gadis yang sedang bertarung melawan tiga orang pendekar yang berilmu tinggi. Jaka Menep membantu gadis itu melawan mereka, setelah keduanya membunuh ketiga pendekar tadi mereka berkenal dan ternyata nama gadis itu adalah Siti Martiah yang tidak lain adalah Nenek Mawar Bidara. Saat itulah Jaka Menep dan Siti Martiah berteman dan melakukan perjalanan-perjalanan bersama.
Tetapi ada sewaktu masa Jaka Menep tiba-tiba meninggalkan Siti Martiah. Setelah beberapa tahun tidak bertemu akhirnya Siti Martiah mendengar sepak terjang dari Jaka Menep.
*****
"Kenapa kalian bersikap begitu." Tanya Pengemis Tua dengan penasaran sambil mengelus-elus janggutnya.
"Tidak apa-apa Kek! Jawab Arga, "Kami hanya pernah mendengar tentang Kakek dari guru kami". Sambungnya sambil tersenyum pahit.
"Hmm...memangnya siapa guru kalian? Tanya Kakek Pengemis itu.
"Kami murid dari Nenek Mawar Bidara." Ucap Ayu.
Kini giliran Pengemis Tua itu yang mengerutkan dahinya. Dia mengangguk-angguk dan melihat ke arah Arga dan Ayu bergantian.
Tak lama kemudian hidangan pun sampai dan Arga mempersilahkan kakek pengemis itu untuk menyantap hidangannya. Setelah selesai menyantap hidangan itu Kakek Pengemis berdiri dan berkata kepada Arga dan Ayu.
"Aku tidak tahu apakah ini sebuah kebetulan ataukah takdir, tapi jika kalian berkenan aku bisa menurunkan satu dua ilmu untuk kalian berdua." Ucap sang Kakek.
Mendengar hal itu Arga dan Ayu hanya tersenyum kepada kakek pengemis itu, mereka menolak dengan lembut.
Tetapi sang Kakek tetap memaksa mereka berdua. Tidak mau membuat sang Kakek kecewa mereka akhirnya menerima tawaran sang Kakek.
Mereka meninggalkan kedai itu dan pergi ke sebuah hutan di dekat desa itu dan menemukan sebuah gubuk yang ternyata adalah rumah sang Kakek.
"Jurus yang akan Kakek turunkan kepada kalian bernama Ajian Melepas Roh." Ucap Kakek Pengemis.
Ajian Melepas Roh adalah Ajian yang diturunkan Siluman Ular kepada Jaka Menep. Ajian ini bisa melepaskan dan dapat bertarung menggunakan roh mereka. Ajian ini adalah ilmu tingkat tinggi karena bisa menyerang musuh hanya dengan roh mereka.
Setelah sebulan belajar Ajian Melepas Roh akhirnya mereka menguasai ilmu tersebut. Dan mereka memperagakan Ajian itu di depan sang Kakek, Arga dan Ayu menyerang sang Kakek dengan ilmu itu.
"Ndok, kalian berdua sudah menguasai Ajian Melepas Roh sekarang tunjukkan kepada Kakek, mari kita bertarung menggunakan roh." Ucap kakek pengemis.
"Baiklah Kek." Ucap Arga dan Ayu
Akhirnya mereka bertarung melawan kakek pengemis, setelah bertarung hampir sekitar sejam akhirnya Arga dan Ayu kalah dari sang Kakek.
Sehari kemudian Arga dan Ayu memutuskan untuk melanjutkan perjalanan mereka mencari Topeng Setan untuk membalas dendam Kedua orang tua mereka.
Arga dan Ayu memacuh kuda mereka meninggalkan hutan kediaman sang kakek. Mereka berdua terlihat senang karena menguasai ilmu baru.
Saat diperjalanan mereka menemukan seorang kakek tua yang sedang pingsan di pinggir jalan. Mereka membangunkan sang kakek itu, ternyata sang kakek bukanlah pingsan tetapi dia tertidur disana.
"Kek bangun Kek!" Arga memiringkan kepalanya dan memperhatikan Kakek Tua yang sedang terbaring di jalanan itu.
Sang Kakek membuka matanya dan melihat ke arah Arga dan Ayu.
"Aih...ada dua orang anak muda ternyata. Maaf Kakek menghalangi jalan kalian, tapi Kakek tadi ketiduran, hehehe." Kakek itu menjawab dengan datarnya dan terkekeh tertawa.
Melihat sang Kakek dihadapan mereka bersikap seperti itu, Arga dan Ayu hanya bisa tersenyum kecut.
"Siapakah kalian berdua." Tanya sang Kakek memulai percakapan dengan mereka.
Melihat Kakek yang dihadapan mereka adalah orang yang baik, mereka mengungkapkan identitas mereka.
"Saya Arga dan ini adik saya namanya Ayu. Kami berasal dari gunung Ambar, murid dari Nenek Mawar Bidara." Jawab Arga.
Sang Kakek menganggukkan kepalanya mendengar hal tersebut. Kemudian sang Kakek menceritakan apa yang terjadi kepadanya. Dia tertidur disini akibat kelelahan setelah berjalan selama tujuh hari tanpa istirahat. Sang Kakek ingin mencari muridnya yang pergi sebulan yang lalu.
Akan tetapi, setelah melihat Arga dan Ayu yang memiliki perangai yang baik, Kakek itu tiba-tiba meminta bantuan kepada mereka berdua.
"Kalau kalian tidak keberatan, tolong bawakan kipas ini untuk muridku. Berikan kepadanya jika kalian bertemu dengannya." Ucap sang kakek.
Mendengar hal itu, Arga dan Ayu mengangguk dan berjanji akan mencari murid sang kakek dan memberikan kipas tersebut.
Sang Kakek menceritakan identitas muridnya. Muridnya seorang perempuan yang berumur sama seperti Arga dan Ayu. Nama perempuan itu adalah Nilawati. Nilawati memakai pakaian gaun merah dan memiliki tanda lahir berbentuk bulat yang berwarna hitam di bagian lehernya.
Setelah selesai berbincang-bincang, akhirnya Arga dan Ayu memutuskan untuk melanjutkan perjalanan mereka.
Setelah Arga dan Ayu jauh dari tempat sang kakek tua itu melihat ke langit. "Aih... Semoga saja Nilawati bisa berteman dengan mereka. Mereka adalah murid dari Mawar Bidara yang merupakan teman masa laluku." Gumamnya dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 149 Episodes
Comments
arfan
982
2021-06-29
0
Bayu Ajay
lanjut terus pantang mundur
2021-06-14
0
Asep Dki
👍👍👍
2021-01-09
1