Ayu lalu membalikkan badannya dan bergerak ke arah keluar arena untuk menemui Arga.
Tetapi hal yang tidak di duga terjadi, Kelabang Hitam mengeluarkan jurus pamungkasnya. Tangan kanan Kelabang Hitam menjadi hitam sampai sikutnya. Ketika tangan Kelabang Hitam telah menjadi hitam sepenuhnya dia mengangkat tangan nya keatas untuk menyerang ke punggung Ayu.
Akan tetapi tiba-tiba muncul pedang dan dia tidak bisa menghindari pedang itu seketika juga tangannya terpotong. Semua mata penonton tertuju ke arah seorang pemuda yang berdiri di luar arena. Pemuda itu tidak lain adalah Arga.
Pukulan Kelabang Hitam adalah pukulan yang amat dahsyat. Pukulan itu dapat membunuh musuh dan membuat tubuh musuh menjadi hitam dalam beberapa saat. Pukulan itu di dapatkan dengan menyerap racun dari Kelabang.
Arga yang melihat adiknya menodongkan tombak ke arah lawannya tersenyum tipis. Tetapi senyum itu tiba-tiba menghilang saat dia melihat Kelabang Hitam ingin menyerang adiknya dari belakang. Arga langsung meleparkan pedangnya ke arah tangan Kelabang Hitam dan berhasil memotong tangan itu.
"Argh! Tanganku." Teriak Kelabang Hitam.
Arga langsung terbang ke dalam arena dan dia langsung menghampiri adiknya itu. Dia memberi isyarat kepada Ayu untuk berdiri di belakangnya.
"Kurang ajar kau pak tua! Berani sekali kau mau menyerang adikku dari belakang. Pendekar macam apa kau! Arga menunjuk ke arah Kelabang Hitam. Dia emosi, darahnya mendidih naik ke atas kepalanya, jantungnya berdetak kencang karena dia menyadari jika dia terlambat sedikit saja bertindak maka adiknya akan dalam bahaya yang besar.
Arga mengeluarkan jurus pukulan bintang. Seketika itu juga warna kuning keluar menyelimuti tangannya. Tetapi sebelum dia melepaskan pukulan itu dia di tahan oleh Ayu.
"Jangan kakang, jangan bunuh dia. Biarkan saja, toh aku juga selamat kan." Kata Ayu untuk meredam emosi kakaknya itu.
Pukulan Bintang adalah salah satu Jurus andalan Arga yang diturunkan oleh nenek Mawar Bidara sedangkan Ayu memiliki pukulan yang sama dahsyatnya yaitu Jurus Pukulan Bulan.
Perlahan-lahan emosi Arga mulai meredam, Arga melepaskan pukulannya ke arah pohon yang ada di belakang Kelabang Hitam, seketika itu juga pohon itu hancur dan tumbang. Penonton yang melihat hal itu hanya bisa menelan ludah, mereka mulai berpikir jika pukulan itu di arahkan ke kelabang hitam pasti dia sudah menjadi abu sekarang.
"Kami berasal dari gunung Ambar murid dari nenek Mawar Bidara dan merupakan anak dari Sepasang Pendekar Suci." Seru lantang Arga menggelar ke seluruh penjuru tempat itu.
Mendengarkan hal itu, orang-orang yang ada di sana menelan ludah mereka. Karena mereka tahu betul beberapa puluh tahun yang lalu ada seorang wanita yang menguasai dunia persilatan dan menjadi tokoh nomor satu di dunia persilatan yang tidak lain adalah nenek Mawar Bidara. Dan yang tidak kalah mengagetkan mereka juga anak dari Sepasang Pendekar Suci yang merupakan pendekar nomor satu pada masanya.
Kelabang Hitam langsung bangkit dan terbang meninggalkan arena. Dia sangat ketakutan mendengarkan pengakuan dari Arga.
Arga dan Ayu langsung naik ke atas kuda mereka dan mulai mamacu kuda dengan cepat meninggalkan tempat itu.
Kepala Desa yang sejak tadi mematung mendengarkan pengakuan Arga belum sadar diri. Dia baru sadar ketika Arga dan Ayu telah meninggalkan tempat tersebut.
Setelah cukup jauh dari tempat pertarungan tadi, Kelabang Hitam berhenti sejenak untuk mengambil nafas dan memulihkan kondisi tubuhnya.
"Untung saja aku tidak mati hari ini! Kedua anak itu kurang ajar sekali. Lihat saja aku akan membuat perhitungan dengan mereka di masa depan nanti." Gumam kelabang hitam di dalam hati.
Kelabang Hitam pun melanjutkan perjalanan nya untuk kembali ke tempat persembunyiannya. Kelabang Hitam tinggal di sebuah gua yang besar yang disekelilingnya sudah dia pasang banyak sekali jebakan-jebakan untuk melindungi tempatnya itu.
Setelah beberapa jam, Arga dan Ayu berhenti di sebuah Desa lagi. Desa ini bernama desa Kariang Biandu. Mereka mampir ke sebuah kedai yang ada disana. Pemilik kedai langsung menghampiri Arga dan Ayu, pemilik kedai melayani mereka berdua dengan sopan. Pemilik kedai mulai menanyakan apa yang mau mereka pesan.
"Selamat datang pendekar muda! Apa ada yang bisa saya bantu untuk kedua pendekar? Tanya pemilik kedai dengan hati-hati.
"Kami mau makan daging dan sayur serta sediakan juga arak sebagai minumannya sedangkan untuk adikku ini sediakan saja air putih untuk minumannya." Ucap Arga dengan santai.
"Baik pendekar. Kalau begitu kalian duduk saja dulu disana sambil menunggu hidangan kami sediakan." Pemilik kedai menunjukkan tempat mereka duduk dan pemilik kedai meninggalkan mereka berdua.
Pemilik kedai kembali ke dapur untuk memberitahukan pesanan mereka kepada pelayannya. Pemilik kedai juga berpesan saat pelayannya menghidangkan makanan jangan sampai menyinggung keduanya.
"Hidangkan makanan dengan hati-hati, jangan sampai membuat kesalahan apalagi menyinggung mereka." Pesan pemilik kedai.
"Baik tuan." Angguk dari pelayan itu.
Keduanya menyantap makanan itu dengan lahap. Mereka menghabiskan makanan mereka. Tetapi disaat Arga sedang menikmati araknya tiba-tiba datang seorang pria yang berusia sekitar 70 tahunan. Orang tua itu meminta sedikit makanan kepada pemilik kedai karena orang tua itu sudah 3 hari belum makan maupun minum.
Akan tetapi sang pemilik kedai malah mengusir orang tua itu dan meludahinya.
"Pergi kau! dasar pengemis tak tahu diri." Ucap pemilik kedai menunjuk orang tua itu dengan tatapan yang merendahkan.
Ayu yang melihat kejadian itu langsung mendekati keduanya dan langsung menegur pemilik kedai itu serta mengajak orang tua tadi untuk masuk kedalam kedai.
Melihat hal tersebut pemilik kedai langsung terdiam dan tak berkata-kata.
"Paman bawakan hidangan terbaik kedai ini untuk Kakek ini." Ucap Ayu yang terlihat geram kepada pemilik kedai dan tatapan yang dingin.
"Baik Nisanak." Pemilik kedai hanya bisa mengangguk dan langsung berlari kebelakang dengan wajah pucat
Melihat kejadian itu, Arga hanya tersenyum sambil menikmati arak yang masih ada ditangannya.
"Mari Kek ikut saya duduk." Ajak Ayu kepada kakek pengemis itu sambil memapah tangannya untuk duduk ke tempat mereka sebelumnya.
"Terima kasih Nisanak! Balas kakek pengemis.
Setelah sampai di tempat Arga duduk, Ayu memperkenalkan Arga kepada Kakek Pengemis dan menyuruhnya duduk di dekat mereka.
"Hormat kepada Kakek. Perkenalkan saya Arga kakaknya Ayu Kek." Ucap Arga sambil menundukkan kepalanya.
"Silahkan duduk Kek." Sambungnya.
Mereka bertiga berbincang-bincang selama menunggu makanan sang kakek
Dari cerita sang kakek ternyata kakek itu dikenal dengan sebutan Pengemis Tua dari Bukit Cendana. Mendengar nama itu, Arga dan Ayu terkejut dan langsung membuka mulut mereka lebar-lebar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 149 Episodes
Comments
Edy Sulaiman
jadi pendekar jgn tanggung sama bandit gol hitam, bunuh dan bunuh biar dikemudian tdk jadi duri.
2024-11-15
0
Garuda Phoenix
dapat guru baru
2022-04-11
2
Rivai Hanapi
Tampa mencoba langsung main embat minum arak
2021-09-08
0