Arga dan Ayu duduk di bangku yang telah disediakan, mereka mulai menyantap makanan yang telah dihidangkan. Saat keduanya sedang asik menyantap hidangan tiba-tiba ada lima orang pria datang ke penginapan dan langsung menggebrak meja pelayanan tempat pembayaran.
"Hei Pak Tua, berikan semua harta yang Kau miliki dan sediakan kami makanan dan arak juga, kalau tidak penginapan ini akan Kami hancurkan!" Ucap salah satu dari lima orang tadi.
"Maaf Tuan, tetapi hari ini lagi sepi pengunjung, ini saja belum cukup untuk mengembalikan modal kami." Balas Pemilik Penginapan.
Mereka berlima duduk di bangku yang tersedia. Salah seorang menggebrak meja tempat makan dan berkata "Cepat tinggalkan tempat ini dan tinggalkan semua harta Kalian."
Para pengunjung penginapan pun langsung bergegas cepat meninggalkan penginapan. Dan saat kelima perampok tadi melihat ke arah satu meja, mereka melihat dua orang Muda-Mudi yang sedang menyantap makanan.
Dua orang Muda-Mudi itu tak lain adalah Arga dan Ayu. Mereka tetap tenang dan seperti tak mendengarkan apa yang diucapkan perampok itu.
"Hei bocah ingusan! Apakah Kalian tidak mendengarkan ucapanku tadi. Cepat tinggalkan penginapan ini dan tinggalkan semua harta Kalian dan perempuan itu juga tetap disini, biarkan Dia bermain-main bersama Kami malam ini." Ucap Perampok tadi.
Perampok itu langsung mendekat ke arah Arga dan Ayu itu dan saat Perampok itu mau menyentuh wajah Ayu seketika itu juga Arga berteriak dengan keras dan mengayunkan pedangnya.
"Lancang! Kau pikir Adikku itu apa? Tanganmu yang kotor itu tak pantas menyentuhnya! Akan ku bunuh kalian semua." Setelah Arga mengucapkan kata itu seketika tangan perampok yang mau menyentuh wajah Ayu tadi putus dan jatuh ke lantai.
Melihat hal tersebut empat orang lainnya mendekat dan langsung menyerang Arga. Arga tak tinggal diam dia langsung mengayunkan pedangnya ke arah empat orang perampok tadi, tetapi berhasil mereka tahan dengan golok yang ada di tangan mereka.
Melihat pertarungan yang tak bisa di elakkan lagi itu, Ayu juga ikut membantu Arga. Sekitar lima belas menit kelima orang perampok tadi sudah terjatuh ke lantai dan terbunuh.
Melihat pertarungan antara dua orang pemuda-pemudi dengan lima perampok, sang pemilik penginapan dan pelayannya bersembunyi.
Setelah pertarungan selesai, sang pemilik penginapan di panggil keluar oleh Arga. Dan Arga pun langsung menanyakan berapa ganti rugi yang harus dibayar karena merusak penginapan tersebut.
"Paman, kemari! Berapa ganti rugi yang harus kami bayar untuk mengganti penginapan yang rusak ini." Ucap Arga dengan wajah yang masih terlihat marah dan dingin.
"Tidak...tidak usah pendekar! Seharusnya kami berterimakasih karena pendekar telah membunuh kelima perampok itu." Ucap pemilik penginapan dengan wajah pucat pasih dan ketakutan.
"Tidak Paman! Ambil ini." Arga memberikan satu koin emas sebagai ganti ruginya. "Kembalikan juga semua harta pengunjung yang tadi telah keluar dari penginapan ini" tambah Arga.
Melihat hal tersebut sang pemilik penginapan hanya bisa mengambil apa yang telah di berikan Arga, karena dia takut akan menyinggung Arga jika ia tolak.
"Terimakasih pendekar! Oh iya kalo boleh tau siapa nama pendekar berdua?" Dengan hati-hati pemilik penginapan menanyakan identitas mereka, karena dia penasaran dua orang yang masih sangat muda tetapi sudah memiliki ilmu Kanuragan yang sangat tinggi
Arga tersenyum menanggapi hal tersebut. Dia memanggil adiknya untuk datang ke sampingnya.
"Maaf Paman kalau untuk nama kami tidak bisa menyebutkannya." Arga tersenyum lebar dan bersikap ramah kepada pemilik penginapan itu.
Mendengar hal itu pemilik penginapan tidak melanjutkan lagi pertanyaannya melainkan mengajak mereka berbincang-bincang dan terus berterima kasih kepada keduanya.
Setelah berbincang-bincang dengan pemilik penginapan, Arga dan Ayu pergi ke kamar mereka masing-masing untuk beristirahat sedangkan pemilik penginapan dan pelayan-pelayan nya membersihkan ruangan dan mengangkat mayat dari kelima perampok tadi.
Keesokan harinya, Arga dan Ayu berniat membeli kuda untuk perjalanan mereka. Arga memanggil pemilik penginapan untuk bertanya dimana mereka bisa mendapatkan kuda.
"Paman, kami akan melanjutkan perjalanan dan kami ingin membeli kuda. Bisakah Paman menunjukkan dimana tempat kami bisa membelinya." Arga melirik ke arah pemilik penginapan.
Mendengar hal itu sang pemilik penginapan memanggil pelayannya dan membisikkan sesuatu.
"Itu tidak perlu pendekar, biar kami yang menyediakannya." Pemilik penginapan memberikan kuda gratis kepada Arga dan Ayu.
"Baiklah kalo begitu terimakasih, Paman."
Setelah beberapa saat menunggu, akhirnya dua ekor kuda sampai di depan penginapan.
"Oakkkk." Suara kuda yang gagah terdengar dari luar penginapan.
"Mari pendekar, kuda nya sudah ada diluar." Ajak pemilik penginapan kepada Arga dan Ayu.
Setelah sampai di luar, Arga dan Ayu langsung diberikan kuda. Arga dan Ayu langsung naik keatas kuda tersebut dan mengelus kepalanya.
"Oakkkk." Suara kuda seperti bersemangat.
"Baiklah Paman, kami akan melanjutkan perjalanan kami, sampai jumpa lagi." Ucap Arga.
Arga dan Ayu melambaikan tangan mereka ke arah pemilik penginapan dan memacuh kuda dengan cepat.
Setelah berjalan beberapa jam mereka terhenti saat melihat sebuah desa dan di tengah desa tersebut sedang ramai warga yang mengelilingi sebuah arena di lapangan luas. Terdengar sorakan-sorakan dari warga tersebut.
"Ayo, Karso kalahkan dia! Aku sudah bertaruh banyak harta untuk kemenanganmu." Teriak salah satu penonton.
Beberapa saat kemudian Arga dan Ayu sampai di dekat kerumunan warga tersebut. Ternyata mereka melihat pertarungan antara dua orang laki-laki diatas arena yang di luarnya telah di tancapkan bambu-bambu runcing. Ternyata ini adalah rutinitas warga daerah sini untuk melakukan pertarungan hidup dan mati untuk mendapatkan uang.
Terlihat dua orang pria yang berumur sekitar 30 tahunan sedang bertarung. Salah seorang memegang pedang ditangannya. Pria itu bernama Katiwanda dan yang satunya memegang cambuk yang bernama Karso. Silat yang mereka perlihatkan lumayan indah dan jurus yang lumayan tinggi. Pemenang pertarungan itu akan mendapat 50 koin emas.
Terlihat seorang pria tua yang duduk di pinggir arena dan di kelilingi banyak pelayan. Pria tua tersebut adalah kepala desa dari desa tersebut. Desa ini bernama desa Junggai.
Setelah bertarung cukup lama akhirnya sang pengguna cambuk berhasil memenangkan pertarungan dan yang memegang pedang terlihat sudah tertancap di bambu runcing yang ada di luar arena.
Melihat hal tersebut sorak sorai penonton menggema di sekitar arena. Tentu saja itu bagi yang memenangkan taruhan.
Karso belum turun dari arena, dia menantang lagi orang lain untuk menghadapinya. Tiba-tiba ada seseorang yang berumur sekitar 40 tahunan terbang dan memasuki arena. Pria tersebut berpakaian serba hitam dan terlihat pedang tersaring di belakangnya. Penonton yang melihat hal tersebut langsung diam dan tak berkata-kata.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 149 Episodes
Comments
mario karta
🥱😁😂😂🤣😃😃😃😃😄
2022-04-11
0
Garuda Phoenix
baru mulai membaca... semoga menarik
2022-04-11
0
Tonie Silvian
baru tau kalau suara kuda....oaakkk,
2021-11-29
0