Asyila terbangun dari tidurnya, udara pagi itu benar-benar sejuk.
Membuatnya ingin merasakan sejuknya udara di sekitar tempat perkemahan.
Dyah dan Erna masih tertidur pulas sehabis sholat subuh bersama, dengan penasaran dan melihat-lihat pemandangan sekitar Asyila berjalan dan terus berjalan mencari tempat yang cocok untuk mengabadikan momen di sekitar hutan.
“Sepertinya tempat ini kurang cocok, lebih baik ke sebelah sana saja,” ucap Asyila dan melangkahkan kakinya menuju hutan.
Selain membawa ponsel pintar dan tas kecil di punggungnya berisikan beberapa roti, tak lupa ia membawa jaket serta sepatu sneaker miliknya.
“Wah.. tempat ini cantik. Lebih baik foto disini,” ucap Asyila dan ber-selfie.
Lama-lama matahari mulai terbit dengan cahaya yang sangat terang membuat Asyila semakin ingin memasuki hutan.
Tak ada sedikitpun rasa ketakutan di benaknya karena ia pikir masih disekitar tempat mereka berkemah dan pasti banyak orang yang lalu lalang disekitar hutan itu.
“Ada bunga yang cantik,” puji Asyila pada bunga bermekaran.
Dengan cepat Asyila memotret bunga itu sebanyak mungkin.
Erna terlebih dulu bangun dari tidurnya, embun pagi membuat tenda menjadi dingin bahkan berair.
Dengan cepat ia bangun dan melipat selimut yang Erna pakai.
“Asyila kemana?” tanya Erna lirih. Ia kemudian keluar tenda.
Erna melihat sekeliling tenda tapi tidak menemukan batang hidung Asyila, ia pun berpikir bahwa Asyila sedang menikmati udara pagi.
“Selamat pagi nenek,” sapa Abraham yang baru keluar dari tenda.
“Pagi juga, tadi di depan tenda ada mangkuk apakah kamu dan Asyila semalam makan bersama?” tanya Erna.
“Awalnya ia nek, tapi dia malah masuk ke dalam tenda,” sahut Abraham jujur.
“Sabar ya Abraham, mungkin Asyila tidak enak bersama mau jadinya menghindari kamu, kamu kan tahu sendiri Asyila belum tahu siapa kamu,” ucap Erna.
“Iya nek, hari ini kita mau masak apa?” tanya Abraham.
“Kita bakar ikan bagaimana?” tanya Erna.
“Tapi kan kita tidak ada ikan nek, hanya beberapa roti dan mie instan.”
Erna tersenyum lebar. “kamu lupa kalau kita punya bawahan?” tanya Erna.
“Aku mengerti nek, biar aku suruh Eko untuk mengantarkan ikan,” sahut Abraham.
“Jangan lupa bilang kepada Eko untuk membersihkan ikan dan memberi bumbu untuk membakar ikan.” Pesan Erna pada cucunya.
“Siap nenek, Abraham menghubungi Eko sebentar ya nek!” ucap Abraham dan menjauh beberapa meter untuk menghubungi Eko.
Dyah di dalam tenda menggeliat merenggangkan otot-ototnya, ia lalu menoleh ke sebelah kiri mencari Erna dan Asyila.
“Kemana mereka?” tanya Dyah yang masih mengumpulkan nyawanya.
Dengan mata yang belum terbuka sempurna Dyah bangun dan keluar tenda mencari Erna dan Asyila.
“Nenek sudah bangun,” ucap Dyah sambil mengucek mata.
“Kamu sudah bangun, tolong bantu nek yut mengambil kayu bakar dekat tenda yang kemarin nen yutbawa!” pinta Erna.
“Baik nek yut,” balas Dyah.
Dyah mengambil beberapa kayu bakar dan menaruh kayu itu tepat di tempat pembakaran, kemudian ia berjalan menuju kamar mandi yang lumayan jauh dengan tenda mereka.
Abraham duduk sambil menghadap ke arah tenda yang ditinggali oleh istrinya, namun hampir 1 menunggu belum juga muncul tanda-tanda istrinya terbangun.
“Nek coba lihat Asyila, dari tadi dia belum bangun!” pinta Abraham.
“Asyila tidak ada di tenda, mungkin masih jalan-jalan disekitar tempat ini,” ucap Erna.
“Jadi Asyila tadi tidak izin nek? baiklah nek” ucap Abraham tak bersemangat.
“Kamu yang semangat dong! kalau Asyila sudah bosan pasti dia balik kesini,” sahut Erna.
“Iya nek,” ucap Abraham pasrah.
Dyah datang dengan rambut yang masih basah dibalut oleh handuk kecil di kepalanya.
“Adem nek yut,” ucap Dyah menggigil.
“Tidak apa-apa Dyah, hitung-hitung buat menyegarkan badan,” balas Erna.
Dyah mengedarkan pandangannya ke sekitar tenda. “Aunty mana nek yut?” tanya Dyah lirih.
“Mungkin jalan-jalan sekitar tempat ini,” sahut Erna.
“Iya nek, Dyah juga seharusnya diajak,” ucap Dyah.
“Nanti kita jalan-jalan lagi kalau Asyila sudah pulang.”
“Iya nek.”
Tak terasa waktu telah menunjukkan pukul 12 siang namun Asyila belum juga datang menghampiri mereka.
“Nek istriku dari tadi belum juga datang,” ucap Abraham panik.
“Dyah coba hubungi aunty-mu sekarang!” pinta Erna yang ikutan panik.
Dyah dengan cepat mengambil ponsel pintarnya di dalam tenda, saat akan mengirim pesan rupanya pesan singkat dari Asyila baru saja masuk.
“Jangan menghawatirkan aku, disini aku sedang asyik memotret beberapa burung. 1 jam lagi aku pulang.”
Dyah bernafas lega ternyata Asyila baik-baik saja.
“Paman dan nenek buyut tidak perlu khawatir, aunty mengirim pesan bahwa sebentar lagi kak Asyila Sampai kesini. Kak Asyila berkata sedang asyik memotret burung,” jelas Dyah.
“Syukurlah,” ucap Erna.
Khawatir tetaplah khawatir itulah yang dipikirkan oleh Abraham.
Ia sama sekali tidak bisa tenang mengingat hutan itu banyak sekali hewan-hewan liar bahkan buas.
Langkah kaki Asyila tetap mengikuti kemana arah burung itu pergi, sampai ia tidak sadar bahwa dirinya telah sangat jauh dari tempat aman.
Asyila duduk di pohon yang tidak terlalu besar ataupun kecil, ia mengiistirahatkan dirinya yang cukup lelah sedari tadi berjalan tanpa henti.
Ia kemudian menikmati roti yang sedang dipegangnya dan meminum air mineral.
“Ya ampun sudah jam 2, sebaiknya aku pulang,” ucap Asyila.
Asyila melangkahkan kakinya menuju arah pulang, namun diperjalanan ia sedikit bingung karena hampir semuanya pohon.
Ia pun mempercepat langkahnya agar sampai di tenda.
“Lewat mana ya? sepertinya lewat situ,” ucap Asyila bermonolog.
Abraham semakin khawatir dan panik.
Hatinya saat itu benar-benar tak karuan.
“Dyah cepat hubungi aunty-mu aku memiliki firasat buruk,” ucap Abraham.
“Paman yang tenang, ini Dyah coba hubungi aunty,” balas Dyah.
Dyah mencoba menghubungi nomor Asyila namun bukan Asyila yang menjawab melainkan suara operator yangang menjawab.
“Paman nomor aunty diluar jangkauan,” ucap Dyah panik.
Erna yang panik pun mendekat ke arah mereka.
“Bagaimana sudah ada kabar dari Asyila?” tanya Erna memastikan.
“Sepertinya Asyila pergi terlalu jauh nek, sehingga sinyal di ponselnya diluar jangkauan. Aku akan meminta tim SAR dan lainnya membantu mencari Asyila,” ucap Abraham.
Tim SAR dan polisi dikerahkan untuk mencari Asyila, bahkan Abraham juga ikut andil dalam mencari istri kecilnya itu.
Erna menangis tanpa henti-hentinya ia begitu takut Asyila di dalam hutan kenapa-kenapa.
“Ya Allah Asyila dimana kamu? kenapa belum pulang juga,” ucap Erna.
“Nenek jangan nangis dan panik. Aunty pasti segera pulang,” ucap Dyah menenangkan sang nenek buyut.
“Eko! bawa nenek dan keponakanku pulang! jika mereka tidak mau paksa saja mereka,” perintah Abraham.
“Baik Tuan muda,” sahut Eko.
Eko mengikuti perintah sang majikan dengan cepat ia menghampiri Erna dan Dyah yang terlihat sedih, bahkan Erna masih saja menangis.
“Nyonya besar dan nona Dyah mari saya antarkan pulang!” ajak Eko.
“Saya tidak mau pulang, saya ingin menunggu Asyila,” tolak Erna.
“Saya mohon nyonya besar ikut saya pulang, Tuan muda memerintahkan saya agar kalian pulang,” pinta Eko.
Erna Akhirnya terpaksa mengikuti Eko untuk pulang. “Baiklah,” sahut Erna.
Asyila mencoba menghubungi Dyah namun sinyal di ponsel pintarnya tidak ada.
Pakai acara tidak ada sinyal segala, sebaiknya aku berjalan lagi siapa tahu ada sinyal.
Asyila berjalan dan terus berjalan menelusuri hutan lebat tiba-tiba ia terkejut karena ada ular yang menghadang jalannya.
“Aaaaaaaaaaa!” teriak Asyila.
Asyila berlari sekencang mungkin menjauhi ular kobra yang siap mematuk kakinya.
“Ya Allah tolong hamba dan jauhkan hamba dari marabahaya ini yang Allah,” ucap Asyila.
Asyila begitu ketakutan, ia berharap tidak ada hewan buas yang mendekatinya.
Disisi lain
Abraham dan tim SAR masih mencari keberadaan Asyila.
“Kalian cari kesana, saya dan tim yang lain mencari sebelah sana,” perintah Abraham.
Kamu kemana istriku?
Ya Allah tolong lindungi Asyila dimana pun ia berada.
Jangan pisahkan kami ya Allah.
Abraham menangis mencari Asyila, hatinya saat itu benar-benar kacau balau.
Ia bahkan menyalahkan dirinya karena tak becus menjaga istri kecilnya itu.
3 jam kemudian.
“Maaf Pak, sebaiknya pencarian kita cari besok pagi. Cuaca sore ini tidak memungkinkan diperkirakan akan turun hujan dan petir,” ucap salah satu anggota tim SAR.
“Baiklah pak, kalian bisa pulang sekarang,” sahut Abraham.
Abraham tak bisa memaksa mereka untuk tetap mencari Istrinya karena demi keselamatan mereka juga, dengan bermodal nekat dan tekad Abraham memutuskan mencari sendiri tanpa ada bala bantuan.
Aku akan tetap mencari kamu istriku, bahkan rela nyawaku sebagai taruhannya untuk menemukan kamu.
Abraham menginjakkan kakinya menuju hutan lebih dalam lagi setapak demi setapak ia lalu untuk mencari keberadaan Asyila.
Hujan yang diprediksi akan turun akhirnya benar-benar terjadi tak lupa suara petir menghiasi turunnya hujan.
Abraham bersikeras mencari keberadaan Asyila ia bahkan mencari istrinya itu dengan bermodalkan senter.
“Asyila!!” teriak Abraham.
“Asyila!!!” teriak Abraham lagi.
Abraham terus memanggil nama istrinya itu, ia berharap Istrinya baik-baik saja dan mendengar panggilannya.
Asyila menangis tersedu-sedu di bawah pohon besar ia sungguh ketakutan, ponselnya bahkan kehabisan baterai.
Lutut yang begitu dingin dipeluknya erat-erat, tubuhnya bahkan menggigil kedinginan menahan dinginnya malam.
Paman Abraham tolong aku!
Aku sangat ketakutan disini, tolong aku paman Abraham.
Diingatan Asyila hanyalah nama Abraham, ia sendiri bingung kenapa nama Abraham yang dibenaknya saat itu.
Ia sangat berharap bahwa Abraham mencari dan menemukan dirinya.
Abraham ❤️ Asyila
Don't forget..
Like ❤️ komen 👇 Vote sebanyak-banyaknya🙏😭
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 302 Episodes
Comments
Dyah Oktina
gampang bener nangis nih abraham... saking cintanya sm asyila
2023-12-03
0
Fe☕
Sabar ya asyila .....
2022-02-05
1
Erma Wahyuni
semoga abraham segera menemukan asyila
2021-06-24
1