Tidur bersama nenek

Erna duduk diruang keluarga bersama Asyila dan Dyah. Sementara Abraham masih sibuk diruang kerja karena ada beberapa data yang belum diperiksa dan disetujui olehnya.

“Bagaimana kuliahmu di Bandung Asyila?” tanya Erna.

“Alhamdulillah lancar nek.” balas Asyila.

“Nenek dengar dari Abraham kamu dan temanmu tinggal berdua di kontrakan, apakah itu benar?”

“Iya nek, itu benar. Saya dan Ema memang memutuskan untuk mengontrak.”

“Kalian hati-hati disana, jangan terlalu dekat dengan orang luar. Pokoknya waspada!”

“Baik Nek,”ucap Asyila.

“Apakah Dyah menyusahkan kamu selama belajar di kelas?”

“Tidak nek, Dyah selama dikelas tidak menyusahkan Asyila.”

“Nek yut dengar sendiri kan apa kata kak Asyila?” Tanya Dyah.

“Iya, nek yut mendengarnya.”

Abraham datang menghampiri mereka yang sedang duduk bersama.

“Ehem.” Abraham berdehem dan dengan santainya duduk tepat di samping Asyila.

Bisa-bisanya paman duduk di sampingku, Apakah dia lupa tentang kejadian tadi sore?

Abraham melihat jelas ekspresi wajah Asyila yang terlihat tenggang.

“Kamu merasa risih aku duduk disini? baiklah kalau begitu aku pin––”

“Ti-tidak usah, paman duduk disini saja.” potong Asyila.

Oh tidak, seharusnya aku membiarkan dia pergi, kenapa malah mencegahnya untuk pergi?

“Benar tidak apa-apa?” tanya Abraham memastikan.

“Iya paman, saya tidak apa-apa,” ucap Asyila dengan senyum terpaksa.

Dyah memikirkan cara agar semuanya terlihat baik-baik saja.

“Apa ini Nek yut? sepertinya enak!” tunjuk Dyah pada bungkusan kotak kecil. Ia tidak ingin Asyila terlihat tengang apalagi canggung.

“Ini brownies buatan nek yut, coba kalian bertiga cicipi dan beri nilai untuk brownies ini!” Pinta Erna lalu memotong brownies menjadi beberapa bagian.

Mereka bertiga mengambil potongan brownies.

Layaknya chef profesional mereka mengunyah dengan wajah yang serius.

“Enak nek,” puji Abraham.

“Sangat enak,” puji Dyah juga.

Giliran Asyila yang memberi nilai untuk brownies buatan Erna.

Wajahnya benar-benar serius membuat mereka bertiga penasaran.

“Rasanya sangat enak nek, hanya saja,” ucap Asyila.

“Hanya saja apa Asyila?” tanya Erna antusias.

“Kurang banyak,” sahut Asyila dengan wajah serius.

Mereka bertiga langsung tertawa setelah mendengar ucapan Asyila, ucapan dan ekspresi wajah Asyila benar-benar tidak sinkron sehingga membuatnya terlihat lucu.

“Berhentilah tertawa! Asyila sangat malu,” ucap Asyila menunduk dengan wajah dan telinga merah seperti kepiting rebus.

“Kamu sungguh lucu ist, maksudku Asyila.” Lagi-lagi Abraham hampir keceplosan, membuat Erna dan Dyah diam seketika menghentikan tawa mereka.

Ada apa dengan nenek dan Dyah?

Kenapa wajah mereka terlihat tegang seperti itu.

“Besok nenek akan buatkan brownies lagi dan Asyila harus menghabiskan brownies buatan nenek!” Erna berkata dengan suara lembut.

“Oh, benarkah? terima kasih Nek.” Asyila bergeser ke arah Erna dan memeluknya.

“Ma-maaf nek, Asyila lancang,” ucap Asyila lalu melepaskan pelukannya.

“Tidak apa-apa, anggap nenek ini sebagai nenek kamu,” ucap Erna lembut.

“Terima kasih Nek.” Asyila tersenyum manis.

Adzan isya berkumandang, Erna mengajak mereka untuk sholat berjamaah.

“Sudah waktunya sholat, ayo kita sholat bersama!” ajak Erna.

“Dyah tidak sholat Nek yut, lagi libur,” ucap Dyah.

“Kalau Asyila bagaimana?” tanya Erna.

“Asyila sedang tidak libur, jadi Asyila ikut sholat Nek.”

“Ya sudah kita bertiga saja, Abraham jadi imam ya!”

“Baik Nek,” ucap Abraham sambil melirik ke arah Asyila.

Jangan melirikku seperti itu paman, paman membuatku sesak nafas.

“Ayo Asyila kita wudhu!” ajak Erna diangguki Asyila.

Mereka pun mengambil air wudhu untuk mendirikan Sholat isya bersama.

Untuk pertama kalinya Abraham menjadi imam shalat dan Asyila sebagai Makmum.

4 raka'at telah berlalu, saatnya mereka untuk memohon dan berdoa kepada Allah SWT.

Doa Erna sang nenek.

Ya Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang, hamba memohon kepada-Mu agar Asyila bisa mencintai Abraham sepenuhnya.

Hamba ingin mereka menjadi sepasang suami istri yang sakinah mawadah warahmah amin.. ya robbal alamin.

Doa Abraham.

Ya Allah, hamba tidak meminta banyak cukup buat agar istri hamba mencintai hamba.

Meski pernikahan kami tidak dilandasi dengan cinta dari kedua belah pihak. Tapi hamba sangat mencintai Asyila, berikan hamba kemudahan untuk membuka pintu hati Asyila kepada hamba. Amin Ya Allah.

Doa Asyila.

Ya Allah, hamba masih belum terima tentang pernikahan hamba ini.

Hamba sejujurnya sangat takut untuk bertemu suami hamba yang entah tahu dia itu siapa?

Tapi jika kami bertemu tolong buat hati hamba kuat untuk menerima semua kenyataan ini. Hamba mohon ya Allah.

Usai sholat dan membaca doa masing-masing, mereka bergegas kembali ke ruang keluarga.

Saat ingin melangkahkan kaki keluar ruang sholat Asyila dan Abraham menyenggol lengan satu sama lain.

“Maaf,” ucap Asyila gugup.

Lagi-lagi seperti ini, membuatku benar-benar malu.

Abraham tak ingin menjawab, ia tersenyum manis semanis mungkin dan berlalu begitu saja.

Ya Allah senyumnya itu benar-benar manis.

Tidak Asyila, Jang berpikir yang tidak-tidak. Sadar Asyila, sadar.

Dyah yang sedang asyik menonton tiba-tiba menoleh ke arah mereka yang telah selesai mendirikan Sholat isya.

“Udah nek yut?” tanya Dyah kepada Erna.

“Alhamdulillah sudah.”

Mereka kembali berbincang-bincang, kali ini Asyila tidak banyak berbicara ia cukup mendengarkan apa yang mereka perbincangkan.

Bagaimana dengan Abraham? tentu saja dia melirik ke arah istrinya, meski Asyila tidak melirik ke arah Abraham sama sekali.

Waktu telah menunjukkan pukul 22.00 membuat Erna mengakhiri perbincangan mereka.

“Ternyata sudah malam, nenek sangat mengantuk. Bisakah Asyila menemani nenek tidur?” tanya Erna.

“Tapi...”

“Kak Asyila tidurlah dengan Nek yut, Dyah sedang flu,” ucap Dyah dengan menggosokkan hidung.

“Bagaimana Asyila?” tanya Erna memastikan.

Asyila tersenyum manis, “Baiklah nek.”

“Ayo Asyila! kita ke kamar!” ajak Erna diangguki oleh Asyila.

Abraham memandangi istrinya yang telah pergi bersama sang nenek.

Rasanya sangat sedih jika harus berpisah.

Dyah menghela nafasnya, ia tahu bahwa sang paman sedih.

“Sabar ya paman! semua akan indah pada waktunya,” ucap Dyah bijak.

Abraham tak menjawab ia melengos pergi meninggalkan Dyah.

“Malah nyelonong pergi,” kesal Dyah.

Abraham masuk ke kamar, ia mengambil bingkai foto kecil di nakas.

Direbahkan tubuh kekarnya itu. Hatinya sangat tenang saat melihat foto kecil istrinya.

Aku mencintaimu Asyila, sangat mencintaimu.

Aku harap suatu saat nanti kamu bisa menemani ku tidur.

Abraham menangis saat memikirkan Asyila,

gadis yang dulu sangat kecil kini telah menjadi istrinya. Namun masih belum dapat ia sentuh bahkan untuk tidur bersama pun belum bisa.

Erna duduk di sofa kamarnya bersama Asyila, saat di kamar mereka belum langsung tidur.

“Asyila,” panggil Erna lembut.

Asyila menatap lekat ke arah Erna.

“Ada apa Nek?”

“Terima kasih sudah mau menemani nenek tidur.” Erna berkata dengan lembut.

“Asyila yang seharusnya terima kasih, nenek sudah mengizinkan Asyila memetik anggur dan....”

Asyila tiba-tiba mengingat kejadian dirinya memeluk Abraham.

Memalukan sekali, aisshhhh... memalukan.

Erna mengernyitkan keningnya melihat Asyila geleng-geleng kepala.

“Kamu kenapa Asyila?” tanya Erna penasaran.

“Ti-tidak apa-apa nek.” Asyila salah tingkah.

“Yakin tidak apa-apa?”

“Yakin nek,” ucap Asyila lalu mengangguk.

Asyila memandangi wajah Erna yang terlihat banyak keriput dan terlihat kesedihan di mata Erna.

“Nenek baik-baik saja?” tanya Asyila.

“Tentu saja baik, ada apa?” tanya Erna balik.

Asyila tak menjawab, ia menuntun Erna ke ranjang. Erna sama sekali tak menolak, rasanya mereka seperti telah dekat.

“Sini biar Asyila pijat, nenek pasti lelah membuat brownies untuk kami,” ucap Asyila dan memijit kaki Erna.

“Kamu sangat perhatian, tapi...”

“Nenek nurut saja oke! pijatan Asyila sangat enak bahkan Ayah dan ibu sering Asyila pijat,” jelas Asyila.

“Benarkah?” tanya Erna antusias.

“Iya nek, benar.”

Erna tersenyum lebar, Asyila benar-benar istri yang tepat untuk Abraham sang cucu.

“Terima kasih Asyila, kamu memang cucu yang tepat.”

“Cucu yang tepat?” tanya Asyila bingung.

“Maksud nenek, kamu kan sekarang teman Dyah jadi kamu juga cucu nenek,” sahut Erna.

Asyila tersenyum mendengar ucapan Erna.

“Nenek tinggal disini sendirian?” tanya Asyila penasaran.

“Sebelumnya bersama Abraham, tapi karena Abraham sering ke Bandung jadi nenek tinggal disini bersama pelayan-pelayan yang lain.”

“Orang tua paman kemana nek?”

“Sudah meninggal 16 tahun yang lalu.”

“Ma-maaf nek Asyila tidak tahu,” ucap Asyila.

“Tidak apa-apa, lagipula kamu bertanya jadi nenek harus menjawab.”

“Ini obat nenek?” tanya Asyila yang melihat beberapa obat di atas nakas.

“Iya Asyila, kemarin nenek sempat sakit,” ucap Erna.

“Sekarang apa masih sakit nek?”

“Sudah membaik,” sahut Erna.

“Alhamdulillah.” Asyila lega saat tahu bahwa Erna telah membaik.

“Kita sekarang tidur, Asyila juga harus tidur ya!” ajak Erna.

“Iya nek, Asyila juga ingin tidur,” balas Asyila.

Asyila merebahkan tubuhnya tepat disamping Erna yang tengah berbaring. tak butuh waktu lama Erna dengan cepat langsung tidur.

Sementara Asyila belum juga tidur, ia masih terjaga dengan perasaan yang sedih.

Ada apa denganku? kenapa perasaanku sangat sedih seperti ini?

Asyila yang merasa haus langsung bergegas menuju dapur untuk mencari air minum.

Lampu di dapur benar-benar gelap tak ada penerangan sama sekali.

Asyila berjalan menuju kulkas dan membuka pintu kulkas untuk mengambil air dingin. Setelah selesai mengambil air ia pun menutup kembali. Namun ia begitu terkejut saat ada penampakan manusia di dekat kulkas.

“Aaaaaaaaaaaaaaa!!!” Asyila berteriak sekencang mungkin.

Dengan cepat Abraham menutup mulut Asyila. “Jangan berteriak, yang lain akan bangun!” bisik Abraham. Asyila pun mengangguk.

“Pa-paman nga-ngapain disini?” tanya Asyila terbata-bata.

“Aku ingin minum, seharusnya kamu hidupkan lampu agar semuanya terlihat,” ucap Abraham.

Abraham lalu berjalan menuju saklar lampu dan menghidupkan lampu dapur.

Saat lampu telah hidup Asyila terkejut mendapati mata Abraham yang sedikit bengkak dan merah.

Apakah dia habis menangis?

tapi kenapa dia menangis?

Asyila bertanya dalam hati, ingin rasanya ia bertanya tapi ia enggan mengingat hubungannya dan Abraham tak cukup dekat.

Dengan cepat Asyila meneguk air ditangannya.

“Saya sudah selesai minum, saya permisi paman,” ucap Asyila.

“Iya Asyila, Selamat malam,” ucap Abraham lembut.

Asyila menutup pintu kamar, perasaannya malam itu benar-benar sedih.

Ia bahkan tak tahu kenapa hatinya sangat sedih.

Ada apa dengan air mata ini?

Ada apa denganku? Ya Allah kenapa aku begitu sakit saat melihat Paman menangis?

Asyila menghapus air matanya, dengan cepat ia naik keranjang dan memejamkan mata.

Abraham ❤️ Asyila

Like👍 komen👇 Vote 🙏😭

Terpopuler

Comments

Dyah Oktina

Dyah Oktina

hubungan yg rumit.... jd gemes ...

2023-12-03

0

Santi Liana

Santi Liana

😭😭😭😭😭aku jg ikut sedih😭😭

2022-11-22

0

Fe☕

Fe☕

Yuk asyila smkin terpincut 😍

2022-02-04

2

lihat semua
Episodes
1 Kelulusan Sekolah
2 Kejutan
3 Keputusan
4 Saling Curhat
5 Kebenaran
6 Hari Pernikahan
7 Kota Bandung
8 Hari pertama bekerja
9 Kevin berkunjung
10 Kuliah Hari Pertama
11 Malu
12 Nyeri
13 Pulang bersama
14 Hujan
15 Nenek sakit
16 Mengunjungi Nenek
17 Tidur bersama nenek
18 Berkemah Bersama
19 Tersesat
20 Menemukan
21 Berdua
22 Saling Perhatian
23 Rencana Nenek
24 Asyila pulang ke rumah
25 Kebaikan Suami
26 Mungkin Aku Salah Lihat
27 Apakah aku cemburu?
28 Merasa sedih
29 Pasar Malam Part 1
30 Pasar Malam Part 2
31 Pasar Malam Part 3
32 Nasi Goreng Untuk Paman
33 Mendapat Pujian Dari Paman
34 Telepon Dari Ibu
35 Maafkan Asyila Ibu!
36 Sahur Pertama
37 Ternyata Dia Adalah Suamiku
38 Harapan Erna
39 Dyah Datang
40 Menjemput Istri Kecil Abraham
41 Membeli Cincau Bersama Suami
42 Berbuka Puasa Hari Pertama
43 Menyuapi Makanan
44 Asyila Tahu Bahwa
45 Mengutarakan Perasaan
46 Memberitahukan Kepada Keluarga
47 Suami Yang Pengertian
48 Via Telepon
49 Sahur Bersama
50 Jalan-jalan Pagi
51 Jangan Tersenyum Dengan Pria Lain!
52 Tidur Di Kamar Asyila
53 Mengubah Panggilan
54 Menikmati Buka Puasa Bersama
55 Gerai Muslimah
56 Saling Merindukan Part 1
57 Saling Merindukan Part 2
58 Bertemu Kembali
59 Kopi Unik Buatan Asyila
60 Tidur Bersama
61 Keteledoran Asyila
62 Menemui Sang Suami
63 Persiapan Resepsi Pernikahan
64 Lebaran Idul Fitri
65 Berpisah Kembali
66 Resepsi Pernikahan
67 Romantis
68 Malam Penuh Cinta
69 Menghabiskan Waktu Bersama
70 Masalah Seprai Kasur
71 Biji Jeruk
72 Di tinggal Pengajian
73 Malam Penuh Cinta Terulang Kembali
74 Kelakuan Ibu
75 Nenek Yang Kepo
76 Lagi-lagi Nenek
77 Siapa Pria itu?
78 Bu Tini
79 Tiupan Cinta
80 Kembali Ke Bandung
81 Tak Tahan Bertemu
82 Kembali ke Kampus
83 Sapaan Pagi
84 Menyempatkan Waktu Bersama
85 Masalah Leher
86 Keusilan Ema
87 Nasib Ema Sebagai Nyamuk
88 Mahasiswa Pindahan
89 Abraham Cemburu
90 Cemburu Tidak Mengenal Usia
91 1 Vs 4
92 Kembali Berduaan Di Hotel
93 Kerinduan Seorang Nenek
94 Ema Ingin Cepat Nikah
95 Ruang Kerja Abraham
96 Di Taman
97 Aksi Heroik Abraham
98 Tak Bersemangat
99 Puasa
100 Menikmati Waktu Berbuka Puasa
101 Mandi Malam
102 Bu Tini Dan Romi Pengganggu
103 Obrolan Receh Di Kantin
104 Romi
105 Pulang Ke Jakarta
106 Kediaman Abraham
107 Saling Berbisik Ditelinga
108 Tempat Ternyaman Asyila
109 Salah Menduga
110 Bonus Olahraga Pagi
111 Menata Masa Depan Kita Berdua
112 Kencan Di Sore Hari
113 Ponsel Pintar Untuk Istri Tercinta
114 Asyila Diculik
115 Mengkhawatirkan Kondisi Suami
116 Siapa Mereka?
117 Kami Pergi Nek!
118 Pesan Ayah Dan Ibu Untuk Asyila
119 Di Kediaman Mertua
120 Perbincangan Di Dalam Mobil
121 Kembali Berpisah
122 Wanita Cantik Ini Adalah Istri Saya
123 Memperkenalkan Istri Kepada Para Dosen
124 Makan Siang Di Restoran
125 Tinggal Bersama Sementara Waktu
126 Menjadi Nyamuk
127 Bermain Pesawat Terbang
128 Berikan Aku Waktu 5 Menit!
129 Kemarahan Abraham
130 Menghibur Hati Istri Yang Sedang Bersedih
131 Double Date
132 Lagi!
133 Surat Dari Romi
134 Merawat Istri Yang Sedang Sakit
135 Mendadak Pergi
136 Menunggu
137 Masih Menunggu
138 Penyamaran Abraham
139 Firasat
140 Bersabar Menanti
141 Kondisi Membaik
142 Menjadi Wanita Kuat
143 Rindu Tak Berujung
144 Kembali Bersatu
145 Kembali Seperti Sediakala
146 Kesialan Ema
147 Berusaha Tetap Tenang
148 Kebohongan Tini
149 Motor Baru
150 Kolam Renang
151 Dinda
152 Kehadiran Dinda
153 Kondisi Yang Aneh
154 Perumahan ABSYIL
155 Kejadian Tak Terduga Di Rumah Baru
156 Syukuran Rumah Baru Bersama Keluarga
157 Hadiah Tak Terduga Di Hari Spesial Abraham
158 Kebahagiaan Yang Menular
159 Dyah
160 Merasa Bersalah
161 Alasan Ema Naik Motor
162 Jatuh Cinta Berkali-kali
163 Terpaksa Pergi
164 Tolong Jaga Diri Dan Calon Anak Kita!
165 Aksi Penyelamatan Yang Gagal
166 Keinginan Yogi
167 Perkelahian Nenek Lampir Dan Nyi Pelet
168 Ketukan Pintu
169 Semuanya Baik-baik Saja
170 Tolong Lepaskan!
171 Berusaha Menyelamatkan Asyila
172 Jangan Lakukan Hal Seperti Ini Lagi!
173 Membentuk Tim Kesebelasan
174 Yogi Datang Ingin Menemui Ema
175 Menggoda Asyila
176 Masih Gugup
177 Nasi Goreng Spesial Buatan Abraham
178 Liburan
179 Tidur Terpisah
180 Menangkap Sindikat Pencurian Motor
181 Insiden Tak Terduga Di Dalam Kamar
182 Membeli Ranjang Baru
183 Kedatangan Nenek
184 Ketika Dua Pengganggu Bergabung
185 Sepertiga Malam
186 Kisah Yogi Yang Menjadi Duda
187 Usaha Yogi Mendekati Ema
188 Anda Siapa?
189 Ingin Meminang Ema
190 Siapa Yang Meminang Ku?
191 Bersama Menuju Kediaman Orang Tua Asyila
192 Mencurahkan Isi Hati Ema Pada Asyila
193 Berusaha Memenuhi Keinginan Asyila
194 Kedatangan Icha
195 Ema Akhirnya Menyetujui
196 Alhamdulillah
197 Apes
198 Menjenguk Sahabat Yang Sakit
199 Hidupmu Akan Bahagia!
200 Mendapat Teror 1
201 Mendapat Teror 2
202 Menangkap Peneror
203 Aku Akan Menikah
204 Akulah Orangnya
205 Abang Dan Adik
206 Ingin Selalu Bersama
207 Menuju Halal
208 Dijemput Oleh Sang Nenek
209 Terluka
210 Belajar Dengan Sembunyi-sembunyi
211 Double Date
212 Begal
213 Pernikahan Yogi Dan Ema
214 Ingin Naik Kuda
215 Malam Indah Untuk Yogi Dan Ema
216 Kembali Ke Kota Bandung
217 Dyah penasaran
218 Tak Sengaja
219 Datang Merusak
220 Dyah Bertemu Dengan Kevin
221 Dayat Kembali Meminta Bantuan
222 Berharap Semuanya Baik-baik Saja
223 Kembali Menyamar
224 Keberanian Asyila Membantu Suami Tercinta
225 Memukul Majikannya Sendiri
226 Kembali Menjadi Mahasiswi Dan Dosen
227 Tetangga Baru
228 Makan Malam Pasangan Halal
229 Kecelakaan Beruntun Merenggut Nyawa
230 Abraham Tak Sadarkan Diri
231 Tetap Setia Menemani Suami
232 Keusilan Abraham Pada Asyila
233 Berkumpul Bersama Keluarga
234 Memutuskan Untuk Tetap Tinggal
235 Menemani Sang Istri Memeriksa Kandungan
236 Hampir Kehilangan Nyawa
237 Bertobat Dan Berusaha Memperbaiki Diri
238 Kontraksi
239 Baby Boy
240 Aqiqah Bayi Arsyad Mahesa
241 Terpaksa Meninggalkan Baby Arsyad
242 Ingin Selalu Bersama Buah Hati
243 Pura-pura Ngambek
244 Para Orang Tua Kembali Ke Jakarta
245 Ema Terlihat Berbeda
246 Pertanyaan Itu Lagi
247 Menghabiskan Waktu Bersama
248 Bayi Arsyad Sakit
249 Cepat Sembuh Nak!
250 Berdua Bersama Bayi Arsyad
251 Saya Butuh Pekerjaan
252 Siapa Wanita Itu?
253 Kebohongan Sari
254 Ema Kembali Tersenyum
255 Sahabat Rasa Keluarga
256 Bayi Arsyad Diculik!
257 Tak Ada Jejak
258 Dimana Bayi Arsyad?
259 Apakah Dia?
260 Sebagai Permintaan Maaf
261 Bayi Arsyad Kembali!
262 Suasana Hangat Kembali Tercipta
263 Akan Pergi Ke Luar Negeri
264 Penyakit Tua
265 Garis Satu
266 Semoga Berhasil Dan Bermanfaat
267 Jaga Mata, Hati Dan Pikiran!
268 Menolong Menangkap Pencopet
269 Hari Istimewa Arsyad Mahesa
270 Arsyad Kecil Yang Menggemaskan
271 Memutuskan Mengikuti Sang Suami
272 Maaf Karena Telah Mengikuti Mas
273 Kejutan Yang Tak Terduga
274 Kejutan Yang Tak Terduga II
275 Wati Meminta Maaf Pada Ema
276 Sama-sama Mengandung
277 Datang Membawa Undangan
278 Korban Tabrak Lari
279 Akhirnya Tertangkap
280 Menjenguk Ayah Dan Ibu
281 Menjadi Korban Keusilan Sang Suami
282 Menghadiri Pernikahan
283 Terkejut Sekaligus Kagum
284 Arsyad Kecil Yang Semakin Pintar
285 Emosi Dyah Naik-turun
286 Terima Kasih!
287 Muachh!
288 Ema Ngidam
289 Arsyad Yang Jahil
290 Sang Suami Tak Ada Kabar
291 Masih Belum Ada Kabar
292 Mas Kemana Saja?
293 Penjelasan Abraham
294 Khitanan Massal
295 Puasa Pertama Di Bandung
296 Hei Kamu!
297 Semoga Selalu Langgeng
298 Pulang
299 Baby Boy Again
300 Akhirnya Menjadi Orang Tua
301 Aqiqah Bayi Ashraf Mahesa
302 Pengumuman
Episodes

Updated 302 Episodes

1
Kelulusan Sekolah
2
Kejutan
3
Keputusan
4
Saling Curhat
5
Kebenaran
6
Hari Pernikahan
7
Kota Bandung
8
Hari pertama bekerja
9
Kevin berkunjung
10
Kuliah Hari Pertama
11
Malu
12
Nyeri
13
Pulang bersama
14
Hujan
15
Nenek sakit
16
Mengunjungi Nenek
17
Tidur bersama nenek
18
Berkemah Bersama
19
Tersesat
20
Menemukan
21
Berdua
22
Saling Perhatian
23
Rencana Nenek
24
Asyila pulang ke rumah
25
Kebaikan Suami
26
Mungkin Aku Salah Lihat
27
Apakah aku cemburu?
28
Merasa sedih
29
Pasar Malam Part 1
30
Pasar Malam Part 2
31
Pasar Malam Part 3
32
Nasi Goreng Untuk Paman
33
Mendapat Pujian Dari Paman
34
Telepon Dari Ibu
35
Maafkan Asyila Ibu!
36
Sahur Pertama
37
Ternyata Dia Adalah Suamiku
38
Harapan Erna
39
Dyah Datang
40
Menjemput Istri Kecil Abraham
41
Membeli Cincau Bersama Suami
42
Berbuka Puasa Hari Pertama
43
Menyuapi Makanan
44
Asyila Tahu Bahwa
45
Mengutarakan Perasaan
46
Memberitahukan Kepada Keluarga
47
Suami Yang Pengertian
48
Via Telepon
49
Sahur Bersama
50
Jalan-jalan Pagi
51
Jangan Tersenyum Dengan Pria Lain!
52
Tidur Di Kamar Asyila
53
Mengubah Panggilan
54
Menikmati Buka Puasa Bersama
55
Gerai Muslimah
56
Saling Merindukan Part 1
57
Saling Merindukan Part 2
58
Bertemu Kembali
59
Kopi Unik Buatan Asyila
60
Tidur Bersama
61
Keteledoran Asyila
62
Menemui Sang Suami
63
Persiapan Resepsi Pernikahan
64
Lebaran Idul Fitri
65
Berpisah Kembali
66
Resepsi Pernikahan
67
Romantis
68
Malam Penuh Cinta
69
Menghabiskan Waktu Bersama
70
Masalah Seprai Kasur
71
Biji Jeruk
72
Di tinggal Pengajian
73
Malam Penuh Cinta Terulang Kembali
74
Kelakuan Ibu
75
Nenek Yang Kepo
76
Lagi-lagi Nenek
77
Siapa Pria itu?
78
Bu Tini
79
Tiupan Cinta
80
Kembali Ke Bandung
81
Tak Tahan Bertemu
82
Kembali ke Kampus
83
Sapaan Pagi
84
Menyempatkan Waktu Bersama
85
Masalah Leher
86
Keusilan Ema
87
Nasib Ema Sebagai Nyamuk
88
Mahasiswa Pindahan
89
Abraham Cemburu
90
Cemburu Tidak Mengenal Usia
91
1 Vs 4
92
Kembali Berduaan Di Hotel
93
Kerinduan Seorang Nenek
94
Ema Ingin Cepat Nikah
95
Ruang Kerja Abraham
96
Di Taman
97
Aksi Heroik Abraham
98
Tak Bersemangat
99
Puasa
100
Menikmati Waktu Berbuka Puasa
101
Mandi Malam
102
Bu Tini Dan Romi Pengganggu
103
Obrolan Receh Di Kantin
104
Romi
105
Pulang Ke Jakarta
106
Kediaman Abraham
107
Saling Berbisik Ditelinga
108
Tempat Ternyaman Asyila
109
Salah Menduga
110
Bonus Olahraga Pagi
111
Menata Masa Depan Kita Berdua
112
Kencan Di Sore Hari
113
Ponsel Pintar Untuk Istri Tercinta
114
Asyila Diculik
115
Mengkhawatirkan Kondisi Suami
116
Siapa Mereka?
117
Kami Pergi Nek!
118
Pesan Ayah Dan Ibu Untuk Asyila
119
Di Kediaman Mertua
120
Perbincangan Di Dalam Mobil
121
Kembali Berpisah
122
Wanita Cantik Ini Adalah Istri Saya
123
Memperkenalkan Istri Kepada Para Dosen
124
Makan Siang Di Restoran
125
Tinggal Bersama Sementara Waktu
126
Menjadi Nyamuk
127
Bermain Pesawat Terbang
128
Berikan Aku Waktu 5 Menit!
129
Kemarahan Abraham
130
Menghibur Hati Istri Yang Sedang Bersedih
131
Double Date
132
Lagi!
133
Surat Dari Romi
134
Merawat Istri Yang Sedang Sakit
135
Mendadak Pergi
136
Menunggu
137
Masih Menunggu
138
Penyamaran Abraham
139
Firasat
140
Bersabar Menanti
141
Kondisi Membaik
142
Menjadi Wanita Kuat
143
Rindu Tak Berujung
144
Kembali Bersatu
145
Kembali Seperti Sediakala
146
Kesialan Ema
147
Berusaha Tetap Tenang
148
Kebohongan Tini
149
Motor Baru
150
Kolam Renang
151
Dinda
152
Kehadiran Dinda
153
Kondisi Yang Aneh
154
Perumahan ABSYIL
155
Kejadian Tak Terduga Di Rumah Baru
156
Syukuran Rumah Baru Bersama Keluarga
157
Hadiah Tak Terduga Di Hari Spesial Abraham
158
Kebahagiaan Yang Menular
159
Dyah
160
Merasa Bersalah
161
Alasan Ema Naik Motor
162
Jatuh Cinta Berkali-kali
163
Terpaksa Pergi
164
Tolong Jaga Diri Dan Calon Anak Kita!
165
Aksi Penyelamatan Yang Gagal
166
Keinginan Yogi
167
Perkelahian Nenek Lampir Dan Nyi Pelet
168
Ketukan Pintu
169
Semuanya Baik-baik Saja
170
Tolong Lepaskan!
171
Berusaha Menyelamatkan Asyila
172
Jangan Lakukan Hal Seperti Ini Lagi!
173
Membentuk Tim Kesebelasan
174
Yogi Datang Ingin Menemui Ema
175
Menggoda Asyila
176
Masih Gugup
177
Nasi Goreng Spesial Buatan Abraham
178
Liburan
179
Tidur Terpisah
180
Menangkap Sindikat Pencurian Motor
181
Insiden Tak Terduga Di Dalam Kamar
182
Membeli Ranjang Baru
183
Kedatangan Nenek
184
Ketika Dua Pengganggu Bergabung
185
Sepertiga Malam
186
Kisah Yogi Yang Menjadi Duda
187
Usaha Yogi Mendekati Ema
188
Anda Siapa?
189
Ingin Meminang Ema
190
Siapa Yang Meminang Ku?
191
Bersama Menuju Kediaman Orang Tua Asyila
192
Mencurahkan Isi Hati Ema Pada Asyila
193
Berusaha Memenuhi Keinginan Asyila
194
Kedatangan Icha
195
Ema Akhirnya Menyetujui
196
Alhamdulillah
197
Apes
198
Menjenguk Sahabat Yang Sakit
199
Hidupmu Akan Bahagia!
200
Mendapat Teror 1
201
Mendapat Teror 2
202
Menangkap Peneror
203
Aku Akan Menikah
204
Akulah Orangnya
205
Abang Dan Adik
206
Ingin Selalu Bersama
207
Menuju Halal
208
Dijemput Oleh Sang Nenek
209
Terluka
210
Belajar Dengan Sembunyi-sembunyi
211
Double Date
212
Begal
213
Pernikahan Yogi Dan Ema
214
Ingin Naik Kuda
215
Malam Indah Untuk Yogi Dan Ema
216
Kembali Ke Kota Bandung
217
Dyah penasaran
218
Tak Sengaja
219
Datang Merusak
220
Dyah Bertemu Dengan Kevin
221
Dayat Kembali Meminta Bantuan
222
Berharap Semuanya Baik-baik Saja
223
Kembali Menyamar
224
Keberanian Asyila Membantu Suami Tercinta
225
Memukul Majikannya Sendiri
226
Kembali Menjadi Mahasiswi Dan Dosen
227
Tetangga Baru
228
Makan Malam Pasangan Halal
229
Kecelakaan Beruntun Merenggut Nyawa
230
Abraham Tak Sadarkan Diri
231
Tetap Setia Menemani Suami
232
Keusilan Abraham Pada Asyila
233
Berkumpul Bersama Keluarga
234
Memutuskan Untuk Tetap Tinggal
235
Menemani Sang Istri Memeriksa Kandungan
236
Hampir Kehilangan Nyawa
237
Bertobat Dan Berusaha Memperbaiki Diri
238
Kontraksi
239
Baby Boy
240
Aqiqah Bayi Arsyad Mahesa
241
Terpaksa Meninggalkan Baby Arsyad
242
Ingin Selalu Bersama Buah Hati
243
Pura-pura Ngambek
244
Para Orang Tua Kembali Ke Jakarta
245
Ema Terlihat Berbeda
246
Pertanyaan Itu Lagi
247
Menghabiskan Waktu Bersama
248
Bayi Arsyad Sakit
249
Cepat Sembuh Nak!
250
Berdua Bersama Bayi Arsyad
251
Saya Butuh Pekerjaan
252
Siapa Wanita Itu?
253
Kebohongan Sari
254
Ema Kembali Tersenyum
255
Sahabat Rasa Keluarga
256
Bayi Arsyad Diculik!
257
Tak Ada Jejak
258
Dimana Bayi Arsyad?
259
Apakah Dia?
260
Sebagai Permintaan Maaf
261
Bayi Arsyad Kembali!
262
Suasana Hangat Kembali Tercipta
263
Akan Pergi Ke Luar Negeri
264
Penyakit Tua
265
Garis Satu
266
Semoga Berhasil Dan Bermanfaat
267
Jaga Mata, Hati Dan Pikiran!
268
Menolong Menangkap Pencopet
269
Hari Istimewa Arsyad Mahesa
270
Arsyad Kecil Yang Menggemaskan
271
Memutuskan Mengikuti Sang Suami
272
Maaf Karena Telah Mengikuti Mas
273
Kejutan Yang Tak Terduga
274
Kejutan Yang Tak Terduga II
275
Wati Meminta Maaf Pada Ema
276
Sama-sama Mengandung
277
Datang Membawa Undangan
278
Korban Tabrak Lari
279
Akhirnya Tertangkap
280
Menjenguk Ayah Dan Ibu
281
Menjadi Korban Keusilan Sang Suami
282
Menghadiri Pernikahan
283
Terkejut Sekaligus Kagum
284
Arsyad Kecil Yang Semakin Pintar
285
Emosi Dyah Naik-turun
286
Terima Kasih!
287
Muachh!
288
Ema Ngidam
289
Arsyad Yang Jahil
290
Sang Suami Tak Ada Kabar
291
Masih Belum Ada Kabar
292
Mas Kemana Saja?
293
Penjelasan Abraham
294
Khitanan Massal
295
Puasa Pertama Di Bandung
296
Hei Kamu!
297
Semoga Selalu Langgeng
298
Pulang
299
Baby Boy Again
300
Akhirnya Menjadi Orang Tua
301
Aqiqah Bayi Ashraf Mahesa
302
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!