Tibalah hari dimana Asyila akan menikah, hari yang seharusnya bersejarah dalam hidupnya. Pernikahan yang seharusnya didasari saling cinta akhirnya pupus sudah.
Asyila hanya duduk di dalam kamarnya, Ia bahkan tak menghadiri duduk di depan bersama Abraham untuk proses Ijab Kabul tersebut.
Keluarga Calon suaminya bersedia menerima syarat dari Asyila. Yaitu tidak ingin menemui Calon suaminya itu.
Asyila sama sekali tidak bisa mendengar suara Calon suaminya itu, Bagaimana tidak para ibu-ibu duduk tepat di depan kamar Asyila. Bahkan Suara mereka lebih besar dari suara Calon suaminya.
“Kamu kenapa nak?” tanya Arumi.
“Asyila tidak apa-apa Bu, hanya saja jantung Asyila berdetak lebih cepat Bu,” balas Asyila.
“Itu wajar Nak, ini kan hari pernikahan kalian. Ibu ke depan dulu sebentar lagi Ijab Kabul.”
“Iya Bu.”
“Asyila, kamu jangan bersedih. Ibu yakin suatu saat nanti kamu akan bahagia bersama Calon suamimu yang beberapa menit lagi akan menjadi suami kamu yang sah.”
Asyila tidak menjawab, Ia hanya tersenyum menampilkan giginya.
Proses ijab Kabul berjalan dengan sangat lancar, Mereka pun sah menjadi sepasang suami Istri.
Usai ijab Kabul Abraham memberi salam dengan mencium tangan kedua Mertuanya.
Setelah itu mereka pergi ke kediaman Abraham Mahesa.
“Ayo nak, kita keluar sekarang. Suamimu sudah pulang ke rumahnya!” ajak Arumi.
Kini Asyila telah resmi menjadi istri Orang yang sama sekali tidak Ia kenali.
“Iya Bu,” balas Asyila.
Asyila mendapatkan banyak ucapan selamat dari sanak keluarga, bahkan kebanyakan dari mereka mengatakan bahwa suaminya sangat tampan.
“Selamat Asyila, Suami kamu benar-benar tampan. Aku sampai iri terhadap kamu,” u Tari sepupu Asyila.
Asyila hanya memberikan senyum manisnya, dalam hatinya, Ia tidak ingin mengetahui siapa Pria itu.
2 Jam kemudian, rumah yang tadinya ramai kini terlihat sepi. Tinggallah mereka bertiga.
Asyila tidak memberitahukan kepada Ema tentang pernikahan, karena bagi Asyila itu tidak penting.
“Pakailah Cincin ini nak!” pinta Arumi sambil memberikan sebuah cincin berlian.
“Apaan ini Bu?” tanya Asyila bingung.
“Kamu ini bagaimana nak? ini cincin dari suami kamu. Sekarang pakailah! Bagaimanapun Kalian telah menikah.”
Asyila tidak menolak permintaan Ibunya, Ia pun menyematkan cincin di jari manisnya.
“kan cantik sayang,” puji Arumi.
“Iya Bu!” balas Asyila dengan tersenyum paksa.
Herwan sibuk merapikan Ruang tamu yang terlihat berantakan, Arumi menghampiri sang suami dan membantu merapikan.
“Mas kenapa tidak mengajak aku untuk beres-beres?” tanya Arumi.
“Mas bisa Bu, lagipula kamu dari tadi lelah karena wara-wiri menyambut tamu,” balas Herwan.
Asyila sangat iri dengan kedekatan orang tuanya, andai dia juga bisa seperti orang tuanya yang saling mencintai. Mungkin dia akan sangat bahagia di hari pernikahannya dan kehidupan sehari-harinya.
“Asyila, kenapa kamu berdiri disitu? Ayo bantu Ayah dan Ibu beres-beres!” pinta Arumi.
“Iya Bu,” balas Asyila lalu membantu kedua orangtuanya.
Di kediaman Abraham Mahesa.
“Apakah kamu ingin mendekati Asyila dengan cara seperti itu?” tanya Erna.
“Iya Nek, Abraham ingin membuat Asyila mencintaiku. Bagaimanapun Asyila telah menjadi istri sah Abraham Nek. sudah sepatutnya Abraham membuat Asyila mencintaiku Cucu nenek ini.”
“Nenek doakan biar kalian cepat bersatu seperti suami istri pada umumnya.”
“Amin. Terima kasih Nek,” balas Abraham.
“Abraham ke kamar dulu!” sambung Abraham.
“Nenek juga ingin ke kamar, tubuh nenek sangat lelah,” balas Erna.
Abraham merebahkan tubuhnya, hari ini sangat melelahkan untuk dirinya. Ia sangat berharap bisa bertemu dengan Asyila, namun kenyataannya tidak bisa. Abraham pasrah dengan kelakuan Istrinya itu.
Abraham lalu mengambil foto yang ada di nakas. Foto yang memperlihatkan seorang anak kecil yang sedang memegang es krim rasa vanilla, bahkan es krim itu hampir mengotori seluruh wajah gadis kecil itu.
“Hai Istriku, dari kecil sampai sekarang kamu terlihat sangat cantik. Aku mencintaimu Asyila,” ucap Abraham lalu mencium foto milik Istrinya.
Abraham meletakkan Foto istrinya ketika kecil, Ia pun menutup matanya yang mulai mengantuk. beberapa menit kemudian Abraham pun tertidur pulas.
Hujan hari itu mengguyur kota Jakarta dengan sangat deras, Asyila berdiri sambil menatap ke arah luar jendela.
Ia bahkan menangis bersama turunnya hujan, Arumi yang melihat anaknya berdiri menghadap jendela mendekati Sang Anak.
“Sayang, kok berdiri disini?” tanya Arumi lalu membalikkan badan Asyila.
Arumi terkejut melihat Asyila dengan air mata yang memenuhi pipi sang Anak.
“Kamu kenapa menangis sayang?” tanya Arumi khawatir.
“Asyila tidak apa-apa Bu, Asyila hanya ingin menangis saja,” balas Asyila.
“Tidak ada asap kalau tidak ada api sayang, ceritakan ke Ibu kenapa kamu menangis? Apa karena pernikahan kamu dan Suamimu itu?” tanya Arumi.
Arumi sendiri tidak pernah menyebutkan nama Abraham secara langsung, Abraham sendiri yang meminta Arumi dan Herwan untuk merahasiakan Namanya, Abraham ingin Asyila mencintainya tanpa harus tahu namanya terlebih dahulu.
“Mungkin itu salah satunya Bu, Asyila sedih karena lusa Asyila akan ke Bandung Meninggalkan Ayah dan Ibu disini,” sahut Asyila.
“Kamu jangan memikirkan hal lain, kamu fokus bekerja dan kuliah. Ibu yakin anak Ibu dan Ayah pasti bisa melewatkan ini semua.”
“Terima kasih Ibu, Asyila sayang Ibu dan Ayah selamanya,” ucap Asyila.
“Asyila, Ibu minta sama kamu. Selama disana kamu harus jaga diri baik-baik, Ingat!! kamu sudah menjadi istri orang,” pesan Ibu pada Asyila.
“Ibu tenang saja, Asyila akan menjaga diri sebaik mungkin,” balas Asyila.
“Ya sudah, kamu sebaiknya mandi air hangat. Ibu sudah merebusnya untuk kamu.”
“Iya Bu, terima kasih.”
Asyila mengambil air panas yang telah disediakan Ibunya, kemudian Ia meletakkan air panas itu di bak mandi.
Asyila mandi dengan sangat nyaman, air hangat membuat tubuhnya merasa rileks.
Usai mandi dan mengganti pakaian, Asyila bergegas ke luar kamarnya. Ia ingin membuat cemilan hangat saat hujan deras dan suasana dingin seperti ini.
“Sedang masak apa nak?”
“Asyila ingin membuat pisang goreng Yah, mumpung hujan seperti ini enaknya makan yang hangat-hangat,” ucap Asyila sambil memotong pisang.
“Kamu benar nak, Ayah ke depan dulu ya!”
“Iya Yah,” balas Asyila.
30 Menit Kemudian.
Asyila berjalan menghampiri kedua orangtuanya sambil membawa sepiring pisang goreng hangat.
“Ayah, Ibu silahkan dinikmati Pisang goreng buatan Asyila,” ucap Asyila sambil meletakkan pisang goreng di meja.
“Terima kasih Asyila!”
Mereka menyantap pisang goreng buatan Asyila, meski hanya pisang goreng dan teh hangat. Suasana di rumah itu terlihat begitu harmonis.
Malam Hari.
Asyila sulit sekali tidur, sedari tadi Ia membolak-balik tubuhnya kesana-kemari.
Ayolah Asyila! Ini sudah larut malam. Sebaiknya kamu segera tidur.
Waktu menunjukkan jam 2 Pagi, namun Asyila masih saja terjaga.
Ia menutup matanya rapat-rapat namun hasilnya nihil, Ia pun berjalan ke luar kamarnya. Asyila duduk di ruang tamu sambil menonton TV.
30 menit kemudian.
Akhirnya Asyila tertidur pulas, Arumi yang ingin mengambil air minum kaget dengan apa yang Ia lihat.
Kenapa anak ini bisa disini? malah tertidur di depan TV, Yang ditonton malah film Inggris.
Arumi lalu mengambil selimut dan bantal di kamar Putrinya, Ia lalu menaruh bantal dibawah kepala Asyila dan selimut untuk menutup tubuh Anaknya itu.
Setelah itu Arumi Meninggalkan Asyila yang tertidur pulas di kursi ruang tamu.
Tinggalkan jejak guys ❤️.
Masih mau lanjut tidak? Komen guys 🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 302 Episodes
Comments
Markonah
bikin penasaran aj ya thor ceritanya ...lanjutkan ceritanya thor bikin senyum2 sendiri aku bacanya 🤣😍
2022-08-01
0
Erma Wahyuni
swmoga asyila dan abraham dipertemukan dg cara yang indah biar asyila cepat memcintai abraham
2021-06-24
0
Rahmawaty❣️
pernikahan yg lucu.. ksian abraham sudh mnikah tp mlah berpisah dengan istrinya..
yg sabar ya abraham..kbhagiaan akn mnghampirimu..smoga asyila scepatnya mncintaimu dan ingin brtemu denganmu
2021-06-18
0