Abraham mendapat kabar dari Dyah keponakannya jika Asyila ikut pulang bersama dikarenakan Ema pergi bersama Kevin.
Tentu saja Abraham sangat senang, apalagi jika bersama istrinya. Bahkan Abraham Sampai mengganti mobil dan menjadi Sopir pribadi untuk mereka.
“Paman! Kak Asyila pulang bersama kita ya!” pinta Dyah.
“Baiklah, cepat naik!” ajak Abraham.
Dyah dengan cepat duduk di kursi belakang agar Abraham dan Asyila bisa duduk bersama di depan.
“Kak Asyila duduk saja di depan,” ucap Ema sambil menahan tubuh Asyila masuk.
“Kenapa di depan bukankah disini luas,” sahut Asyila.
Dyah tidak ingin Asyila duduk bersamanya, yang ia inginkan adalah paman dan Aunty nya itu duduk bersama di depan.
“Tubuhku perlu dibaringkan rasanya sakit semua,” ucap Dyah kemudian berbaring menguasai seluruh kursi.
Asyila akhirnya pasrah untuk duduk di depan.
Keponakanku sangat pintar dan perhatian bahkan aku sendiri tidak memikirkan hal konyol seperti itu.
“Sudah siap Asyila?” tanya Abraham pada Asyila yang baru duduk.
“Sudah Paman,” ucap Asyila. Ia merasa lebih enak memanggil paman mengikuti panggilan Dyah daripada memanggil Bapak.
“Paman?” tanya Abraham heran.
“Dyah memanggil anda Paman, kalau saya memanggil Pak sepertinya kurang cocok,” sahut Asyila.
“Baiklah tak masalah, kita antarkan Dyah pulang terlebih dahulu,” ucap Abraham dan diangguki oleh Asyila.
Sejujurnya Abraham sangat senang jika dirinya dipanggil suami daripada Paman. namun Ia tahu bahwa itu semua butuh proses.
Dyah sangat tidak nyaman dengan posisi yang berbaring seperti itu, tapi demi Sang Paman Dyah rela tersiksa untuk sementara waktu. Untuk mendekatkan paman dan istrinya.
“Masih sakit Dyah?” tanya Asyila memastikan.
“Masih.. uhhhh rasanya sakit,” bohong Dyah.
Ini untukmu Paman, semoga kalian cepat bersama. Amin Ya Allah.
Abraham sesekali melirik ke arah Asyila, andai saja Asyila tahu siapa dirinya dan Asyila mencintai Abraham Mahesa. Tentu Abraham tidak akan melakukan sejauh ini untuk tetap berada di sisi Asyila sekaligus mengawasi istri kecilnya itu.
Tidak butuh waktu lama untuk sampai ke kediaman Muhammad Affan orang tua Dyah.
perjalanan hanya memakan waktu 15 menit.
“Kita sudah sampai,” ycap Abraham. Dyah dengan gesit langsung turun dan berlari kencang. sampai Asyila dibuat tercengang.
“Itu sakit atau apa?” tanya Asyila heran.
“Dia memang seperti itu,” sahut Abraham, ternyata keponakannya itu masih saja bersikap konyol. Ia berharap semoga Asyila tidak curiga karena kebohongan Dyah.
“Sudah jangan dipikirkan lagi, saya antarkan kamu pulang!” sambung Abraham dan menjalankan mobilnya.
Asyila tiba-tiba merasakan nyeri diperutnya.
Ia bahkan mengeluarkan keringat dingin Abraham yang melihat tingkah Asyila pun khawatir dengan keadaan istrinya yang terlihat seperti orang yang kesakitan.
“Kamu kenapa Asyila?” tanya Abraham khawatir lalu menyentuh kening istrinya itu.
“Badan kamu sangat dingin,” sambung Abraham lagi.
Asyila tak menjawab ucapan Abraham, yang dirasakan sekarang adalah sakit pada bagian perutnya.
Abraham tetap memperhatikan gerak-gerik Asyila, ia sangat khawatir dengan keadaan Asyila saat ini.
Astaga aku sedang datang bulan, bagaimana ini? kenapa disaat yang tidak tepat seperti ini.
“Kita ke rumah sakit sekarang! Wajahmu sangat pucat Asyila,” ucap Abraham panik.
“Tidak perlu Paman, saya hanya sedang.”
“Sedang apa Asyila? katakan!”
Asyila bingung harus memberitahukannya atau tidak, ia sangat malu mengatakan kalau ia datang bulan kepada seorang pria apalagi itu adalah Dosennya sendiri.
“Katakan Asyila jangan membuatku khawatir,” ucap Abraham lembut, dan membuat Asyila bingung dengan ucapan halus serta tatapan yang diberikan oleh Abraham seolah-olah Abraham mengenal dirinya.
“Saya sedang datang bulan Paman,” sahut Asyila menunduk malu.
Abraham bernafas lega ternyata istri kecilnya hanya mengalami datang bulan.
Abraham lalu mengendarai mobilnya menuju sebuah market.
“Kamu diam disini!” perintah Abraham dan diangguki oleh Asyila.
Abraham keluar mobil dengan tergesa-gesa, sementara Asyila masih memikirkan ucapannya tadi. Ia sangat malu memberitahukan bahwa dirinya sedang datang bulan kepada seorang pria.
“Sangat memalukan,” ucap Asyila sambil mengusap wajah kuat.
“Kamu sedang apa?” tanya Abraham yang baru saja masuk mobil.
“Aaahhhh...” Teriak Asyila terkejut.
“Kamu kenapa?” tanya Abraham panik sambil menyentuh kedua pundak Asyila.
“Saya tidak apa-apa Paman,” sahut Asyila sambil melirik ke arah tangan Abraham. Abraham pun langsung melepas tangannya.
“Maaf!” ucap Abraham. “Ini untukmu!” sambung Abraham sambil memberikan bungkusan berwarna putih.
Asyila membuka isi bungkusan itu dan membelalakkan matanya, ia sangat terkejut bagaimana seorang pria dengan beraninya bisa membelikannya pembalut padahal Asyila bukan siapa-siapanya.
“Paman membelikan saya ini?” tanya Asyila malu-malu.
“Sudah jangan dipikirkan, kita cari tempat untuk kamu,” ucap Abraham sambil mengendarai mobilnya.
Beberapa menit kemudian.
“Kamu turun lalu pergilah ke kamar mandi, pakai ini juga untuk ganti,” tutur Abraham dan memberikan sebungkus plastik berwarna hitam.
“Terima kasih Paman,” sahut Asyila.
“Ini juga untuk menutupi belakangmu,” ucap Abraham dan melepaskan kemejanya lalu mengikat ke pinggang Asyila untuk menutupi noda darah yang telah memenuhi celananya.
Asyila merasakan hal aneh, bagaimana tidak.
Saat Abraham mengikat kemejanya di pinggang Asyila, Asyila tidak menolak sama sekali bahkan terasa nyaman bila berdekatan dengan Abraham.
“Asyila kamu memikirkan apa?” tanya Abraham sambil melambai-lambaikan tangannya didekat wajah Asyila.
“Ti...tidak memikirkan apa-apa Paman. Kalau begitu saya ke kamar mandi dulu,” sahut Asyila dan pergi meninggalkan Abraham.
Asyila membuka bungkusan berwarna hitam pemberian Abraham. Asyila lagi-lagi dibuat tercengang dan bahkan takjub karena pria itu benar-benar mengerti tentang kebutuhan wanita. Isi didalam bungkusan itu adalah CD dan celana panjang berwarna hitam.
Asyila tak ingin membuang banyak waktu ia pun dengan cepat berganti celana serta memakai pembalut.
“Apakah ini milik istrinya? Sangat pas untukku,” ucap Asyila sambil memperhatikan tubuhnya di cermin.
Abraham menanti kedatangan istrinya yang tak kunjung datang. Ia takut jika sesuatu hal terjadi di kamar mandi. ketakutannya itu akhirnya berakhir saat melihat Asyila telah nampak dan berjalan menghampiri mobil miliknya.
“Maaf Paman karena menunggu lama, Kemeja dan Celananya akan segera saya kembalikan,” ucap Asyila malu.
“Soal kemeja besok saja kamu kembalikan. Kalau celana tidak perlu dikembalikan itu memang untuk kamu,” sahut Abraham tanpa menoleh kearah Asyila yang kini dibuat bingung dengan ucapan Dirinya.
“Saya kira ini punya istri Paman,” ceplos Asyila.
Abraham tak ingin menjawab ucapan Asyila, ia hanya menatap lurus ke arah depan.
Abraham mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang.
Ia sangat senang membantu istrinya yang sedang kesulitan dan sangat membutuhkan pertolongan.
“Rumah kamu dimana?” tanya Abraham pura-pura tidak tahu.
“Jl. Kayu manis no. 50 Paman,” balas Asyila.
“Baiklah saya antar kamu sampai rumah!”
“Tidak usah Paman, Paman antar saya sampai Gang saja,” tolak Asyila, ia tidak ingin Dosennya itu dilihat oleh Ema.
“Jangan menolak, saya sangat senang jika kamu pulang sampai rumah dengan selamat,” sahut Abraham yang pasti tidak dapat ditolak oleh Asyila.
“Baiklah Paman,” ucap Asyila pasrah, ia berharap bahwa Ema tak melihatnya diantar oleh Abraham.
“Terima kasih Paman! maaf saya merepotkan Paman,” ucap Asyila.
“Tidak perlu. Sudah kewajiban bagi seorang sua maksud saya sebagai seorang sopir untuk menyenangkan pelanggannya,” balas Abraham yang hampir keceplosan.
“Paman bisa saja bercanda, sekali lagi terima kasih.”
“Saya pulang dulu, jaga kesehatan kamu. Assalamualaikum.”
“Waalaikumsalam.” Hati Asyila terasa sedih saat Abraham pergi meninggalkan dirinya.
“Ada apalagi dengan jantungku ini,” ucap Asyila sambil memegang dadanya.
“Asyila!” Teriak Ema mengagetkan Sahabatnya itu.
“Ema! Kamu buat aku jantungan,” kesal Asyila.
“Kamu ngapain disini? Tadi itu siapa yang bawa mobil antar kamu?” tanya Ema penasaran.
“Bukan Siapa-siapa,” sahut Asyila dan buru-buru masuk.
Ema menaruh kecurigaan kepada Asyila.
Ia bahkan berpikir jika Asyila telah memiliki kekasih.
“Asyila!” panggil Ema dan menyusul Asyila masuk.
“Asyila!” panggil Ema lagi.
“Apa?” tanya Asyila yang sedang menuang air kedalam gelasnya.
“Kamu tadi diantar siapa? Pacar kamu?” tanya Ema penasaran.
“Uhuk..uhuukkk.” Asyila terbatuk-batuk mendengar pertanyaan Ema.
“Jadi beneran pacar kamu?” tanya Ema memastikan.
“Bukan,” ketus Asyila.
“Terus tadi kenapa begini?” tanya Ema sambil mempraktekkan Asyila yang menyentuh dadanya.
Asyila menatap tajam ke arah Ema, bagaimana Ema bisa tahu. Oh tidak, untuk kesekian kalinya ia dibuat Malu.
“Cukup Ema! Aku mau mandi,” ucap Asyila mengambil handuk dan secepat mungkin masuk ke kamar mandi.
“Cie ketahuan!” teriak Ema.
Ya ampun pakai ketahuan segala sama Ema. Semoga saja dia tidak mendengar ucapanku tadi, kalau sampai tahu bisa malu setengah mati aku.
Disisi lain.
Abraham merasa sangat senang dan bahagia setelah sekian lama ia akhirnya bisa berdekatan dengan Asyila meski sekarang ia menyandang status hanya sebagai Dosen.
Abraham sangat berharap secepat mungkin Asyila jatuh cinta kepadanya, sehingga saat bertemu 2 tahun lagi Asyila bisa menerima dia sebagai suami sepenuhnya.
“Selamat datang Tuan muda!” sapa Para pegawai.
“Selamat datang Tuan muda!” sapa para pegawai lagi.
Abraham kini sedang mengunjungi Perusahaan miliknya yang ada di Bandung.
Sebelumnya seluruh pekerjaan ia serahkan kepada sahabatnya sendiri yang juga adalah sekretarisnya.
“Hai Bro! Apa kabar!” sapa Yogi.
“Baik. Bagaimana urusan kantor apakah lancar?” tanya Abraham.
“Semuanya berjalan dengan sangat baik. Bagaimana istrimu sekarang apakah kalian sudah saling bertemu?” tanya Yogi. Yogi telah mengetahui tentang perjodohan dan pernikahannya dengan Asyila.
“Sudah,” balas Abraham singkat.
“Apakah dia mengenalimu?” tanya Yogi penasaran.
“Belum. Suatu saat nanti dia akan mengenal aku sebagai suaminya,” ucap Abraham yakin.
“Aku do'akan agar Asyila mencintaimu seperti kamu mencintainya Bro!”
“Thank you Yogi,” ucap Abraham.
Abraham lalu duduk di Singgasananya untuk mengerjakan beberapa berkas yang harus diperiksa dan ditandatangani dirinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 302 Episodes
Comments
Santi Liana
perjalanan cinta dan pernikahan yg sangat mengesan kn,klepek2 yg baca
2022-11-22
0
Fe☕
Sweet 💞❤️💐
2022-02-04
0
Fe☕
OMG Istimiwirrrrrrrrr😘
2022-02-04
1