Suara burung-burung di pagi hari terdengar begitu merdu, sinar matahari pagi serasa seperti pelukan hangat yang menenangkan.
serta udara segar seperti obat jiwa yang alami.
“Huaammm, akhirnya pagi juga,” ucap Asyila setengah sadar.
“Pagi sayang,” ucap Arumi.
“Pagi juga bu.”
“Sayang ayo mandi, jam 8 nanti kita pergi.”
“Pergi kemana Bu?” tanya Asyila penasaran.
“Kita pergi ke puncak sayang, kebetulan pagi-pagi sekali Ema menelpon ibu. Ema dan maminya mengajak kita berlibur,” sahut Arumi.
“Kalau begitu Asyila mandi Bu” ucap Asyila kemudian bergegas ke kamar mandi.
Asyila tidak ingat bahwa hari ini ulang tahunnya, Arumi dan Herwan berinisiatif untuk ikut memberikan kejutan untuk Asyila.
“Bagaimana Bu? apakah baju ini cocok?” tanya Asyila.
“Cocok sayang, Syila mau pakai baju apa saja cocok yang penting sopan,” balas Arumi.
“Ya harus sopan Bu.”
“Mari sini kita makan, ibu panggilkan ayahmu di kamar dulu nak.”
“Iya Bu.”
“Yah, udah siap?” tanya Arumi.
“Sudah Bu, ayah pakai batik ini lucu tidak Bu?” tanya Herwan.
“Ayah ini ada-ada saja, bagus yah terlihat gagah,” balas Arumi jujur.
“Ayah tidak muda lagi Bu, usia Ayah tahun ini 58 Tahun apa masih terlihat gagah?” tanya Herwan kemudian membusungkan dada.
“Ayah dimata ibu masih terlihat gagah hanya saja sekarang terlihat banyak keriput. Kalau ibu bagaimana yah? diusia 55 tahun ini apa ibu masih terlihat cantik?” tanya Arumi malu-malu.
“Ya tentu masih Bu, tapi ya itu tadi Sekarang terlihat banyak kerutan,” balas Herwan jujur.
“Ehem.. Asyila dari tadi menunggu Ayah dan Ibu dimeja makan, ternyata dikamar malah gombal-gombalan. berasa dunia milik berdua ya. yang lain hanya ngontrak,” ucap Asyila pura-pura kesal.
“Ini semua gara-gara Ayah, lihat itu Asyila wajahnya lecak amburadul,” ucap Arumi sambil menunjuk ke arah Asyila.
“Kok ayah yang disalahkan, ibu yang mulai duluan,” balas Herwan.
“Puuufffttt.” Asyila berusaha menahan suara tawa.
“Ha.ha.. Ayah, Ibu kalian itu seperti ABG saja lucu sekali,” ucap Asyila sambil tertawa terbahak-bahak.
“Apaan tu ABG?” tanya Herwan dan Arumi bersamaan.
“Anak baru gede,” sahut Asyila.
“Ha. ha .ha..” Suara tawa Herwan dan Arumi.
“Ayah dan ibu jadi malu,” ucap Arumi dan Herwan tersipu malu.
“Ayah, Ibu ayo buruan sarapan. Ema dan maminya kesini kita belum apa-apa,”ucap Asyila mengingatkan.
“Ya ampun, sampai lupa Ibu. ya udah ayo yah,” ajak Arumi.
Mereka kemudian makan bersama dimeja. sesekali Asyila melirik kedua orangtuanya ia berharap saat tua nanti ia bisa menikahi Lelaki yang sangat mencintainya dan bahkan saling mencintai hingga maut memisahkan mereka.
Tin..tin..tin.. suara klakson mobil.
“Assalamualaikum Asyila,” ucap Ema.
“Waalaikumsalam,” sahut Asyila.
“Udah siap?”
“Udah dong ma, kami baru saja selesai sarapan.”
“Wah.. kalau begitu aku kepagian. janji jam 8 baru setengah 8 sudah ready,” ucap Ema sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
“Tidak juga ma, mari masuk ajak mamimu juga,” ajak Asyila.
“Bentar ya aku ke mobil dulu, mamiku ini rempong dari tadi,” ucap Ema kemudian pergi menuju mobil.
“Ayo mi turun lagi.”
“Sudah rapi belum nak, mami tidak percaya diri.”
“Haduh mami, seperti bertemu besan saja.”
“Bukan begitu nak, mami ingin memberikan kesan terbaik buat sahabat kamu dan orangtuanya.”
“Ema kira apa mi, mami seperti biasanya saja. pasti mereka senang.”
“Ya sudah ayo kita masuk.”
“Nah gitu kan baru mami Ema.”
“Apa kabar Tante?” sapa Asyila.
“Alhamdulillah baik Syila,” balas Icha.
“Mari masuk Tante, kamu juga ma!” ajak Asyila.
“Iya Syila terima kasih,” ucap Icha.
“Tante dan Ema duduk dulu, Asyila buatkan minuman dulu. sekalian mau panggil Ayah dan ibu permisi,” ucap Asyila kemudian pergi.
Asyila pergi membuatkan minuman. selesai membuat minuman ia memanggil kedua orangtuanya untuk ke ruang tamu.
“Ini airnya silahkan diminum,” ucap Asyila sambil menata minuman tersebut.
“Terima kasih Syila,” ucap Ema manis.
“Apa kabar Bu Icha?” tanya Arumi ramah.
“Alhamdulillah baik,” balas Icha dengan senyum yang tidak kalah ramah.
“Ini maminya Ema ya, mirip sekali dengan Ema,” ucap Herwan.
“Iya pak banyak yang bilang begitu,” balas Icha jujur.
“Mari diminum,” ucap Arumi.
“Iya Bu ini juga mau kita minum,” balas Icha kemudian meneguk minuman tersebut.
20 menit mereka berbincang-bincang.
Icha yang tidak sabar ingin memberikan kejutan untuk sahabatnya pun menyudahi perbincangan hangat mereka.
“Ayo semua sudah jam 8, sebaiknya kita berangkat. perbincangan bisa kita lanjutkan di mobil,” ujar Ema.
“Kalau begitu sebelum kita berangkat kita berdoa dulu semoga perjalanan kita dipermudah oleh Allah,” ucap Herwan.
Mereka pun berdoa agar perjalanan menuju puncak selamat sampai kembalinya ke rumah.
“Barang yang mau dibawa yang mana saja?” tanya Asep.
“loh mang Asep tadi disini, kenapa tidak masuk mang?” tanya Asyila penasaran.
“Oo.. tadi saya mampir ke warung kopi itu mbak, sekalian ngopi,” ucap Asep.
“Kalau cuma ngopi kenapa tidak masuk ke dalam mang,” sahut Ema.
“Tidak apa-apa Bu,” balas Asep.
“Mang Asep tadi sudah Ema suruh masuk sebelumnya, api begitu sampai sini langsung ngluyur ke warung kopi. pasti godain cewek kan disana,” tuduh Ema usil.
“He..he. mbak Ema tahu aja,” ucap Asep malu-malu.
“Ingat umur mang,” balas Ema.
“Sudah-sudah kok malah berdebat begini, itu mang diangkat ya taruh jok,” titah Icha.
“Baik Bu,” balas Asep kemudian bergegas mengangkuti barang.
“Mi, aku sama Asyila duduk dibelakang ya, mami sama Tante duduk ditengah,” ucap Ema.
“Oke nak,” balas Icha.
“Kalau begitu, Ayah duduk didepan,” ucap Arumi.
“Barangnya sudah selesai, mari kita berangkat!” ajak Asep.
“Bismillahirrahmanirrahim,” ucap mereka serempak.
Perjalanan menuju Puncak Bogor memakan waktu sekitar tiga jam, Asyila dan Ema yang duduk dibelakang sudah tertidur 2 terlebih dahulu. sementara mereka berempat sibuk menceritakan masa muda mereka.
“Ternyata masa lalu kita tidak jauh beda ya Bu,” ucap Icha.
“Bu Icha ini bisa aja,” sahut Arumi.
“Apalagi mang Asep, lebih lucu lagi godain wanita yang ternyata janda beranak dua,” ucap Herwan santai.
“Ha..ha..ha..” Tawa mereka semakin menjadi.
Asyila dan Ema yang sedari tadi tertidur kini terbangun akibat suara gelak tawa dari para orangtua.
“Ngerumpi apa ini mi? kami jadi terbangun seharusnya Ema mimpi indah ketemu pangeran tampan,” omel Ema.
“Maafkan kami ya anak-anak kami terbawa suasana waktu muda jadi lupa ada kalian dibelakang,” ucap Icha tak enak hati.
“Iya nak, maaf ya,” sahut Arumi.
“Kalian lanjutkan lagi berbincang-bincang. kami juga sudah tidak mengantuk lagi ya kan Ema!!” ucap Asyila kemudian diangguki Ema.
“Sebentar lagi sampai guys,” ucap Mang Asep santai.
“Mang Asep ini bisa saja,” sahut Asyila.
Sesampainya di puncak mereka langsung bergegas menuju salah satu Villa putih.
“Villa ini ada 3 kamar, Pak Herwan dan Mang Asep tidur disebelah kiri, Asyila dan Ema tidur ditengah, sementara saya dan Bu Arumi tidur di sebelah kanan,” jelas Icha yang menunjuk arah kamar.
“Semuanya, Asyila dan Ema langsung ke kamar ya, yuk Asyila!” ajak Ema.
“Permisi semuanya,” ucap Asyila kemudian bergegas menuju kamar.
“Yuk Bu, kita juga masuk!” ajak Icha.
“Iya Bu, mari” balas Arumi.
Tinggal Asep dan Herwan yang masih di ruang keluarga. mereka lebih memilih duduk di sofa sambil sedikit mengobrol.
tidak terasa hari mulai malam mereka pun langsung beristirahat untuk melakukan aktivitas besok.
Keesokan paginya.
Ya ampun jam 8, udah jam segini kenapa aku tidak dibangunkan.
“Ema,” panggil Asyila.
“Kok sepi begini, kemana Ema,” ucap Asyila pada diri sendiri.
Asyila kemudian keluar kamar ia mencari yang lainnya namun tidak ada seorang pun.
Ini yang lainnya kemana pula, tidak mungkin aku ditinggal di Villa ini sendirian.
“Apa mungkin di luar ya, siapa tahu mereka melihat pemandangan di luar,” ucap Asyila menenangkan diri.
Hasilnya tetap saja nihil, Asyila mencari kesana kesini namun tetap saja tidak ada siapapun, ia mencari telpon genggamnya namun telpon tersebut hilang entah kemana. suasana puncak yang dingin dan sunyi menambah keseraman disana. tidak ada seorang pun yang lewat karena Villa yang mereka pilih jauh dari Aktivitas Manusia.
“Sebaiknya aku ke kamar, mungkin mereka pergi membeli sesuatu. lagian tidak mungkin kan aku ditinggal sendirian disini,” ucap Asyila kemudian pergi ke kamar.
Waktu menunjukkan pukul 18.00 Wib. namun mereka belum juga menunjukkan batang hidungnya.
Asyila yang hanya dikamar menikmati cemilan pun merasa bosan. kemudian ia bergegas ke kamar mereka satu persatu untuk memeriksa barang bawaan mereka namun tidak ada satu barang pun yang tertinggal di kamar mereka.
Asyila berpikir bahwa ia benar-benar ditinggalkan. lalu ia kembali ke kamar nya lagi.
tok..tok..tok.. Suara pintu diketuk.
Asyila bergegas menuju pintu karena ia berpikir itu pasti mereka, saat ia membuka ia tidak melihat adanya orang.
Asyila mulai ketakutan segera ia menutup pintu dan berlari ke ranjang menarik selimut menutupi seluruh tubuhnya.
“Hi..hi..hi.hi..” suara tawa.
“Pergi jangan ganggu saya,” teriak Asyila.
Tiba-tiba pintu terbuka dengan sendirinya, Asyila menangis sejadi-jadinya ia tidak perduli lagi apa yang akan terjadi selanjutnya yang ia rasakan hanya ketakutan dibalik selimut tersebut.
beberapa saat kemudian suara tawa dan pintu tidak terdengar lagi, Asyila pun menghentikan tangisannya ia memberanikan diri untuk keluar kamar.
saat berada di ruang tamu tiba-tiba lampu padam.
“Astaghfirullah, Ya Allah lindungilah Hamba,” ucap Asyila gemetaran.
Asyila hanya berpegangan pada Sofa di ruang tamu, ia kemudian menangis sejadi-jadinya.
DOOOR.. suara balon meledak.
Asyila pun terkejut hingga hampir tak sadarkan diri.
Lampu seketika menyala.
“Selamat ulang tahun.. selamat ulang tahun. selamat ulang tahun Asyila, selamat ulang tahun,” suara nyanyian mereka ditambah teman sekelas Asyila.
“Kejutan!!!” teriak mereka.
Asyila yang mendapat kejutan tersebut semakin menjadi suara tangisannya ia tidak habis pikir, ia mendapatkan kejutan separah ini. Asyila lupa bahwa hari ini ulang tahunnya.
“kalian semua jahat,” ucap Asyila disela-sela tangisnya.
“Maafkan aku Asyila ini semua rencana aku, mereka yang ikut berpartisipasi untuk merayakan ultahmu ke 18 tahun,” ucap Ema sedikit takut.
“Selamat ulang tahun Asyila,” ucap teman sekelas Asyila.
“Kalian berhasil memberikan kejutan yang WOW dan tidak akan pernah terlupakan buat aku,” balas Asyila.
“Selamat ulang tahun putri kesayangan Ayah dan Ibu,” ucap Herwan dan Arumi bersama.
“Terima kasih Ayah, ibu, Tante, dan semuanya yang tak bisa Asyila sebutkan satu-persatu, terima kasih untuk kejutan luar biasa yang membuat Asyila takut setengah mati,” ucap Asyila panjang lebar.
“Cepat tiup lilin lalu dibagi-bagi ke kita Syila,” ucap Nita salah satu teman sekelas Asyila.
“Oke, oke aku tiup ya kalian juga bantu oke.. 1..2..3.. hushhh,” tiup mereka berbarengan.
Acara meniup lilin dan makan kue bersama-sama sudah rampung, teman-teman Asyila yang lain langsung pamit pulang. mereka sengaja pulang duluan agar liburan keluarga Asyila maupun Ema berjalan lancar.
“Bye bye, see you next time,” ucap mereka pada Asyila dan Ema.
“See you next time too,” balas keduanya.
“Ema, lain kali jangan seperti itu. kamu hampir membuat aku serangan jantung,” ucap Asyila yang ngambek dibuat-buat.
“Maaf,” balas Ema yang bergaya sesedih mungkin.
“Jelek,” ketus Asyila.
“Biarin,” balas Ema tidak kalah ketus.
“Ha..ha.. ha..” Mereka tertawa bersama, bagaimana pun mereka tak akan terpisahkan.
Keesokan Pagi, Setelah Sarapan.
“Ayo, kita jalan-jalan sekitar sini. nanti jam 1 kita sudah harus pulang. kan sayang kalau kita tidak jalan-jalan menelusuri tempat ini,” ucap Icha.
“Iya benar kata Bu Icha, sayang kalau kita melewatkan momen ini sekalian foto,” balas Arumi.
“Membahas foto-foto Ema sampai lupa mengembalikan handphone milik Asyila, ini Asyila handphone maaf ya,” terang Ema. sambil memberikan handphone milik Asyila.
“Jadi kamu yang mengambilnya,” balas Asyila sedikit kesal.
“Bukan mengambil, tapi dipinjam sebentar hehe,” balas Ema santai.
“Sudah jangan berdebat lagi, ayo kita jalan sekarang!”ajak Herwan.
Suasana di puncak pagi hari sangatlah sejuk, udara yang masih alami seakan menghipnotis mereka untuk terus menghirup udara sejuk tersebut.
Asyila maupun yang lain sangat senang.
tidak bosan-bosannya mereka berswafoto.
tidak terasa waktu berlalu dengan cepat. mereka memutuskan untuk kembali ke Villa.
“Mang Asep, Ema boleh tanya?”
“Tanya apa mbak?”
“Mang Asep benar tidak mau menikah lagi?” tanya Ema serius.
“Sebenarnya Mang Asep mau mbak, tapi Mang Asep minder. sudah berumur masak ingin nikah,” ucap Asep jujur.
“Memang umur Mang Asep berapa kalau boleh tahu?” tanya Ema antusias.
“Coba tebak, Mang Asep bekerja disini mulai usia mbak 5 tahun. dulu usia Mang Asep 27 tahun mbak,” jelas Asep.
“Sebentar Ema menghitung dulu.. 10,11,12,” ucap Ema sambil menghitung jarinya.
“Jadi berapa mbak?”
“What!! jadi sekarang Mang Asep 50 tahun, tapi tidak kelihatan kok. kalau dilihat usia Mang Asep seperti umur 80 tahun,” ucap Ema jahil.
“Astaga mbak, saya kira terlihat lebih muda ini malah 30 tahun lebih tua,” ucap Asep kesal.
“Bercanda Mang, bercanda hehe,” ucap Ema.
Icha menghampiri Asep dan Ema yang sedari tadi berbincang.
“Ada apa ini, berisik sekali sampai ke dapur?” tanya Icha.
“Tidak ada apa-apa mi, ini mang Asep lucu katanya mau nikah,” ucap Ema jahil.
“Benar Mang yang dikatakan Ema?” tanya Icha penasaran.
“Mmmm i-iya Bu,” jawab Asep malu-malu.
“Kamu ini Mang, ingat umur,” ucap Icha serius.
“Iya Bu maaf,” sahut Asep sedikit takut.
“Ha..ha..ha..” tawa Icha.
“Ada yang lucu Bu?” tanya Asep heran.
“Tidak ada yang lucu Mang, tapi wajah kamu itu buat saya sakit perut,” ucap Icha yang terus tertawa.
“Anak ibu sama saja sukanya mengejek,” ucap Asep yang kesal dibuat-buat lalu pergi meninggalkan mereka.
“Mami ini, lihat Mang Asep ngambek kan,” ucap Ema menunjuk Asep.
“Ya habisnya mau bagaimana lagi sayang, sudah kebiasaan mami,” sahut Icha santai tanpa rasa bersalah.
klik like ya!!!
1 like dari kalian sangat berharga buat Author.
terima kasih...
Jangan lupa beri Rate/Bintang untuk novel Author ❤️🙏😭
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 302 Episodes
Comments
Eris Nur Riyanti
lanjut
2021-05-07
0
Happyy
👍👍👍👍
2021-03-04
0
Ika Sartika
lanjut...
2021-01-23
0