Asyila tampak cantik dengan baju kerja yang ia kenakan. Memakai kemeja putih serta celana hitam panjang. Tak lupa ia memakai sepatu berwarna hitam yang melekat pada kaki jenjangnya.
“Sudah rapi aja,” ucap Ema saat melihat Asyila bercermin.
“Sudah dong, kan hari ini pertama masuk kerja. So harus rapi dan tidak boleh telat,” sahut Asyila.
“Ya sudah sana berangkat, nanti telat loh,” ucap Ema menakuti-nakuti Asyila.
“Oke, kamu hati-hati dirumah. Ingat jangan kemana-mana!” pesan Asyila pada Ema lalu menggendong tas selempang kecilnya.
“Iya Bawel!” sahut Ema.
Asyila pergi menuju tempat kerjanya dengan berjalan kaki, ia sengaja memilih tempat kerja yang dekat dari rumah agar dirinya dapat menghemat.
“Selamat Pagi!” sapa Asyila ramah pada karyawati yang lain.
“Pagi juga, kamu anak baru ya?” tanya salah satu dari mereka.
“Iya, perkenalkan namaku Asyila,” ucap Asyila lalu mengulurkan tangannya.
“Namaku Siti,” balas Siti memperkenalkan diri dengan senyum manis.
“Aku Luna,” ucap Luna dengan wajah datar.
“Dan Aku Zahra,” ucap Zahra ramah.
“Mohon bantuannya ya! ini pertama aku bekerja,” ucap Asyila ramah, dan langsung mendapat senyuman dari ketiga karyawati itu.
“Ayo kerja Anak-anak!" perintah Yeni pemilik toko pakaian dengan semangat dan nada yang dibuat genit.
“Siap Bu Yeni cantik!” sahut mereka serempak.
“Kamu pasti Asyila, sini nak saya kasih tahu tugas kamu!” panggil Yeni lembut.
“Iya Bu Yeni,” sahut Asyila lalu mendekat.
“Karena kamu baru disini, sementara kamu saya tempatkan disini untuk menyusun pakaian. Gaji kamu untuk sementara ini 1 Juta, tapi kalau sudah lebih dari 6 bulan gaji kamu akan saya naikkan menjadi 500 ribu, jadi totalnya bisa 1 juta setengah Nak,” Jelas Yeni lembut.
“Terima kasih Bu Yeni, saya akan berusaha sebaik mungkin bekerja disini,” ucap Asyila.
“Oke Nak cantik, kalau begitu Ibu tinggal dulu. kamu bekerjalah! kalau ada yang sulit tinggal minta tolong kepada ketiga saudaramu itu!” tunjuk Yeni pada ketiga karyawati.
“Baik Bu Yeni,” sahut Asyila dengan mengedipkan matanya.
Asyila menyusun pakaian dengan sangat rapi, ia bahkan membantu yang lain menyelesaikan pekerjaannya. Asyila senang bisa membantu dan bermanfaat bagi partner kerjanya.
“Selamat Siang!” sapa Pelanggan.
“Lagi-lagi ibu ini, kamu saja yang melayaninya,” ucap Siti menyuruh Luna melayani Ibu itu, namun Luna menolak.
“Zahra sayang, layani ibu rempong sejagat raya itu,” ucap Luna manis namun Zahra pun menolak.
Asyila sangat heran, mereka bertiga menolak untuk melayani pelanggan yang baru saja datang. Asyila pun berinisiatif menawarkan diri melayani pelanggan.
Biar saya saja yang melayani pelanggan itu,” tunjuk Asyila pada ibu itu dan diangguki ketiganya.
“Semoga saja Asyila tidak kenapa-kenapa, aku malas jika harus berurusan dengan Bu rempong itu,” bisik Siti.
“Sama aku juga, apalagi dengar mulut cabe rawitnya itu. Haduh telingaku sampai pedas seperti disiram sambal,” sahut Luna lirih.
“Ayo kerja jangan ghibah terus!” ucap Zahra mengajak mereka bekerja.
“Selamat datang di butik kami,” sapa Asyila ramah.
“Kamu anak baru?” tanya Reni.
“Iya Bu, Saya Asyila,” sahut Asyila dengan senyum manisnya.
“Jangan panggil saya Ibu, Panggil saya madam Reni!” perintah Reni, yang langsung diangguki Asyila.
Akhirnya Asyila tahu kenapa partner kerjanya menolak untuk melayani Reni, ia berusaha agar Reni nyaman dengan layanannya.
”Iya Madam Reni, ada yang bisa saya bantu?”
“Saya ingin membeli batik yang cocok buat Saya, tapi saya tidak ingin yang murahan ataupun yang mahal,” ucap Reni judes.
“Mari ikut saya Madam, saya akan mencari sesuai keinginan Madam.”
Asyila membantu Reni untuk memilih batik yang di inginkan. Butuh waktu 1 jam bagi Asyila mencari batik itu.
Akhirnya Madam Reni menemukan batik yang cocok untuk dirinya.
Sementara ketiga Karyawati hanya memperhatikan mereka dari jauh, bahkan Siti, Luna dan Zahra dibuat takjub oleh Asyila yang dengan sabar melayani pelanggan super rempong seperti Reni.
“Asyila hebat ya!” puji Siti.
“Bu rempong seperti itu bisa dilayani dan dengan sabar seperti Asyila,” sahut Zahra.
Luna diam saja, sebenarnya ia sedikit iri dengan sikap Asyila seperti itu. Ditambah Asyila lebih cantik dari dirinya.
“Luna!” Panggil Siti.
“Kamu dengar kita bicara kan?” tanya Siti dan langsung diangguki Luna tanpa berkata sedikit pun.
Usai melayani pelanggan, Asyila sibuk menata ulang pakaian yang telah diacak-acak oleh pelanggan sebelumnya.
“Asyila! Ayo makan siang bersama. Biarkan Luna dan Siti yang merapikan pakaian itu!” Ajak Zahra.
“Tapi....”
“Udah tidak apa-apa, kita makan bersama. Nanti gantian sama mereka,” ucap Zahra memotong ucapan Asyila dan mengajaknya untuk makan bersama.
Mereka berdua makan siang bersama, tak jarang mereka saling berbagi bekal makanan yang mereka bawa.
Zahra 2 tahun lebih tua dari Asyila, namun menolak jika dipanggil Mbak ia lebih senang jika dipanggil nama.
“Cincinmu bagus,” puji Zahra yang melihat cincin dijari manis Asyila.
“Terima kasih,” balas Asyila dengan senyum manis.
Seharusnya cincin ini tidak aku pakai, karena gara-gara cincin ini jariku menjadi pusat perhatian. Tapi aku sudah berjanji dengan ibu untuk selalu memakai cincin ini.
“Asyila! kamu mengapa melamun?” tanya Zahra yang sedari tadi mengajak Asyila bicara namun tidak direspon.
“Hehe.. maaf Mbak. Maksud saya Zahra,” sahut Asyila yang sedikit bingung memanggil Zahra.
“Kita sudah selesai makan, sekarang giliran kita yang jaga!” ajak Zahra.
“Oke!”
Asyila dan Zahra bergantian merapikan pakaian yang acak-acakan, tapi anehnya mengapa tempat Asyila yang sebelumnya ditempati Luna malah sangat berantakan. Sedangkan tempat Zahra yang sebelumnya ditempati Siti malah terlihat rapi.
"Kenapa tempatku acak-acakan? Apa tadi Luna tidak merapikan pakaian ini? Ya Tuhan semoga hamba betah bekerja disini.
Sementara disisi lain.
Abraham memerhatikan Asyila, ia bahkan tahu bahwa Luna lah yang mengacak-acak tempat Pakaian itu.
Abraham pun dibuat geram, ingin rasanya ia membalas perlakuan Luna terhadap istrinya.
Hujan turun deras membasahi kota Bandung, hari semakin sore.
Waktunya untuk Karyawati itu pulang.
Mereka menunggu hujan reda agar tidak terhindar dari basahnya air.
“Eko!” Panggil Abraham yang duduk tepat dibelakang Eko, lalu mengangkat jari telunjuknya memberi isyarat agar Eko mendekat.
“Ada apa Tuan muda?” tanya Eko menoleh ke belakang lalu mendekat ke arah tuannya.
“..............” Abraham membisikkan sesuatu kepada Eko, Eko pun mengangguk mengerti.
Saat hujan benar-benar reda, Eko melajukan mobil dengan kecepatan tinggi di genangan air, saat bersamaan Luna yang baru ingin turun dan berjalan disekitar genangan air itu tiba-tiba tersiram. Seluruh tubuhnya penuh dengan lumpur.
“Aaaaahhhhhhhhhhh Tubuhku,” teriak Luna karena terkena cipratan air yang memenuhi tubuhnya.
Sementara Eko dan Abraham tertawa lepas, Ia puas membalas dendam untuk Istrinya itu.
Siti, Zahra dan Asyila tidak dapat menahan tawanya. Mereka tertawa melihat wajah Luna yang sudah dipenuhi lumpur.
“Ha..ha..ha..” Tawa mereka.
“Mobil kurang ajar!!! mata kalian ditaruh mana!” teriak Luna pada mobil yang telah pergi menjauh mencipratkan genangan air yang dipenuhi lumpur.
“Kalian bertiga, ngapain menertawakan aku!” teriak Luna kesal dengan ketiga wanita itu.
Luna pun menangis menahan malu, ia berjalan kaki meninggalkan yang lain dengan tubuh yang dipenuhi lumpur.
Jarak dari butik menuju rumahnya 1hanya sekitar 4 menit.
“Hiks..hiks..hiks. benar-benar sial, bajuku kotor semua,” omel Luna disela-sela tangisnya. banyak orang yang melihat Luna bahkan tertawa didepan Luna.
“Diam kalian semua!” teriak Luna pada orang-orang yang menertawakannya.
“Orang gila.. orang gila.. orang gila,” ledek anak-anak kecil pada Luna.
Luna sangat kesal, ia menangis sejadi-jadinya. Luna masih saja mengutuki mobil yang seenaknya mencipratkan air pada dirinya.
Siti dan Zahra pulang dengan mengendarai motor, jarak mereka dari butik cukup jauh.
Sementara Asyila berjalan kaki.
“Bye!” bcap Siti dan Zahra pada Asyila.
“Bye,” balas Asyila.
Asyila berjalan kaki dengan sangat santai, ia bersenandung kecil meramaikan suasana jalan yang terlihat seperti.
Abraham dari jarak yang cukup jauh mengikuti Asyila.
“Ya Tuhan, kasihan sekali Luna. Aku ingin tertawa tapi takut dosa, tapi kalau tidak tertawa kan sayang hihi,” ucap Asyila mengingat kejadian yang menimpa Luna.
Tak terasa sampailah Asyila di rumah kontrakannya itu, disambut dengan senyum hangat oleh Ema.
“Akhirnya kamu pulang Asyila, aku kira kamu sudah lupa denganku,” ucap Ema yang mendekati Asyila.
“Tentu saja aku pulang, kalau tidak pulang siapa yang akan menemanimu,” sahut Asyila.
Mereka langsung masuk ke dalam rumah, sementara Abraham yang sedari tadi mengikuti istrinya akhirnya bergegas pergi menuju hotel.
Asyila menceritakan kejadian saat ia bekerja dari ia bekerja sampai pulang, tak terlewatkan juga menceritakan kejadian lucu yang menimpa Luna.
“Ha...ha. .ha . Ya Tuhan, sepertinya itu karma untuk Luna. Sungguh nasib mu sangat baik Asyila,” puji Ema pada Asyila.
“Gokil gokil gokil ha..ha..ha,” sambung Ema yang masih saja tertawa.
“Hentikan Ema, Jangan tertawa lagi. Kamu bisa membangunkan penghuni rumah ini,” ucap Asyila menakut-nakuti Ema, seketika itu Ema terdiam.
“Asyila jangan seperti itu lagi, sebentar lagi magrib,” sahut Ema mengingatkan.
“Iya aku tahu, nanti kita sholat bersama agar hantu-hantu disini pergi.”
“Asyila!” teriak Ema kesal.
“Baiklah, aku hanya bercanda.”
Tinggalkan jejak 😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 302 Episodes
Comments
Sri Ariesto
hahahaha dasar arsilla suka sekali godain erma
2022-09-12
0
گسنيتي
semangat
2021-07-29
0
Erma Wahyuni
abraham selalu dblakang layar..luna sirik aja
2021-06-24
0