Abraham Dan Asyila
“Asyila, cepat lihat sini nilai kamu yang paling tinggi!” teriak Ema lalu menarik lengan Asyila menuju Mading sekolah.
“Akhirnya setelah sekian lama, usahaku berhasil ma, ini benar-benar seperti mimpi ma. semoga aku bisa masuk ke universitas yang selama ini aku inginkan” ucap Asyila senang.
“Syila ayo cepat kita beritahu orang tuamu, pasti mereka terkejut dan bangga denganmu Syila!” ajak Ema.
“Iya ma, ayo kita pulang sekarang” sahut Syila.
“Syila!” teriak Romi dan berlari ke arah Asyila.
“Iya mi ada apa?” tanya Asyila.
“Boleh minta waktunya sebentar!” pinta Romi serius.
“Boleh.”
“Tapi aku ingin hanya kita berdua!”
“Terus Ema bagaimana?”
“Ema, kamu boleh pergi sebentar saja aku ingin bicara serius dengan Syila?” pinta Romi pada Ema.
“Oke kalau begitu aku tunggu Syila didepan ya,” balas Ema santai.
Ema pun langsung pergi meninggalkan mereka, yang seperti ingin mengobrol serius.
“Begini Asyila sebenarnya dari awal masuk sekolah disini, aku menaruh hati padamu dan baru saat ini waktu yang tepat untuk aku mengungkapkan perasaan aku ke kamu. Asyila maukah kamu menjadi kekasihku” ucap Romi bersungguh-sungguh.
Asyila bingung harus menjawab apa.
“Hmm..hmm. Aku bingung Romi” ucap Asyila ragu.
“Kamu bingung kenapa? apa ada pria lain yang sudah mengisi hatimu?”
“Bukan begitu, tolong beri waktu aku 3 hari untuk menjawabnya!” pinta Asyila.
“Oke 3 hari lagi kita bertemu di taman bunga dekat cafe care oke,” balas Romi.
“Kalau begitu aku pamit pulang mi, permisi!” ucap Asyila kemudian pergi meninggalkan Romi.
Sebenarnya Asyila menaruh perasaan juga terhadap Romi hanya saja ia bingung karena Romi selalu berganti-ganti pasangan entah itu teman seangkatan maupun adik kelas.
Asyila ragu dengan perasaannya sendiri apakah ia harus menerima atau menolak Romi.
“Haduh, Syila kamu lama sekali memang apa yang kalian bicara? apa penting?” tanya Ema penasaran.
“Romi mengungkapkan perasaannya padaku dan ia meminta aku untuk menjadi kekasihnya.”
“Apa!! trus kamu jawab apa? kamu terima atau tidak? Romi kan playboy,” ucap Ema bertubi-tubi.
“Aku belum menjawabnya aku meminta waktu 3 hari ma,” ucap Asyila jujur.
“Sebaiknya kamu pikirkan lagi Syila, jangan sampai kamu patah hati. karena patah hati rasanya sungguh sakit. seperti aku yang ditinggalkan Kevin karena selingkuh. sungguh sakit Syila, sakit Sekali,” curhat Ema panjang lebar.
“Iya kucing, aku akan memikirkan semuanya dengan matang.”
“Benar ya kelinci.”
“Heemm benar.”
“Ya sudah ayo kita pulang! memberitahukan nilai ujian kamu, mereka pasti bahagia luar biasa,” ucap Ema semangat.
“Yang mendapatkan nilai aku, tapi mengapa kamu yang begitu antusias ma.”
“Bagaimana tidak, dari dulu kamu selalu juara kelas dan nilai kamu melebihi rata-rata karena itu aku bangga Syila apalagi kamu tidak pernah memakai pelajaran tambahan dirumah sementara aku!! aku selalu menyewa guru privat sana sini tapi hasilnya nihil selalu saja tidak masuk otak. aku ini memang payah” terang Ema jujur.
“Ema, please jangan merendah diri sendiri seperti itu, kamu itu punya kelebihan tersendiri contohnya di bidang olahraga. kamu selalu juara 1 hampir semua cabang olahraga kamu kuasai apalagi seni bela diri kamu top markotop pokoknya,” puji Syila tulus.
“Ahh.. Jadi ingin terbang dipuji kamu kelinci,” ucap Ema pura-pura malu.
“Ini beneran kucing, aku tidak berbohong,” ucap Syila terus terang.
“Terima kasih kelinciku.”
“Sama-sama kucingku.”
“Ayo cepat kelinci, aku tidak sabar melihat ekspresi wajah kedua orang tua kamu,” ajak Ema bersemangat.
“Let's go my cat” seru Asyila.
Mereka pun pergi menuju rumah Asyila dengan berjalan kaki. perjalanan mereka hanya memakan waktu 10 menit.
“Assalamualaikum, ayah ibu, Asyila pulang!” panggil Asyila.
“Waalaikumsalam, sudah pulang nak. ada Ema juga ternyata.”
“Hehe.. iya Tante, Ema ikut Asyila pulang soalnya mang Asep, Ema suruh jemput nya agak sorean,” ucap Ema.
“Ya udah kalau begitu kalian duduk dulu, Tante buatkan teh ya nak,” ucap Arumi lalu pergi ke dapur.
“Kelinci, bilang sama Tante bawakan peyek kacang ya!! kan kamu tahu sendiri aku paling suka peyek buatan ibumu,” bisik Ema.
“Kamu ini ma, dari dulu tidak pernah berubah setiap bertamu ke rumah hafalanmu pasti peyek,” oceh Asyila.
“Ssuuuttt, jangan kencang-kencang bicaranya nanti Tante dengar aku kan jadi malu,” ucap Ema lirih.
“Ada apa Syila, kok serius amat bicaranya sampai bisik-bisik segala,” ucap Arumi yang baru saja dari dapur membawakan 2 cangkir teh.
“Begini ibu, tadi.. aww..” rintih Asyila sakit karena baru saja pinggangnya dicubit oleh Ema.
“Kenapa nak?” tanya Arumi khawatir.
“Asyila pasti lapar itu te,” ucap Ema mengalihkan pembicaraan.
“Oo lapar. ya sudah kalian cepat makan tadi ibu masak banyak buat kalian dan ada peyek kacang goreng!” ajak Arumi.
“Asyik...” teriak Ema keceplosan.
Uppsss.. dasar mulut bedebah tidak bisa kontrol.
Ema menyentil bibirnya yang keceplosan.
“Itu kenapa bibir di sentil-sentil?” tanya Arumi heran.
“Itu ibu dari tadi Ema mau makan peyek buatan ibu,” cetus Asyila.
“Syila kamu jangan malu-maluin aku ya, awas aja,” ucap Ema lirih yang sedikit mengancam.
“Tante sampai lupa, Ema kan paling suka peyek buatan Tante. itu udah Tante bungkus, niat Tante besok Tante titipkan ke Asyila buat kamu ma,” ucap Arumi jujur.
“Ya ampun Tante baik banget, terima kasih te. Ema sayang Tante,” ucap Ema manja.
“Ehem.. giliran sudah ada Ema, Asyila dilupain,” rengek Asyila pada Ema.
“Ya tidak akan lupa sayang, anak ibu yang satu ini kan kesayangan ibu dan ayah setelah kakak kamu Hengky,” ucap Arumi tulus.
“Seandainya kak Hengky masih hidup mungkin, dia yang akan menjaga kamu nak. ibu gagal menjadi orang tua,” sambung Arumi lagi dengan raut wajah sedih.
“Ini bukan salah siapa-siapa Bu, ini sudah takdir dari Allah buat kita,” ucap Asyila menenangkan Arumi.
“Iya te, Allah pasti punya cara lain untuk kita,” tandas Ema.
“Terima kasih nak, terima kasih Ema, ibu bangga punya kamu Asyila dan ibu juga bangga punya kamu Ema yang selalu ada untuk Asyila dari Kalian SMP,” terang Arumi.
“Asyila juga bangga punya orang tua seperti ibu.”
“Ema juga bangga punya Tante Arumi yang baik dan tidak sombong plus cantik,” puji Ema.
“Kamu bisa aja Ema, ya sudah ayo kita makan bersama, ayah pulang kerja nanti jam 2 jadi kita makan duluan, kebetulan ibu hari ini hanya kerja setengah hari,” terang Arumi kemudian menuntun mereka menuju meja makan.
30 menit kemudian..
“Wah.. masakan Tante enak semua, jadi ingin tiap hari makan disini. atau Tante kerja saja ditempat Ema, Ema yakin mami pasti suka masakan Tante!” tawar Ema.
“Tante kerja sekitaran sini saja ma, lagian rumah kamu jauh Tante tidak ada kendaraan untuk ke sana,” ucap Arumi jujur.
“Ibu juga sekarang gampang lelah, Asyila tidak mau ibu kerja lagi biar Asyila yang mencari uang buat kita,” tegas Asyila.
“Maaf ya te, haduh Ema jadi sungkan,” ucap Ema tak enak hati.
“Tak apa ma, Tante paham niat baik kamu.”
“Tadi kamu bilang apa nak? kamu ingin bekerja nak?” tanya Arumi pada Asyila.
“Iya Bu, Asyila sudah lulus dan ibu mau tahu tidak, nilai Asyila di atas rata-rata Bu dan Asyila peringkat pararel se-kabupaten” ucap Asyila bangga.
“SubhanAllah, ibu bangga nak. Alhamdulillah ya Allah,” ucap syukur Arumi.
“Tapi kuliah kamu bagaimana nak kalau kamu bekerja.”
“Syila bisa bekerja sambil kuliah Bu. lagian Syila yakin Syila mampu.”
“Tapi nak, ibu takut kamu tidak fokus belajar maupun bekerja.”
“Ibu harus yakin sama Allah dan Asyila ya Bu,” ucap Asyila serius.
“Tante tenang saja, Asyila akan selalu bersama Ema. Ema janji sama Tante,” ucap Ema semangat.
“Maksud kamu ma?” tanya Arumi heran.
“Begini te, sebelumnya Ema sudah membicarakan hal ini sama Asyila. Ema akan masuk ke universitas yang sama dengan Asyila,” jelas Ema.
“Apa benar yang dikatakan Ema nak?” tanya Arumi pada Asyila.
“Iya Bu, Yang dikatakan Ema benar.” terang Asyila.
“Syukurlah kalau begitu, kalian lekas pergi ke kamar dan istirahat,” pinta Arumi.
“kami ke kamar dulu Bu.”
“Iya te, kami ke kamar dulu.”
Asyila dan Ema langsung bergegas ke kamar sementara Arumi menonton TV menunggu Herwan pulang.
beberapa jam kemudian.
“Assalamualaikum” ucap Herwan.
“Waalaikumsalam, sudah pulang yah?”
“Alhamdulillah sudah, Asyila mana Bu?”
“Asyila lagi dikamar ada Ema juga.”
“Apa mereka tidur?”
“Sepertinya tidur yah, ayah cuci tangan dan kaki setelah itu makan. ibu masak masakan kesukaan ayah,” ucap Arumi gembira.
“Ibu, kok ayah merasa ada yang berbeda dari ibu, dari tadi senyum-senyum terus, hati-hati nanti kesambet,” ucap Herwan pada istrinya.
“Ish.. ayah ini. nanti ibu kasih tahu yang terpenting ayah cuci tangan dan kaki lalu makan. oke!” Perintah Arumi.
“Siap Bu.”
Selesai makan, Arumi memberitahukan nilai Asyila dan keinginan Asyila untuk bekerja sambil kuliah.
Herwan tidak melarang niat baik anaknya tersebut. justru ia bangga dengan pilihan anaknya, iya percaya dan yakin bahwa Asyila bisa melakukannya apalagi itu keinginannya sendiri.
“Jadi ayah setuju?”
“Ayah setuju dan mendukung pilihan anak kita Bu.”
“Ibu jadi tenang yah.”
“Tin..tin..tin..” Suara klakson mobil.
“Permisi, saya mang Asep supir mbak Ema,” ucap Asep.
“Sebentar ya mang, saya panggilkan Ema, Oya mang mari masuk!!”
“Saya diluar saja Bu,” tolak Asep.
“Ya sudah tunggu sebentar!”
“Siapa Bu diluar?" tanya Herwan.
“Itu mang Asep supir Ema, ibu ke kamar dulu mau panggil Ema,” balas Arumi.
Tok..tok..tok.. suara pintu.
“Ema, bangun nak. mang Asep sudah datang,” ucap Arumi dengan nada sedikit keras namun tidak marah.
“Iya sebentar te!” sahut Ema.
Ceklek.. suara pintu dibuka.
“Ema pulang te, Asyila sengaja tidak Ema bangunkan.”
“Kamu langsung pulang nak?”
“iya te” jawab Ema polos.
“Terus peyek kacangnya kamu tinggal,” ucap Arumi.
“Ya ampun, Ema sampai lupa. ya tentu Ema bawa te,” ucap Ema menepuk jidatnya kemudian mengambil sebungkus plastik agak besar berisi peyek kacang.
“Untung Tante ingat.”
“Terima kasih banyak te, maaf ngerepotin.”
“Tidak ngerepotin ma, justru Tante senang kamu main ke rumah,”
“Ema pulang dulu ya te, Assalamualaikum.”
“Waalaikumsalam.”
“Pak Herwan sudah pulang, Ema langsung pamit ya Assalamualaikum.”
“Waalaikumsalam hati-hati ma” ucap Herwan.
Perjalanan menuju rumah Ema memakan waktu 30 menit mengendarai mobil, suasana macet sore hari sudah menjadi hal lumrah bagi Ema, di sore hari banyak pekerja pulang dari kegiatan mencari nafkah.
“Macet lagi mbak,” ucap Asep basa-basi.
“Iya mang, sudah biasa,” balas Ema.
“Bagaimana mbak nilai ujian mbak?”
“Ya lumayan mang,”
“Syukurlah mbak.”
“Mang besok antarkan Ema pergi ke tempat Asyila ya!!” pinta Ema.
“Kalau boleh tahu ada urusan apa mbak?” tanya Asep penasaran.
“Besok itu Asyila ulang tahun mang, jadi Ema ingin memberikan hadiah buat Asyila,” ucap Ema jujur.
“Oke siap laksanakan,” jawab Asep semangat.
Sesampainya di rumah Ema.
“Assalamualaikum mi,” ucap Ema kemudian mencium punggung tangan Icha.
“Waalaikumsalam.”
“Ema tadi sudah lihat nilai di Mading mi, nilai Ema lumayan bagus,” ucap Ema.
“Bagus dong sayang tidak sia-sia mami menyewa guru privat buat kamu,” ucap Icha bangga.
“Sia-sialah mi, nilai Ema dari dulu segitu saja,” ketus Ema.
“Masak sih sayang?”
“Mungkin.”
“Udah dong sayang, jangan cuekin mami. nanti mami sedih gimana?” rengek Icha.
“Mami.. seperti anak kecil saja,” ucap Ema sebal.
“Terus mami harus begini!” balas Icha kemudian menirukan gaya power ranger.
“haha..haha..” suara gelak tawa Ema terdengar seisi ruangan.
“Mami ini lucu banget,” ucap Ema dengan memegang perutnya yang geli akibat tertawa.
"baru tahu kamu ma" balas Icha.
"Sudah cukup" ucap Ema seserius mungkin.
“Iyalah ma,” jawab Icha pasrah.
“Mami tahu tidak, sahabat Ema yang Ema ceritakan itu!”
“Maksud kamu Asyila nak?”
“Asyila hebat mi, dia juara 1 pararel se-kabupaten. Ema bangga punya sahabat seperti Asyila dan yang terpenting dia tidak sombong mi. setiap Ema kesulitan mengerjakan tugas Asyila yang sering bantu Ema mi,” curhat Ema panjang lebar.
“Itu yang bagus nak, kita boleh berteman atau bersahabat kepada siapapun tapi kita harus lihat anaknya seperti apa tidak perduli pintar atau tidak, miskin atau kaya kita sebaiknya mencari teman yang apa adanya tanpa pandang bulu. mami senang kamu bergaul dengan Asyila apalagi Asyila anak baik dan sopan,” jelas Icha.
“Iya mi, terima kasih selalu mengajarkan Ema tentang semua ini, besok Asyila ulang tahun mi. kira-kira hadiah apa yang cocok buat Asyila mi?” tanya Ema serius.
“Sini mami bisikkan!” Icha memberitahukan sesuatu rencana yang bagus untuk Asyila.
“Tapi mi, apa ini berhasil? Ema takut Asyila akan marah,” ucap Ema ragu.
“Percayalah sayang, yang namanya persahabatan mau dia terjang tsunami atau dihancurkan dengan hal lainnya kalau kalian tulus dalam persahabatan Inshaa Allah persahabatan kalian akan baik-baik saja nak,” ucap Icha serius.
“Ema bangga punya mami.”
“Mami dan Almarhum papi kamu lebih bangga memiliki kamu nak.”
“Terima kasih kalian sudah menjadi orang tua buat ema,” ucap Ema dengan senyum manisnya.
“Kembali kasih sayang,” balas Icha.
“Di dalam mobil ada peyek buatan Tante Arumi mi, rasanya enak banget,” puji Ema.
“Nanti kita makan bersama, mami sekarang hanya ingin memeluk kamu nak,” balas Icha.
Mereka saling memeluk satu sama lain, Icha adalah Single parent, suaminya yang tak lain Papi Ema meninggal 5 tahun yang lalu akibat penyakit yang dideritanya sejak lama.
tinggalkan jejak guys..
Like ❤️ komen 👇 Vote 🙏😭
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 302 Episodes
Comments
Markonah
pangilan sayang antara 2 sahabat
kucing dan kelinci 🤣🤣🤣
2022-08-01
0
sahabat syurga
nyimak dlu
2021-07-11
1
shofia
q gk bs baca ceritax ni
2021-04-11
1