Lihat saja kalau masih ada yang berani denganku, akan aku pastikan mereka menyesal karena meremehkan Seorang Asyila.
“Kak Asyila sangat berani aku bahkan salut dengan keberanian kak Asyila.” ucap Dyah dengan tatapan takjub.
Aku memang harus terlihat berani agar mereka tak semena-mena terhadapku.
“Terima kasih.” Asyila tersenyum manis.
Abraham memperhatikan senyum di bibir Asyila.
Cantik itulah yang ia gambarkan saat melihat istrinya tersenyum.
Kamu sangat cantik Istriku, bahkan dengan senyum mu saja sudah membuatku semakin mencintaimu.
“Sekarang kerjakan soal yang sudah dibagikan Asyila!” perintah Abraham pada mereka, mereka dengan cepat berusaha memulai mengerjakan soal lembar.
Tidak buruk, hanya mengerjakan soal seperti ini.
Asyila mengerjakan soal lembar dengan sangat baik.
50 menit kemudian.
“Waktu habis silahkan dikumpulkan!!”
Abraham lalu menerima lembar soal yang telah diisi.
Asyila maju dengan senyum manisnya, ia yakin bahwa jawabannya benar.
“Asyila, bantu saya menyusun!” perintah Abraham.
Kenapa selalu aku yang diminta untuk membantunya bukankah banyak mahasiswa yang lain.
“Baik Paman.” Asyila lalu membantu menyusun kertas lembar.
Dyah tak ingin membuang kesempatan itu, ia lalu mengambil ponsel dan memotret mereka berdua yang saling sibuk di meja depan.
Akan selalu aku simpan foto kalian. Paman dan Aunty bagaimana pun kalian harus bersama selamanya.
Dyah kemudian menyimpan ponselnya kembali ke dalam tas miliknya.
“Paman dan Kak Asyila aku tinggal ya! mau ke toilet.” Tanpa persetujuan salah satu dari mereka Dyah dengan cepat pergi meninggalkan mereka.
Ada apa lagi dengan Dyah? kenapa selalu pergi disaat aku bersama paman. Aneh sekali.
"Asyila! kamu pulang dengan siapa?" Abraham membuka suara disela-sela menyusun kertas lembar.
Bagaimana ini? Ema dan Kevin lagi-lagi pulang bersama, apakah aku harus pulang bersama lagi dengan Dyah dan Paman.
“Saya pulang pakai ojek online,” ucap Asyila.
Alhamdulillah. Sepertinya kesempatan aku pulang bersama istriku.
“Kamu pulang bersama saya dan Dyah saja!
Pasti Dyah senang jika pulang bersama kamu.” Abraham berbicara dengan tenang, meski hatinya saat ini bahagia luar biasa.
“Saya tidak ingin merepotkan Paman lagi,” tolak Asyila.
Sebenarnya aku ingin pulang bersama mereka hitung-hitung menghemat uang lagipula biaya dari kampus menuju rumah 35 ribu.
“Saya sama sekali tidak repot Asyila.” Abraham mengatakan dengan lembut dan membuat Asyila tidak enak hati menolak.
“Baiklah Paman. Ini sudah saya susun kalau begitu saya permisi.” Asyila lalu melangkah kakinya keluar kelas.
“Asyila!” panggil Abraham.
Asyila menghentikan langkahnya lalu berbalik arah.
“Ada apa paman?” Asyila berpikir jika Abraham membutuhkan bantuannya lagi.
“Tidak ada, semoga perutmu tidak nyeri lagi,” ucap Abraham dan pergi meninggalkan Asyila yang terheran-heran.
Bagaimana dia bisa tahu bahwa perutku nyeri? apa mungkin Dyah yang
memberitahukan kepada paman.
“Lebih baik ke kantin perutku sangat lapar.” Asyila lalu berjalan menuju kantin.
Dyah menggeser foto-foto di ponselnya.
banyak sekali foto Abraham dan Asyila ketika mereka bersama.
“Dyah!” Asyila menepuk pundak Dyah, membuat Dyah kelabakan.
“Kak Asyila!”Dyah memasukkan ponselnya ke dalam tas dengan buru-buru.
Ya Allah semoga saja tidak ketahuan.
bisa bahaya jika ketahuan oleh Aunty.
“Kamu pesan makanan apa?” tanya Asyila karena di meja Dyah belum ada makanan satupun.
“Be....belum pesan kak.”
“Kenapa belum memesan apa karena menunggu aku datang?”
“Iya kak, Dyah menunggu kak Asyila datang biar kita makan bersama.”
“Sekarang aku sudah datang, ayo kita memesan!” ajak Asyila.
Mereka berdua langsung memesan makanan.
“Apa kamu memberitahukan kepada paman tentang nyeri diperutku?” Asyila ingin memastikannya.
Kenapa aunty tiba-tiba bertanya seperti itu?
apa jangan-jangan paman keceplosan, oh tidak Paman kenapa bisa mengatakan hal itu.
“Iya kak, aku kira kita tadi akan telat masuk ke kelas.” Dyah mempunyai seribu satu cara membuat alasan.
“Jadi begitu, nanti aku pulang ikut kalian lagi.
Ema dan Kevin ada urusan bersama,” ucap Asyila sambil memanyunkan bibirnya.
“Kak Asyila tiap hari saja pulang bersama kami, Dyah bosan jika hanya berdua dengan paman di mobil.”
“Soal itu biar aku pikirkan lagi, sekarang ayo kita makan!”
Asyila dan Dyah melahap makanan mereka dengan semangat.
Abraham berdiri tak jauh dari mereka memandang Asyila yang sibuk mengunyah makanan.
Bahkan saat kamu makan tetap saja terlihat cantik Asyila, aku akan berusaha membuatmu jatuh cinta kepadaku sebelum kamu tahu kebenarannya.
Setelah terlihat cukup memandangi sang istri dari jauh, Abraham menyeret kakinya menuju ruang dosen.
Tini yang tepat dibelakang Abraham mengikutinya dari belakang.
Tak masalah jalan di belakang Pak Abraham siapa tahu kedepannya bisa berjalan beriringan menuju pelaminan.
Abraham merasa ada sesuatu tepat dibelakangnya, ia bahkan curiga jika ada seorang yang mengikutinya dari tadi.
Abraham lalu membalikkan tubuhnya.
“Bu Tini?” Abraham terkejut mengetahui bahwa dosen genit itu yang mengikutinya.
“Ada perlu apa?” Abraham sangat risih jika bertemu dengan Tini.
“Tidak ada apa-apa Pak, saya mau ke toilet.” Tini berbicara dengan nada yang dibuat genit bukannya Abraham tertarik malah membuatnya semakin ilfil.
“Toilet bukan lewat sini Bu, tapi disitu.” Abraham menunjuk ke arah toilet dan melengos pergi meninggalkan Tini.
Yah.. kok pergi gitu aja?
Seharusnya pamit dulu sama Tini yang cantik ini. Kamu harus bisa dekat dengan Pak Abraham Tini semangat!!
Tini tak pergi ke toilet melainkan tetap menyusul Abraham menuju ruang dosen namun jarak mereka tak sedekat seperti sebelumnya.
Akhirnya waktu untuk mahasiswa dan mahasiswi pulang ke rumah mereka masing-masing.
Asyila dan Dyah duduk di barisan bangku menunggu kedatangan Abraham yang sedang ada rapat antar dosen.
Sementara Ema dan Kevin belum juga terlihat batang hidung mereka.
“Asyila!” panggil Ema yang berjalan menghampiri Asyila dan Dyah.
“Hari ini aku pulang bersama Kevin, kamu pulang saja bersama Dyah. aku ingin pergi membeli sesuatu untuk Mami,” terang Ema.
“Kamu sudah bilang kepadaku pagi tadi, tak masalah jika aku tidak pulang bersama kalian, tapi ingat kamu harus bawa makanan yang banyak.”
“Baiklah! kamu tenang saja Asyila. Dyah aku titip sahabatku.”
“Oke Ema kamu tenang saja.”
Ema pergi menuju mobil milik Kevin dan akhirnya mereka benar-benar pergi tak terlihat lagi.
“Maaf menunggu lama.” Abraham datang dengan melonggarkan dasi yang melilit lehernya.
Paman terlihat tampan padahal pakaian yang ia kenakan tidak rapi lagi.
Haduh Asyila, ingat kamu sudah menikah dan pasti Paman Abraham sudah menikah juga.
“Ayo kita pulang sekarang!” Dyah menarik tangan Asyila menuju mobil.
“Kak Asyila duduk di depan biar aku duduk dibelakang.” Dyah masuk mobil dan menutup pintu mobil dengan cepat.
Anak ini kenapa seperti mendekatkan aku dengan paman, kalau sampai istrinya tahu pasti bisa salah paham.
“Baiklah aku duduk di depan.”
Abraham merasa senang, ia sangat berharap jika Asyila tiap hari pulang bersama dengannya.
“Paman ayo berangkat! apalagi yang paman tunggu?”
“Baiklah tuan putri, kita let's go.”
Sepanjang perjalanan tak ada suara yang mereka keluarkan, hanya suara musik yang terdengar.
Ada apa dengan mereka, seharusnya mereka mengobrol bukan malah diam seperti ini.
Dyah memajukan badannya dan mematikan musik di dalam mobil itu.
“Kenapa dimatikan?” tanya Abraham.
Paman ini peka atau tidak peka sih, seharusnya paman mengerti maksud keponakannya yang cantik ini.
“Dyah bosan mendengar musik, kenapa paman dan kak Asyila tidak mengobrol saja,” ucap Dyah sambil melipatkan kedua tangannya bersembunyi di ketiak.
Astaga kenapa tak terpikirkan olehku, ternyata keponakanku ini lebih peka dariku.
Abraham lalu memutar otaknya agar bisa berpikir bagaimana memulai percakapan.
Asyila pura-pura tak mendengar percakapan mereka, meski di dalam mobil sudah menyalakan AC namun tetap saja panas karena terik matahari menyengat langsung ke kulit.
“Panas sekali,” ucap Asyila dan Abraham kompak membuat keduanya saling pandang,
bahkan pandangan itu cukup lama.
“Awas paman didepan!” teriak Dyah.
Abraham lalu menatap ke depan dan membanting setir mobilnya.
Mobil dengan cepat berbelok ke kiri dan mengerem kencang.
“Ciiittttttt...” Suara rem mobil berdecit.
“Awww,” rintih Asyila karena kepala sedikit terbentur ke kaca mobil.
Abraham maupun Dyah tak mengalami benturan apapun karena mereka menjaga keseimbangan tubuh mereka.
Sementara Asyila belum sempat melihat ke arah depan sehingga kepalanya terbentur.
“Ya Allah Asyila, maafkan aku.” Abraham panik dan memeriksa keadaan Asyila dengan menyentuh kepala Asyila.
“Sebaiknya kita bawa ke rumah sakit paman!”
“Tidak perlu, hanya benturan kecil saja.” Asyila berusaha menahan sakitnya.
“Maaf Asyila aku benar-benar tidak sengaja. Seharusnya aku saja yang mengalami benturan itu bukan kamu.” Abraham berkata dengan mata berkaca-kaca, Asyila bahkan dibuat heran.
Kenapa dengan sikap paman terhadapku? kenapa dia terlihat ingin menangis dan sedih seperti itu. seharusnya ia tidak berperilaku berlebihan seperti itu terhadapku.
“Saya tidak apa-apa, tolong lepaskan tangan paman!” pinta Asyila karena tangan Abraham masih menempel.
“Maaf,” ucap Abraham lalu melepaskan tangannya.
Ya Allah maafkan aku karena membuat istriku ini terluka, aku benar-benar tidak sengaja.
“Paman dan Kak Asyila sebaiknya melanjutkan perjalanan pulang, Dyah ada urusan mendadak. Assalamualaikum.”
“Waalaikumsalam,” sahut Asyila dan Abraham kompak.
Semoga saja Paman memanfaatkan waktu dengan baik selama bersama Aunty.
Sekarang aku pergi menjauh dari mereka dan pesan ojek online.
Dyah ingin memberikan waktu sepasang suami istri bersama di dalam mobil.
Kenapa Dyah pergi meninggalkan aku dan paman? hal mendadak apa yang mengharuskan dia pergi seperti itu.
“Benar kamu tidak apa-apa Asyila? jangan membohongi saya.” Abraham nampak sedih.
“Benar paman, sebaiknya kita segera pulang.” Asyila tersenyum lebar agar Abraham tak khawatir dan tak merasa bersalah.
“Baiklah....” Abraham membalas lirih.
Abraham tak mengendarai mobil menuju arah mereka pulang melainkan berbelok ke rumah sakit.
“Kenapa kita berhenti disini?” tanya Asyila heran.
“Sebaiknya kita turun, kamu harus memeriksa keadaan kepala kamu yang terbentur.” Abraham segera keluar mobil dan berlari untuk membuka pintu Asyila.
“Paman tidak perlu seperti itu biar saya saja.” Asyila merasa seperti diperlakukan khusus oleh Abraham.
“Anggap saja ini tebusan karena kesalahan aku yang membuat kamu terluka.”
Abraham berjalan menuju ruang dokter dan diikuti Asyila dari belakang.
“Ayo masuk!” ajak Abraham yang memasuki ruang dokter.
“Ada yang bisa saya bantu? apakah kalian ingin konsultasi kehamilan?” tanya dokter itu dan membuat Asyila maupun Abraham terkejut serta salah tingkah.
“Bukan konsultasi, Asyila kepalanya tadi terluka tolong dokter cek,” ucap Abraham.
Kenapa paman tidak bilang bahwa aku adalah muridnya, kalau dokter itu berpikir aku adalah istrinya bagaimana?
“Mari saya periksa!” Dokter itu lalu mengecek kepala Asyila yang terbentur mobil.
Beberapa menit kemudian.
“Istri bapak tidak apa-apa, dioleskan obat ini selama 3-7 hari sudah sembuh,” ucap dokter itu lalu menyodorkan obat oles.
“Sa, saya bukan istri Paman Abraham dok, saya muridnya di kampus.” Asyila memberi penjelasan.
“Saya kira anda istri Pak Abraham.”
Abraham merasa sedih dengan ucapan Asyila.
Kamu istriku Asyila, istri dari Abraham Mahesa.
“Ini biaya pengobatannya dok, kalau begitu kami permisi. Terima kasih,” ucap Abraham.
Mereka lalu pergi menuju mobil yang sedang terparkir.
“Terima kasih Paman, seharusnya paman tidak perlu membawa saya kemari.”
“Itu sudah kewajiban dan tanggung jawab aku untuk menjaga kamu Asyila,” Abraham berkata dengan mimik wajah serius.
“Maksudnya Paman?” Asyila bertanya dengan sangat heran.
“Tidak perlu dipikirkan. Sekarang aku antar kamu pulang.”
Kenapa setiap ucapan yang dikeluarkan oleh Paman seperti mengandung arti yang sangat dalam bahkan tatapan matanya sangat menyedihkan.
Sudahlah Asyila kamu jangan berpikir terlalu jauh.
Like ❤️ komen 👇 Vote 🙏😭
Terima kasih sayang-sayangkuh...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 302 Episodes
Comments
Santi Liana
ga sbr nunggu mereka sama2 jatuh cinta
2022-11-22
0
Fe☕
👍👍👍
2022-02-04
0
Fe☕
Cieee asyila sdh mulai ada rasa 😍
2022-02-04
0