Mengunjungi Nenek

Asyila terbangun dengan mata yang masih mengantuk.

Sejak semalam Asyila merasa gugup padahal hanya menemani Dyah menemui nenek buyut.

Asyila menginjakkan kakinya ke lantai, ia masih terduduk di pinggir ranjang.

“Bagaimana ini? bahkan mataku terlihat seperti mata panda.” Asyila melihat wajahnya dipantulan cermin.

“Sebaiknya mandi,” ucap Asyila lalu melangkahkan kakinya menuju kamar mandi.

Hei, jantung. Mengapa kamu tidak bisa berhenti? Oh tidak, jika berhenti maka aku akan mati, maksudku berdetak lah seperti biasanya. sangat menyebalkan.

Asyila memukul kecil dadanya yang tak bisa berdetak normal.

“Asyila! kapan kamu selesai? aku kebelet buang air!” teriak Ema dari luar pintu kamar mandi.

“Sebentar lagi.” Asyila berteriak.

Mengganggu ritual mandi ku saja.

“Sudah selesai,” ucap Asyila yang baru keluar dari kamar mandi.

Ema tersenyum lebar menampilkan giginya yang rapi, tanpa basa-basi lagi ia masuk kamar mandi.

“Dasar,” gerutu Asyila melihat tingkah laku sahabatnya.

Asyila membuka almari pakaian yang berisi banyak pakaian miliknya, “Hmmmm.” Asyila menarik nafasnya memilih baju mana yang cocok.

Setelah berkutat cukup lama dengan pakaian yang ingin dipakai Asyila, akhirnya Asyila menemukan pakaian yang cocok.

Dress panjang berwarna Navy menjadi pilihannya, tak lupa aksesoris pita dilingkarkan di pinggang rampingnya.

Sudah lama tidak pakai dress ini.

Apakah masih cocok denganku?

Kuharap masih.

Asyila lalu merias wajahnya dengan polesan make up tipis, tak lupa lip balm berwarna peach menghiasi bibir manisnya.

Ema baru saja keluar dari kamar mandi dan terpukau dengan penampilan Asyila yang terlihat berbeda.

“Wah, kamu terlihat berbeda,” puji Ema dengan penampilan Asyila.

Asyila menunduk malu, ”Jangan berlebihan, kamu membuatku tak nyaman.”

“Atau aku ganti saja,” ucap Asyila mencoba membuka kancing dress.

“Jangan!” Ema melarang Asyila, “Sangat cocok. kalau kamu mengganti dengan yang lain, aku takut malah tidak cocok,” sambung Ema lagi.

“Apakah bibirmu diberi madu?”

Ema tak paham dengan ucapan Asyila.

“Maksudnya?”

“Mulutmu pagi ini sangat manis.”

Ema tertawa lepas bisa-bisanya Asyila memujinya seperti itu, ”Cukup! kamu membuatnya gila.”

Tin.. tin.. Klakson mobil.

“Siapa?” tanya Ema pada Asyila.

“Sepertinya Dyah, aku ke luar dulu,” ucap Asyila dan berjalan keluar rumah.

Dyah yang masih di dalam mobil bergegas lari memeluk Asyila.

“Pagi Aunty! maksud Dyah pagi kak Asyila.”

Dyah terkejut dengan penampilan Asyila pagi itu, ”Wah, kak Asyila sangat cantik,” puji Dyah.

”Aku tidak membohongi mu kan? bahkan Dyah sependapat denganku,” ucap Ema yang telah disamping Asyila.

“I-iya Ema, kamu benar terima kasih,” ucap Asyila.

“Ayo kak, kita berangkat sekarang!” Dyah tak sabaran untuk mempertemukan Asyila dengan sang nenek.

“Baiklah, aku ambil tas dulu,” ucap Asyila berjalan mengambil tas.

Mereka berdua lalu berpamitan kepada Ema yang tinggal seorang diri di kontrakan.

“Take care Ema.” Asyila melambaikan tangan.

“Oke!”

Dyah sengaja memakai mobil travel agar saat pulang nanti bisa bersama sang paman.

“Bagaimana keadaan nenek buyut?” tanya Asyila.

“Kak Asyila jangan panggil nenek buyut, cukup dengan nenek.”

Bisa bahaya jika Aunty ikut-ikutan memanggil nenek buyut.

“Kenapa?” tanya Asyila heran kenapa dirinya tak boleh memanggil nenek buyut.

Dyah bingung harus menjawab apa, tidak mungkin kan iya berbohong?

“Karena nenek buyut Panggilan kesayangan Dyah.” Dyah berharap bahwa Asyila tak curiga.

”Baiklah.” Hanya itu yang bisa Asyila jawab.

Balonku ada Lima

rupa-rupa warnanya (Dering ponsel Dyah)

“Assalamualaikum, ada apa?”

"......"

“Kami sudah dijalan, sudah dulu ya. Wassalamu'alaikum.”

Asyila menutup mulut dengan tangannya, ia sedari tadi menahan tawa akibat dering ponsel milik Dyah.

Anak ini sangat manis, bukankah dia seumuran denganku?

kenapa nada dering ponselnya seperti itu.

Dyah benar-benar malu karena nada dering ponselnya belum diganti, ”Jangan melihatku seperti itu kak, aku sungguh malu.”

“Maaf, aku tidak bisa menahan tawa hi..hi,” ucap Asyila dengan tawa kecil.

“By the way, tadi siapa?” tanya Asyila.

“Teman.”

Maaf Aunty, aku tidak bisa memberitahukan kalau itu paman. Yang ada malah kak Asyila canggung dengan adanya paman disana.

“Oh, teman,” ucap Asyila.

Kantuk tiba-tiba menyergap Asyila.

“Boleh aku tidur? aku ingin tidur.” Asyila menutup mulutnya karena kantuk yang tak tertahan.

“Tidurlah! aku juga ingin tidur,” ucap Dyah.

Kedua gadis itu langsung memejamkan mata.

Menelusuri alam bawah sadar mereka masing-masing.

Abraham tak bisa diam.

Saat mendengar bahwa mereka telah diperjalanan membuat hati Abraham bercampur menjadi satu. Apa yang harus dilakukannya saat bertemu dengan istri kecilnya itu? itulah yang dipikirkannya.

“Apa Tuan muda membutuhkan sesuatu?” tanya pelayan yang sedari tadi melihat majikannya tak bisa diam.

“Tidak," ucap Abraham.

Ini bukan pertama kalinya kamu bertemu dengan Asyila Abraham.

Kenapa kamu tenggang seperti ini. Rileks, rileks, rileks.

Erna tersenyum kecil melihat kelakuan sang cucu, ia lalu datang menghampiri Abraham.

“Abraham!”

“Asyila,” ucap Abraham.

Ia benar-benar dibuat kaget oleh sang nenek.

”Nenek membuatku hampir mati,” ucapnya sambil menyentuh dada.

“Iya, iya nenek tahu kamu pasti gugup bertemu dengan istrimu. Seandainya tadi benar-benar Asyila pasti dia lebih terkejut daripada kamu.”

Abraham tak menjawab, rasanya ia seperti tertangkap basah. Dengan cepat ia berlari meninggalkan Erna karena malu.

Erna menoleh ke arah pagar besi yang sangat tinggi dan kokoh.

Sebuah mobil berwarna putih datang memasuki pekarangan rumah kediamannya.

Gadis cantik dengan mata sipit keluar berjalan menghampirinya. Namun bukan gadis itu yang ia nantikan, melainkan satu gadis lagi yang ingin ia temui.

“Asyila!” sapa Erna, tanpa sadar Erna berjalan ke arah Asyila dan memeluk tubuh kecil gadis itu.

Asyila terperangah dengan apa yang dia lihat,

“Nenek mengenal saya?” tanya Asyila heran.

Dyah syok dengan yang dilakukan sang nenek buyut, tidak seharusnya seperti itu.

“Nenek tahu karena aku yang memberitahukan tentang kak Asyila,” ucap Dyah dan menjauhi Asyila dari Erna.

“I-iya Asyila, Dyah yang memberitahukan kepada nenek.” Erna akhirnya sadar dengan kecerobohan itu.

Hampir saja ketahuan, untuk cucu buyut ku punya cara agar Asyila tak mengetahuinya.

“Kalian berdua silahkan masuk! pasti sangat lelah!” ajak Erna lalu menuntun mereka masuk.

“Bagaimana kabar nek yut?” tanya Dyah.

“Alhamdulillah, nenek buyut hanya butuh istirahat saja. Kalian istirahatlah dikamar, nanti kita bicara setelah makan.”

“Oke nek yut, kami ke kamar.”

“Saya juga permisi nenek buyut.”

”Jangan panggil nenek buyut, cukup nenek saja,” terang Erna.

“I-iya nenek.” Asyila sedikit bingung, karena Panggilan untuk Erna berbeda dengan Dyah.

Erna melihat ke arah mereka pergi, saat mereka benar-benar tak terlihat.

Erna dengan cepat berjalan menuju kamar sang cucu.

Tok.. tok..

“Siapa?”

“Ini nenek, Abraham.”

“Masuk nek! tidak dikunci.”

Erna masuk dan duduk tepat di samping Abraham berbaring.

Abraham sedikit risih dengan gelagat sang nenek yang terlihat aneh, “Nenek kenapa? dari tadi senyum begitu?” tanya Abraham penasaran.

”Mereka telah tiba,” ucap Erna.

“Apa!” teriak Abraham.

Deg...deg..

“Pelankan suara kamu, nanti mereka dengar.

Mereka harus istirahat terlebih dahulu.”

Abraham menutup mulutnya rapat-rapat,

jantungnya berpacu sangat cepat bahkan dua kali lipat dari sebelumnya.

“Kamu cepat dandan lah yang rapi agar Asyila terpana melihatmu, Asyila benar-benar cantik.

Jika nenek menjadi seorang pria pasti nenek akan jatuh cinta dengan Asyila.”

“Nenek sudah tua, kenapa berpikir seperti itu?”

“Jangan cemburu, nenek hanya bercanda,” ucap Erna dengan tertawa kecil.

Para pelayan menyiapkan dan menghidangkan makanan di meja makan.

Mereka tahu jika istri majikannya itu telah datang.

“Jangan lupa hidangan penutup.” Erna mengingatkan para pelayan.

“Baik nyonya besar.”

Erna telah duduk di kursi, sambil menanti cucu dan cucu buyutnya.

“Wah, banyak sekali makanannya nek yut.

Bisa-bisa Dyah menjadi gemuk pulang dari sini,” ucap Dyah takjub dengan hidangan yang super banyak.

“Memang dirumah Dyah tidak sebanyak ini?” tanya Erna.

“Nek yut kan tahu kalau mama dan papa membatasi makanan dirumah agar Dyah tidak makan banyak,” ucap Dyah sebal.

”Memangnya kenapa Dyah?” giliran Asyila yang bertanya.

“Karena saat SMA tubuhku gemuk bahkan mencapai 60 kg,” ucap Dyah.

“Serius?” tanya Asyila kaget.

“Yang dikatakan Dyah benar, untungnya sekarang sudah langsing berkat kedua orang tuanya,” sahut Erna.

“Selamat sore semuanya," ucap Abraham yang baru sampai di meja makan.

“Paman!” Asyila sangat terkejut dengan kedatangan Abraham, ”Paman disini juga?” tanya Asyila.

Abraham menggaruk kepalanya yang tidak gatal. “Iya, nenek kemarin sakit jadi aku kesini.”

Asyila merasa sangat canggung, dirinya tidak tahu bahwa Abraham juga pergi ke Jakarta.

Ya Allah, ada apa denganku?

Rileks Asyila, kamu bisa. Jangan terlihat gugup didepan paman.

“Lebih baik kita segera makan, tidak enak jika sudah dingin.” Erna tahu bahwa Asyila tak nyaman.

“Oh, iya Nek yut. Ayo kita makan!” ucap Dyah semangat.

Asyila tak langsung menyendok nasi, ia masih menunggu yang lain agar duluan menikmati makanan.

Setelah mereka menyendok nasi barulah ia,

Asyila makan dengan perlahan.

Bukan karena sakit gigi melainkan canggung dengan Abraham yang duduk tepat di hadapannya.

Makan bersamamu seperti ini membuatku senang Asyila, apalagi sambil memandangi wajahmu yang cantik. Aku akan selalu bertahan agar kamu bisa menerimaku.

Abraham menikmati makanan sambil melirik ke arah Asyila, Asyila tentu saja tak menyadari karena ia fokus menikmati makanannya.

Sementara Erna dan Dyah tersenyum melihat kelakuan Abraham yang curi-curi pandang kepada sang istri.

Saat Abraham dan Asyila ingin mengambil gelas air minum tidak sengaja gelas yang mereka ambil adalah gelas yang sama.

“Maaf,” ucap Abraham dan Asyila bersamaan.

“Ambilah gelas ini,” ucap Abraham sedikit mendorong kecil ke arah Asyila.

“Tidak, Paman saja.” begitupun dengan Asyila. Ia mendorong kecil ke arah Abraham.

“Ehem.” Erna berdehem.

Membuat sepasang suami istri itu salah tingkah.

“Gelas tidak hanya yang itu, disebelahnya juga ada gelas,” celetuk Erna.

“I-iya nek,” ucap Asyila gugup.

Sangat memalukan, benar-benar memalukan.

Oh tidak, aku sangat malu.

Kalau bukan di meja makan sudah pasti aku berlari menjauh.

Dyah tak dapat menahan tawanya, sungguh lucu melihat kelakuan sepasang suami istri itu.

“Ha..ha.. haduh.” Dyah berusaha kuat menutup mulutnya dan bersikap biasa saja.

Abraham dan Asyila hanya menunduk dan menikmati makanan mereka, seolah tak terjadi apa-apa.

Setelah makan bersama, Erna mengajak mereka bertiga untuk menikmati anggur yang ditanam Erna di belakang rumah.

“Ini benar-benar anggur? Asyila tidak pernah melihat kebun anggur seluas ini.” Asyila tak menyangka jika dibelakang rumah Erna ada tanaman anggur yang begitu luas.

“Kamu suka?” tanya Erna.

“Sangat suka nek.”

“Kalau begitu seringlah mainlah kesini!”

Asyila tak ingin menjawab, cukup tersenyum lebar dan mengangguk.

Tidak mungkin kan aku sering kesini?

Akan terasa aneh main ke tempat ini.

Abraham hanya duduk sambil memandangi Asyila yang sedang berbincang-bincang dengan Erna.

Setidaknya posisi itulah yang paling nyaman agar bisa menatap Asyila dari kejauhan dan tidak membuat Asyila canggung.

“Abraham!” panggil Erna.

“Ada apa Nek?” tanya Abraham.

“Temani Asyila memetik anggur, nenek ada urusan dengan Dyah.” Erna ingin membuat Abraham dan Asyila dekat.

Bagaimana nenek bisa berbuat seperti ini?

Jelas-jelas Asyila terlihat canggung atas kejadian di meja.

“Baik Nek,” sahut Abraham.

Apa yang harus kamu lakukan Asyila?

Apakah tersenyum? Aishhhhh... membuatku tambah canggung saja.

Bagaimana bisa meninggalkan aku dan paman disini?

Abraham berusaha tenang, ia tak ingin terlihat canggung, “Di sana anggurnya sudah masak, ayo kita kesana!”

“Ba-baik paman.”

Abraham membawa keranjang buah untuk menampung anggur, sementara Asyila memetik anggur dan menaruhnya ke ranjang buah yang ada ditangan Abraham.

Perlahan rasa canggung dari keduanya mulai hilang, Asyila dengan cepat bersikap biasa.

"Yang ini boleh dipetik paman?" tanya Asyila.

“Boleh,” sahut Abraham.

“Kodok, kodok!” Asyila berteriak kencang dan lari memeluk Abraham.

Deg...deg...

Mereka terpaku satu sama lain.

Tatapan mata mereka hanya sekitar beberapa cm, maju sedikit saja sudah pasti bibir mereka saling bertemu satu sama lain.

“Maaf Paman, saya tidak sengaja,” ucap Asyila membungkukkan badan dan lari secepat mungkin menjauhi Abraham.

Istriku sangat lucu, ternyata dia takut kodok.

Asyila lari memasuki kamar.

Ia benar-benar malu dengan perbuatannya yang memeluk tubuh Abraham.

Kodok sialan, kenapa tiba-tiba muncul seperti itu?

Bagaimana ini? Aku sepertinya tidak ada muka untuk menemui paman.

Abraham 💖 Asyila

Like 👍 komen👇 Vote🙏

Terima kasih...

Terpopuler

Comments

Fe☕

Fe☕

wkwkwkwk duh ada ada ajahhh
moment yg pas 🤣

2022-02-04

1

Fe☕

Fe☕

🤣 kodok membawa bahagiaa

2022-02-04

0

Esti Trianawati

Esti Trianawati

taruh aja kodok dkamar .... pasti paman Abraham menang banyak 😄

2021-11-28

3

lihat semua
Episodes
1 Kelulusan Sekolah
2 Kejutan
3 Keputusan
4 Saling Curhat
5 Kebenaran
6 Hari Pernikahan
7 Kota Bandung
8 Hari pertama bekerja
9 Kevin berkunjung
10 Kuliah Hari Pertama
11 Malu
12 Nyeri
13 Pulang bersama
14 Hujan
15 Nenek sakit
16 Mengunjungi Nenek
17 Tidur bersama nenek
18 Berkemah Bersama
19 Tersesat
20 Menemukan
21 Berdua
22 Saling Perhatian
23 Rencana Nenek
24 Asyila pulang ke rumah
25 Kebaikan Suami
26 Mungkin Aku Salah Lihat
27 Apakah aku cemburu?
28 Merasa sedih
29 Pasar Malam Part 1
30 Pasar Malam Part 2
31 Pasar Malam Part 3
32 Nasi Goreng Untuk Paman
33 Mendapat Pujian Dari Paman
34 Telepon Dari Ibu
35 Maafkan Asyila Ibu!
36 Sahur Pertama
37 Ternyata Dia Adalah Suamiku
38 Harapan Erna
39 Dyah Datang
40 Menjemput Istri Kecil Abraham
41 Membeli Cincau Bersama Suami
42 Berbuka Puasa Hari Pertama
43 Menyuapi Makanan
44 Asyila Tahu Bahwa
45 Mengutarakan Perasaan
46 Memberitahukan Kepada Keluarga
47 Suami Yang Pengertian
48 Via Telepon
49 Sahur Bersama
50 Jalan-jalan Pagi
51 Jangan Tersenyum Dengan Pria Lain!
52 Tidur Di Kamar Asyila
53 Mengubah Panggilan
54 Menikmati Buka Puasa Bersama
55 Gerai Muslimah
56 Saling Merindukan Part 1
57 Saling Merindukan Part 2
58 Bertemu Kembali
59 Kopi Unik Buatan Asyila
60 Tidur Bersama
61 Keteledoran Asyila
62 Menemui Sang Suami
63 Persiapan Resepsi Pernikahan
64 Lebaran Idul Fitri
65 Berpisah Kembali
66 Resepsi Pernikahan
67 Romantis
68 Malam Penuh Cinta
69 Menghabiskan Waktu Bersama
70 Masalah Seprai Kasur
71 Biji Jeruk
72 Di tinggal Pengajian
73 Malam Penuh Cinta Terulang Kembali
74 Kelakuan Ibu
75 Nenek Yang Kepo
76 Lagi-lagi Nenek
77 Siapa Pria itu?
78 Bu Tini
79 Tiupan Cinta
80 Kembali Ke Bandung
81 Tak Tahan Bertemu
82 Kembali ke Kampus
83 Sapaan Pagi
84 Menyempatkan Waktu Bersama
85 Masalah Leher
86 Keusilan Ema
87 Nasib Ema Sebagai Nyamuk
88 Mahasiswa Pindahan
89 Abraham Cemburu
90 Cemburu Tidak Mengenal Usia
91 1 Vs 4
92 Kembali Berduaan Di Hotel
93 Kerinduan Seorang Nenek
94 Ema Ingin Cepat Nikah
95 Ruang Kerja Abraham
96 Di Taman
97 Aksi Heroik Abraham
98 Tak Bersemangat
99 Puasa
100 Menikmati Waktu Berbuka Puasa
101 Mandi Malam
102 Bu Tini Dan Romi Pengganggu
103 Obrolan Receh Di Kantin
104 Romi
105 Pulang Ke Jakarta
106 Kediaman Abraham
107 Saling Berbisik Ditelinga
108 Tempat Ternyaman Asyila
109 Salah Menduga
110 Bonus Olahraga Pagi
111 Menata Masa Depan Kita Berdua
112 Kencan Di Sore Hari
113 Ponsel Pintar Untuk Istri Tercinta
114 Asyila Diculik
115 Mengkhawatirkan Kondisi Suami
116 Siapa Mereka?
117 Kami Pergi Nek!
118 Pesan Ayah Dan Ibu Untuk Asyila
119 Di Kediaman Mertua
120 Perbincangan Di Dalam Mobil
121 Kembali Berpisah
122 Wanita Cantik Ini Adalah Istri Saya
123 Memperkenalkan Istri Kepada Para Dosen
124 Makan Siang Di Restoran
125 Tinggal Bersama Sementara Waktu
126 Menjadi Nyamuk
127 Bermain Pesawat Terbang
128 Berikan Aku Waktu 5 Menit!
129 Kemarahan Abraham
130 Menghibur Hati Istri Yang Sedang Bersedih
131 Double Date
132 Lagi!
133 Surat Dari Romi
134 Merawat Istri Yang Sedang Sakit
135 Mendadak Pergi
136 Menunggu
137 Masih Menunggu
138 Penyamaran Abraham
139 Firasat
140 Bersabar Menanti
141 Kondisi Membaik
142 Menjadi Wanita Kuat
143 Rindu Tak Berujung
144 Kembali Bersatu
145 Kembali Seperti Sediakala
146 Kesialan Ema
147 Berusaha Tetap Tenang
148 Kebohongan Tini
149 Motor Baru
150 Kolam Renang
151 Dinda
152 Kehadiran Dinda
153 Kondisi Yang Aneh
154 Perumahan ABSYIL
155 Kejadian Tak Terduga Di Rumah Baru
156 Syukuran Rumah Baru Bersama Keluarga
157 Hadiah Tak Terduga Di Hari Spesial Abraham
158 Kebahagiaan Yang Menular
159 Dyah
160 Merasa Bersalah
161 Alasan Ema Naik Motor
162 Jatuh Cinta Berkali-kali
163 Terpaksa Pergi
164 Tolong Jaga Diri Dan Calon Anak Kita!
165 Aksi Penyelamatan Yang Gagal
166 Keinginan Yogi
167 Perkelahian Nenek Lampir Dan Nyi Pelet
168 Ketukan Pintu
169 Semuanya Baik-baik Saja
170 Tolong Lepaskan!
171 Berusaha Menyelamatkan Asyila
172 Jangan Lakukan Hal Seperti Ini Lagi!
173 Membentuk Tim Kesebelasan
174 Yogi Datang Ingin Menemui Ema
175 Menggoda Asyila
176 Masih Gugup
177 Nasi Goreng Spesial Buatan Abraham
178 Liburan
179 Tidur Terpisah
180 Menangkap Sindikat Pencurian Motor
181 Insiden Tak Terduga Di Dalam Kamar
182 Membeli Ranjang Baru
183 Kedatangan Nenek
184 Ketika Dua Pengganggu Bergabung
185 Sepertiga Malam
186 Kisah Yogi Yang Menjadi Duda
187 Usaha Yogi Mendekati Ema
188 Anda Siapa?
189 Ingin Meminang Ema
190 Siapa Yang Meminang Ku?
191 Bersama Menuju Kediaman Orang Tua Asyila
192 Mencurahkan Isi Hati Ema Pada Asyila
193 Berusaha Memenuhi Keinginan Asyila
194 Kedatangan Icha
195 Ema Akhirnya Menyetujui
196 Alhamdulillah
197 Apes
198 Menjenguk Sahabat Yang Sakit
199 Hidupmu Akan Bahagia!
200 Mendapat Teror 1
201 Mendapat Teror 2
202 Menangkap Peneror
203 Aku Akan Menikah
204 Akulah Orangnya
205 Abang Dan Adik
206 Ingin Selalu Bersama
207 Menuju Halal
208 Dijemput Oleh Sang Nenek
209 Terluka
210 Belajar Dengan Sembunyi-sembunyi
211 Double Date
212 Begal
213 Pernikahan Yogi Dan Ema
214 Ingin Naik Kuda
215 Malam Indah Untuk Yogi Dan Ema
216 Kembali Ke Kota Bandung
217 Dyah penasaran
218 Tak Sengaja
219 Datang Merusak
220 Dyah Bertemu Dengan Kevin
221 Dayat Kembali Meminta Bantuan
222 Berharap Semuanya Baik-baik Saja
223 Kembali Menyamar
224 Keberanian Asyila Membantu Suami Tercinta
225 Memukul Majikannya Sendiri
226 Kembali Menjadi Mahasiswi Dan Dosen
227 Tetangga Baru
228 Makan Malam Pasangan Halal
229 Kecelakaan Beruntun Merenggut Nyawa
230 Abraham Tak Sadarkan Diri
231 Tetap Setia Menemani Suami
232 Keusilan Abraham Pada Asyila
233 Berkumpul Bersama Keluarga
234 Memutuskan Untuk Tetap Tinggal
235 Menemani Sang Istri Memeriksa Kandungan
236 Hampir Kehilangan Nyawa
237 Bertobat Dan Berusaha Memperbaiki Diri
238 Kontraksi
239 Baby Boy
240 Aqiqah Bayi Arsyad Mahesa
241 Terpaksa Meninggalkan Baby Arsyad
242 Ingin Selalu Bersama Buah Hati
243 Pura-pura Ngambek
244 Para Orang Tua Kembali Ke Jakarta
245 Ema Terlihat Berbeda
246 Pertanyaan Itu Lagi
247 Menghabiskan Waktu Bersama
248 Bayi Arsyad Sakit
249 Cepat Sembuh Nak!
250 Berdua Bersama Bayi Arsyad
251 Saya Butuh Pekerjaan
252 Siapa Wanita Itu?
253 Kebohongan Sari
254 Ema Kembali Tersenyum
255 Sahabat Rasa Keluarga
256 Bayi Arsyad Diculik!
257 Tak Ada Jejak
258 Dimana Bayi Arsyad?
259 Apakah Dia?
260 Sebagai Permintaan Maaf
261 Bayi Arsyad Kembali!
262 Suasana Hangat Kembali Tercipta
263 Akan Pergi Ke Luar Negeri
264 Penyakit Tua
265 Garis Satu
266 Semoga Berhasil Dan Bermanfaat
267 Jaga Mata, Hati Dan Pikiran!
268 Menolong Menangkap Pencopet
269 Hari Istimewa Arsyad Mahesa
270 Arsyad Kecil Yang Menggemaskan
271 Memutuskan Mengikuti Sang Suami
272 Maaf Karena Telah Mengikuti Mas
273 Kejutan Yang Tak Terduga
274 Kejutan Yang Tak Terduga II
275 Wati Meminta Maaf Pada Ema
276 Sama-sama Mengandung
277 Datang Membawa Undangan
278 Korban Tabrak Lari
279 Akhirnya Tertangkap
280 Menjenguk Ayah Dan Ibu
281 Menjadi Korban Keusilan Sang Suami
282 Menghadiri Pernikahan
283 Terkejut Sekaligus Kagum
284 Arsyad Kecil Yang Semakin Pintar
285 Emosi Dyah Naik-turun
286 Terima Kasih!
287 Muachh!
288 Ema Ngidam
289 Arsyad Yang Jahil
290 Sang Suami Tak Ada Kabar
291 Masih Belum Ada Kabar
292 Mas Kemana Saja?
293 Penjelasan Abraham
294 Khitanan Massal
295 Puasa Pertama Di Bandung
296 Hei Kamu!
297 Semoga Selalu Langgeng
298 Pulang
299 Baby Boy Again
300 Akhirnya Menjadi Orang Tua
301 Aqiqah Bayi Ashraf Mahesa
302 Pengumuman
Episodes

Updated 302 Episodes

1
Kelulusan Sekolah
2
Kejutan
3
Keputusan
4
Saling Curhat
5
Kebenaran
6
Hari Pernikahan
7
Kota Bandung
8
Hari pertama bekerja
9
Kevin berkunjung
10
Kuliah Hari Pertama
11
Malu
12
Nyeri
13
Pulang bersama
14
Hujan
15
Nenek sakit
16
Mengunjungi Nenek
17
Tidur bersama nenek
18
Berkemah Bersama
19
Tersesat
20
Menemukan
21
Berdua
22
Saling Perhatian
23
Rencana Nenek
24
Asyila pulang ke rumah
25
Kebaikan Suami
26
Mungkin Aku Salah Lihat
27
Apakah aku cemburu?
28
Merasa sedih
29
Pasar Malam Part 1
30
Pasar Malam Part 2
31
Pasar Malam Part 3
32
Nasi Goreng Untuk Paman
33
Mendapat Pujian Dari Paman
34
Telepon Dari Ibu
35
Maafkan Asyila Ibu!
36
Sahur Pertama
37
Ternyata Dia Adalah Suamiku
38
Harapan Erna
39
Dyah Datang
40
Menjemput Istri Kecil Abraham
41
Membeli Cincau Bersama Suami
42
Berbuka Puasa Hari Pertama
43
Menyuapi Makanan
44
Asyila Tahu Bahwa
45
Mengutarakan Perasaan
46
Memberitahukan Kepada Keluarga
47
Suami Yang Pengertian
48
Via Telepon
49
Sahur Bersama
50
Jalan-jalan Pagi
51
Jangan Tersenyum Dengan Pria Lain!
52
Tidur Di Kamar Asyila
53
Mengubah Panggilan
54
Menikmati Buka Puasa Bersama
55
Gerai Muslimah
56
Saling Merindukan Part 1
57
Saling Merindukan Part 2
58
Bertemu Kembali
59
Kopi Unik Buatan Asyila
60
Tidur Bersama
61
Keteledoran Asyila
62
Menemui Sang Suami
63
Persiapan Resepsi Pernikahan
64
Lebaran Idul Fitri
65
Berpisah Kembali
66
Resepsi Pernikahan
67
Romantis
68
Malam Penuh Cinta
69
Menghabiskan Waktu Bersama
70
Masalah Seprai Kasur
71
Biji Jeruk
72
Di tinggal Pengajian
73
Malam Penuh Cinta Terulang Kembali
74
Kelakuan Ibu
75
Nenek Yang Kepo
76
Lagi-lagi Nenek
77
Siapa Pria itu?
78
Bu Tini
79
Tiupan Cinta
80
Kembali Ke Bandung
81
Tak Tahan Bertemu
82
Kembali ke Kampus
83
Sapaan Pagi
84
Menyempatkan Waktu Bersama
85
Masalah Leher
86
Keusilan Ema
87
Nasib Ema Sebagai Nyamuk
88
Mahasiswa Pindahan
89
Abraham Cemburu
90
Cemburu Tidak Mengenal Usia
91
1 Vs 4
92
Kembali Berduaan Di Hotel
93
Kerinduan Seorang Nenek
94
Ema Ingin Cepat Nikah
95
Ruang Kerja Abraham
96
Di Taman
97
Aksi Heroik Abraham
98
Tak Bersemangat
99
Puasa
100
Menikmati Waktu Berbuka Puasa
101
Mandi Malam
102
Bu Tini Dan Romi Pengganggu
103
Obrolan Receh Di Kantin
104
Romi
105
Pulang Ke Jakarta
106
Kediaman Abraham
107
Saling Berbisik Ditelinga
108
Tempat Ternyaman Asyila
109
Salah Menduga
110
Bonus Olahraga Pagi
111
Menata Masa Depan Kita Berdua
112
Kencan Di Sore Hari
113
Ponsel Pintar Untuk Istri Tercinta
114
Asyila Diculik
115
Mengkhawatirkan Kondisi Suami
116
Siapa Mereka?
117
Kami Pergi Nek!
118
Pesan Ayah Dan Ibu Untuk Asyila
119
Di Kediaman Mertua
120
Perbincangan Di Dalam Mobil
121
Kembali Berpisah
122
Wanita Cantik Ini Adalah Istri Saya
123
Memperkenalkan Istri Kepada Para Dosen
124
Makan Siang Di Restoran
125
Tinggal Bersama Sementara Waktu
126
Menjadi Nyamuk
127
Bermain Pesawat Terbang
128
Berikan Aku Waktu 5 Menit!
129
Kemarahan Abraham
130
Menghibur Hati Istri Yang Sedang Bersedih
131
Double Date
132
Lagi!
133
Surat Dari Romi
134
Merawat Istri Yang Sedang Sakit
135
Mendadak Pergi
136
Menunggu
137
Masih Menunggu
138
Penyamaran Abraham
139
Firasat
140
Bersabar Menanti
141
Kondisi Membaik
142
Menjadi Wanita Kuat
143
Rindu Tak Berujung
144
Kembali Bersatu
145
Kembali Seperti Sediakala
146
Kesialan Ema
147
Berusaha Tetap Tenang
148
Kebohongan Tini
149
Motor Baru
150
Kolam Renang
151
Dinda
152
Kehadiran Dinda
153
Kondisi Yang Aneh
154
Perumahan ABSYIL
155
Kejadian Tak Terduga Di Rumah Baru
156
Syukuran Rumah Baru Bersama Keluarga
157
Hadiah Tak Terduga Di Hari Spesial Abraham
158
Kebahagiaan Yang Menular
159
Dyah
160
Merasa Bersalah
161
Alasan Ema Naik Motor
162
Jatuh Cinta Berkali-kali
163
Terpaksa Pergi
164
Tolong Jaga Diri Dan Calon Anak Kita!
165
Aksi Penyelamatan Yang Gagal
166
Keinginan Yogi
167
Perkelahian Nenek Lampir Dan Nyi Pelet
168
Ketukan Pintu
169
Semuanya Baik-baik Saja
170
Tolong Lepaskan!
171
Berusaha Menyelamatkan Asyila
172
Jangan Lakukan Hal Seperti Ini Lagi!
173
Membentuk Tim Kesebelasan
174
Yogi Datang Ingin Menemui Ema
175
Menggoda Asyila
176
Masih Gugup
177
Nasi Goreng Spesial Buatan Abraham
178
Liburan
179
Tidur Terpisah
180
Menangkap Sindikat Pencurian Motor
181
Insiden Tak Terduga Di Dalam Kamar
182
Membeli Ranjang Baru
183
Kedatangan Nenek
184
Ketika Dua Pengganggu Bergabung
185
Sepertiga Malam
186
Kisah Yogi Yang Menjadi Duda
187
Usaha Yogi Mendekati Ema
188
Anda Siapa?
189
Ingin Meminang Ema
190
Siapa Yang Meminang Ku?
191
Bersama Menuju Kediaman Orang Tua Asyila
192
Mencurahkan Isi Hati Ema Pada Asyila
193
Berusaha Memenuhi Keinginan Asyila
194
Kedatangan Icha
195
Ema Akhirnya Menyetujui
196
Alhamdulillah
197
Apes
198
Menjenguk Sahabat Yang Sakit
199
Hidupmu Akan Bahagia!
200
Mendapat Teror 1
201
Mendapat Teror 2
202
Menangkap Peneror
203
Aku Akan Menikah
204
Akulah Orangnya
205
Abang Dan Adik
206
Ingin Selalu Bersama
207
Menuju Halal
208
Dijemput Oleh Sang Nenek
209
Terluka
210
Belajar Dengan Sembunyi-sembunyi
211
Double Date
212
Begal
213
Pernikahan Yogi Dan Ema
214
Ingin Naik Kuda
215
Malam Indah Untuk Yogi Dan Ema
216
Kembali Ke Kota Bandung
217
Dyah penasaran
218
Tak Sengaja
219
Datang Merusak
220
Dyah Bertemu Dengan Kevin
221
Dayat Kembali Meminta Bantuan
222
Berharap Semuanya Baik-baik Saja
223
Kembali Menyamar
224
Keberanian Asyila Membantu Suami Tercinta
225
Memukul Majikannya Sendiri
226
Kembali Menjadi Mahasiswi Dan Dosen
227
Tetangga Baru
228
Makan Malam Pasangan Halal
229
Kecelakaan Beruntun Merenggut Nyawa
230
Abraham Tak Sadarkan Diri
231
Tetap Setia Menemani Suami
232
Keusilan Abraham Pada Asyila
233
Berkumpul Bersama Keluarga
234
Memutuskan Untuk Tetap Tinggal
235
Menemani Sang Istri Memeriksa Kandungan
236
Hampir Kehilangan Nyawa
237
Bertobat Dan Berusaha Memperbaiki Diri
238
Kontraksi
239
Baby Boy
240
Aqiqah Bayi Arsyad Mahesa
241
Terpaksa Meninggalkan Baby Arsyad
242
Ingin Selalu Bersama Buah Hati
243
Pura-pura Ngambek
244
Para Orang Tua Kembali Ke Jakarta
245
Ema Terlihat Berbeda
246
Pertanyaan Itu Lagi
247
Menghabiskan Waktu Bersama
248
Bayi Arsyad Sakit
249
Cepat Sembuh Nak!
250
Berdua Bersama Bayi Arsyad
251
Saya Butuh Pekerjaan
252
Siapa Wanita Itu?
253
Kebohongan Sari
254
Ema Kembali Tersenyum
255
Sahabat Rasa Keluarga
256
Bayi Arsyad Diculik!
257
Tak Ada Jejak
258
Dimana Bayi Arsyad?
259
Apakah Dia?
260
Sebagai Permintaan Maaf
261
Bayi Arsyad Kembali!
262
Suasana Hangat Kembali Tercipta
263
Akan Pergi Ke Luar Negeri
264
Penyakit Tua
265
Garis Satu
266
Semoga Berhasil Dan Bermanfaat
267
Jaga Mata, Hati Dan Pikiran!
268
Menolong Menangkap Pencopet
269
Hari Istimewa Arsyad Mahesa
270
Arsyad Kecil Yang Menggemaskan
271
Memutuskan Mengikuti Sang Suami
272
Maaf Karena Telah Mengikuti Mas
273
Kejutan Yang Tak Terduga
274
Kejutan Yang Tak Terduga II
275
Wati Meminta Maaf Pada Ema
276
Sama-sama Mengandung
277
Datang Membawa Undangan
278
Korban Tabrak Lari
279
Akhirnya Tertangkap
280
Menjenguk Ayah Dan Ibu
281
Menjadi Korban Keusilan Sang Suami
282
Menghadiri Pernikahan
283
Terkejut Sekaligus Kagum
284
Arsyad Kecil Yang Semakin Pintar
285
Emosi Dyah Naik-turun
286
Terima Kasih!
287
Muachh!
288
Ema Ngidam
289
Arsyad Yang Jahil
290
Sang Suami Tak Ada Kabar
291
Masih Belum Ada Kabar
292
Mas Kemana Saja?
293
Penjelasan Abraham
294
Khitanan Massal
295
Puasa Pertama Di Bandung
296
Hei Kamu!
297
Semoga Selalu Langgeng
298
Pulang
299
Baby Boy Again
300
Akhirnya Menjadi Orang Tua
301
Aqiqah Bayi Ashraf Mahesa
302
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!