Senja pun mulai terbenam tanda malam telah tiba, Mereka berkumpul di meja makan untuk makan malam bersama. Ema sangat senang makan bersama diantara mereka, Rasa yang sudah tidak pernah Ia rasakan saat ditinggalkan Ayahandanya untuk selama-lamanya.
“Makan yang banyak Ema, biar cepat besar,” goda Arumi.
“Tante, Ema sudah besar hanya postur tubuh Ema yang pendek.”
“Meski begitu kamu yang paling imut,” sahut Asyila.
“He..he.. Kamu bisa saja Asyila" Ucap Ema menyeringai lebar.
Usai Makan bersama, Asyila dan Ema membantu Arumi membereskan meja makan.
Herwan yang merasakan sakit di pundaknya bergegas istirahat di kamar. Ia tidak ingin membuat yang lain khawatir.
“Kenapa Ayah sudah masuk kamar Bu? tidak biasanya Ayah seperti itu,” u Asyila heran.
“Kamu dan Ema teruskan cuci piring. Biar Ibu ke dalam dulu.”
Arumi menyusul Sang suami ke kamar, betapa kagetnya Ia saat melihat tubuh Suaminya yang dipenuhi lebam.
“Astaghfirullah, Ini kenapa Mas?”
“Bu, jangan keras-keras bicaranya nanti Asyila dan Ema mendengarkan,” ucap Herwan lirih.
“Cepat kasih tahu Aku Mas, kenapa bisa begini?”
“Gara-gara aku teledor yang tadi, makanya seperti ini.”
“Sebentar aku ambilkan air hangat Mas,” u Arumi lalu bergegas mengambil air hangat.
Asyila yang sedang Asyik menonton acara komedi bersama Ema, melihat Arumi terburu-buru mengambil air hangat. Di tinggalnya Ema dan pergi menghampiri Arumi.
“Buat apa Bu air hangat?” tanya Asyila heran.
“Tidak untuk apa-apa Nak, Ibu tinggal dulu kamu teruskan menontonnya bersama Ema,” ucap Arumi kemudian bergegas pergi.
Asyila yang masih penasaran pun mengikuti Sang Ibu, saat sampai kamar betapa terkejutnya Ia. Melihat Herwan yang tak lain Ayah Asyila mendapatkan banyak lebam di pundak dan bagian punggung.
“Ayah! Kenapa bisa seperti ini?” tanya Asyila dengan raut wajah sedih.
“Ngapain kamu disini Nak? Ayah tidak apa-apa,” balas Herwan dengan berusaha senyum agar Asyila tidak khawatir.
“Apakah ini gara-gara pekerjaan Ayah? Asyila harap Ayah mengurangi pekerjaan jadi panggul beras di Pabrik itu lagi,” ucap Asyila lalu pergi meninggalkan ke dua orangtuanya.
Asyila berlari menuju kamar, air matanya tak dapat dibendungnya lagi. Ema yang melihat gelagat Asyila pun ikut menyusul Sang Sahabat.
“Hiks hiks kenapa harus memaksakan diri seperti ini,” ucap Asyila sambil memeluk guling.
Ema yang melihat Asyila menangis langsung memeluk memberikan kenyamanan bagi Asyila.
“Kamu kenapa Asyila? Kenapa menangis seperti ini?” tanya Ema sedih.
“Aku tidak tega melihat Ayah, Aku ingin mengurangi beban mereka Ma.”
“Jangan sedih Asyila, ada saatnya bagi kita untuk membantu mereka.”
“Ema sebenarnya aku sudah memberitahukan ke Ibu tentang kepergian kita ke Bandung. Aku ingin segera mencari uang untuk aku dan keluarga.”
“Aku juga sudah memberitahukan ke Mami masalah aku bekerja dan kuliah. Alhamdulillah Mami setuju dengan syarat 3 bulan sekali harus berkunjung ke rumah.”
“Minggu depan kita sudah harus pergi dari sini, Aku ingin cepat-cepat mencari pekerjaan meringankan Ayah dan Ibu,” ucap Asyila semangat.
“Ayo hapus air mata itu, air mata kamu harus menjadi kebahagiaan.”
“Ini Aku hapus,” balas Asyila yang menghapus air matanya.
“Asyila, Aku ingin Curhat kepadamu. Masalah Kevin, dia kemarin mendatangiku ke rumah.”
"Kenapa dia ke rumah? Cepat lanjutkan aku penasaran!”
“Kevin meminta maaf kepada ku dan Dia mengajak balikan lagi. Aku awalnya menolak tapi dia mendatangi Mami dan menceritakan semua kesalahannya, Ia sangat menyesal. bahkan Ia menelpon kedua orangtuanya bahwa Ia sangat mencintaiku dan memperkenalkan aku sebagai Calon Menantu mereka.”
“Jujur aku tidak bisa berkata apa-apa lagi Ma, Apakah kamu tahu itu adalah lamaran secara tidak langsung.”
“Jangan berkata seperti itu Asyila,” balas Ema dengan wajah memerah.
“Ha..ha.. wajahmu sekarang menjadi kepiting rebus, sangat lucu,” ucap Asyila dengan gelak tawa.
“Hentikan Asyila, kamu membuatku Malu. Sekarang giliran kamu yang curhat, Aku menantikannya.”
“Baiklah aku akan menceritakannya tapi aku harap kamu jangan menertawakanku.”
“Iya Kelinciku, tenang saja. Cepat ceritakan.”
“Baiklah, Aku dan Romi kini telah berpacaran.”
“What!” teriak Ema.
“Ema tutup mulutmu, Ayah dan ibu akan mendengar teriakkan kamu,” ucap Asyila dengan membungkam mulut Ema.
“Ya Ampun, Aku sampai lupa Maaf,” balas Ema lirih.
“Kamu ingin dengar tidak?” tanya Asyila lalu di anggukan keras oleh Ema.
“Semula Aku menolak Romi, karena dia Playboy. Tapi dia mengatakan bahwa itu dulu, dan sekarang dia sangat mencintaiku. Romi juga berjanji tidak akan seperti itu lagi, jadi aku menerimanya,” jelas Asyila.
“Lalu Apakah kamu mencintai?” tanya Ema serius.
“Aku tidak tahu, namun setelah jadian hatiku biasa saja tidak ada rasa apapun,” ucap Asyila polos.
“Berarti kamu memang tidak mencintainya, atau mungkin perasaan kamu dulu hanya sebatas kagum saja.”
Asyila menyaring lagi apa yang dikatakan Ema, memang betul Ia tidak mencintai Romi.
“Lalu aku harus bagaimana? Haruskah aku memutuskannya? Padahal kemarin kami baru jadian,” ucap Asyila bingung.
“Sebaiknya kamu pikirkan baik-baik Asyila, jangan sampai kamu menyesal di kemudian hari. Yang kita tahu Romi banyak sekali pesonanya, Selain dia Pintar dalam bidang akademik maupun non-akademik, Dia juga pintar mencuri hati Wanita. Atau bisa jadi kamu hanyalah sebatas pelarian saja. Aku tidak ingin sahabatku ini merasakan kekecewaan yang mendalam Asyila. Karena yang aku tahu kamu adalah wanita yang baik dan wanita yang sangat polos.”
“Ya Ampun, kamu bisa juga bersikap sedewasa ini Ema. Tenang saja aku akan membuat keputusan yang tepat untuk hubungan aku dan Romi.”
Usai mencurahkan isi hati masing-masing mereka pun bergegas tidur menelusuri alam bawah sadar mereka.
Di Sisi lain.
“Asyila sepertinya sudah cukup dewasa untuk mengetahui semuanya Bu, Biar kita sebagai orang tuanya merasa tenang. lagipula kamu sudah memberitahukan semuanya tentang keinginannya bekerja dan kuliah.”
“Tapi Mas, Apa tidak terlalu cepat untuk dia menikah di usia dia yang masih remaja seperti ini?”
“Ibu tenang saja Abraham pasti bisa membimbing Putri kita, Aku juga ingin sebelum anak kita ke Bandung dia harus menikah terlebih dahulu.”
“Lalu kapan kita memberitahukan tentang pernikahan mereka?”
“Besok saja, setelah Ema pulang. Kita beritahukan semuanya.”
“Baiklah Mas, Ayo kita tidur saja. Biar badan Mas bisa segera sembuh, besok Ayah tidak usah bekerja. Biar Ibu saja lagipula besok ibu pulang lebih awal.”
“Iya Bu, Selamat tidur.”
“Selamat tidur juga Mas.”
Suami Istri itu pun langsung tertidur dengan saling memeluk.
Keesokan harinya.
“Ema Pulang yang Tante dan Om, Terima kasih untuk peyeknya,” ucap Ema manis.
“Seharusnya kita yang berterima kasih, Kamu dan Mami kamu memesan peyek sebanyak ini,” balas Arumi.
“Hehe.. oke Tante, Asyila aku pamit pulang ya. Assalamualaikum.”
“Waalaikumsalam hati-hati ya!”
“Kalau begitu Ibu pamit kerja dulu, Assalamualaikum.”
“Waalaikumsalam, hati-hati,” ucap Asyila dan Herwan.
Usai kepergian Arumi, Herwan maupun Asyila bergegas masuk ke rumah.
“Ayah, Maaf soal semalam. Apakah masih sakit?” tanya Asyila.
“Ayah sudah tidak apa-apa, semalam sudah disembuhkan oleh ibumu.”
“Yah, Apakah ibu sudah memberitahukan tentang.”
“Maksud kamu tentang ke Bandung?”
“Iya Yah, Apakah ayah setuju?”
“Ayah setuju tapi dengan Syarat.”
“Syarat Apa Yah?”
“Kita bicarakan nanti ya Nak, setelah Ibu Pulang. Ayah ke kamar dulu.”
Asyila sangat penasaran Syarat apa yang diberikan oleh kedua Orangtuanya.
Sebenarnya apa syaratnya? Ya Tuhan kenapa perasaan tidak enak seperti ini. semoga tidak terjadi apa-apa.
Beberapa jam kemudian.
“Assalamualaikum.”
“Waalaikumsalam.”
“Ayah kemana Asyila?” tanya Arumi.
“Ayah dikamar Bu.”
“Ya sudah, Ibu langsung ke kamar. Kamu duduk disini saja nanti kami menyusul!” perintah Arumi.
Deg.. deg.. deg..
Ada apa ini Ya Tuhan, Semoga baik-baik.
10 Menit Kemudian.
“Asyila, Ayah dan Ibu ingin memberitahukan sebuah Rahasia yang selama ini kita sembunyikan,” ucap Herwan Serius.
“Rahasia apa Ayah?”
“Sebenarnya kami....”
Belum sempat memberitahukan kepada Asyila, Ada seseorang yang sedang mengetuk pintu.
Tok..tok..
“Sebentar, biar ibu saja yang membukakan pintu!”
Arumi pun bergegas membukakan pintu.
“Cari siapa ya?” tanya Arumi pada lelaki yang mengetuk pintu itu.
“Saya utusan dari Tuan Muda Abraham, ingin menjemput Pak Herwan sekarang juga,” ucap lelaki itu.
Lelaki itu adalah orang kepercayaan Abraham Mahesa, Abraham mengutus Eko untuk menyusul Calon Mertuanya.
“Sebentar, Saya panggilkan!” ucap Arumi.
“Siapa Bu yang datang?” tanya Herwan.
Arumi lalu mendekati suaminya dan berbisik.
”Ayah mau kemana? Bukankah tadi ingin memberitahukan sesuatu kepada Asyila?” tanya Asyila heran.
“Ayah ada urusan,nanti kita bahas lagi Assalamualaikum.”
“Waalaikumsalam.”
Asyila semakin penasaran dengan apa yang ingin disampaikan oleh Sang Ayah.
Beberapa jam kemudian.
“Silahkan turun Pak, Tuan Muda telah menunggu kita!”
Herwan berjalan agak gontai, setelah sekian lama akhirnya Ia bisa bertemu dengan Pemuda itu lagi.
“Selamat datang Ayah!” sapa Abraham.
Mendengar Panggilan dari Abraham, Herwan langsung memeluk pemuda itu.
“Kau sudah sangat dewasa sekarang, bagaimana sekolah mu di Paris?” tanya Herwan.
“Semuanya Lancar,” balas Abraham.
“Kenapa kamu mencari aku? Apakah tentang perjodohan ini?”
“Nenek yang memanggil Ayah kesini, Ayo aku antarkan menemui Nenek.”
“Baiklah.”
Abraham Mahesa dan Herwan berjalan memasuki kebun belakang rumah yang ditanami banyak sekali anggur.
“Nenek, Ayah sudah datang,” ucap Abraham.
“Lama tidak bertemu kamu Herwan,” ucap Erna.
“Apa kabar ibu? Sangat lama sekali kita tidak bertemu.”
“Ayah dan Nenek berbincang-bincang lah. Aku kedalam,” ucap Abraham.
“Pergilah, ada yang ingin Nenek bicara dengan calon mertuamu!”
Abraham Mahesa adalah Putra tunggal dari Satya Mahesa dan Xin Ai Mahesa. Pria berdarah campuran Indonesia Tionghoa.
Abraham Mahesa sendiri kini telah berusia tahun 31 tahun, Memiliki perusahaan yang cukup terkenal di Jakarta dan Bandung. Kedua orangtuanya telah lama meninggal bersamaan dengan Hengky kakak kandung Asyila.
Abraham Mahesa, banyak di gandrungi kaum hawa. Tidak sedikit dari mereka yang berusaha dekat dengannya namun selalu ditolak mentah-mentah dengan alasan telah memiliki Calon istri yang tak lain Asyila. Meski Abraham hanya melihat Asyila sekali saat berumur 2 tahun, tapi dia percaya bahwa Asyila yang sekarang sangatlah Cantik.
“Bagaimana kabar kamu dan Arumi?”
“Alhamdulillah baik Bu?”
“Kamu aku panggil kesini karena ada hal yang ingin aku tanyakan, Apakah kamu telah memberitahukan semuanya kepada Anakmu?”
“Sebenarnya, Aku dan Arumi ingin memberitahukannya tadi. tapi karena Ibu memanggil aku kesini, maka itu semua kami tunda.”
“Berarti kamu Sebelumnya belum memberitahukan ini semua, Herwan. Aku harap Asyila bisa menerima perjodohan ini. Bagaimanapun ini sudah perjanjian kamu dan Orang tua Abraham.”
“Ibu tenang saja, Asyila pasti akan mengikuti keinginan kami.”
“Semoga saja, Abraham Mahesa sepertinya sudah mantap menikahi Asyila. Meski perbedaan mereka terpaut 13 tahun, Aku yakin Abraham dan Asyila bisa menjalani pernikahan ini.”
“Kami juga berharap seperti itu Ibu, Aku melihat Abraham yang sekarang sudah sangat dewasa,” balas Herwan serius.
Terima kasih guys sudah mampir.
Tinggalkan jejak😍🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 302 Episodes
Comments
Santi Liana
sepertinya udh mulai seru nih
2022-11-22
0
Markonah
bagus ceritanya thor ...jd penasaran dgn jln cerita antara abraham dan asyila
2022-08-01
0
Sahril Banong Potabuga Lasene
wah msalh baru buat asylah sembrangn trimhbromi bru tr nikahnya sma abrahm romi bakaln dendam nie jdinya
2021-09-06
0