Abraham meninggalkan pekerjaannya dan juga Istrinya di Bandung.
Abraham mendapat kabar jika Erna yang tak lain nenek Abraham jatuh sakit.
Abraham datang memasuki kamar neneknya.
"Nenek!" Panggil Abraham lalu memeluk tubuh Erna.
"Bagaimana kamu bisa datang kesini Abraham?" Tanya Erna heran karena ia tak memberitahukan kepada Abraham mengenai sakitnya.
"Bi Ratna yang memberitahukan bahwa nenek sakit, kalau saja Bi Ratna tidak memberitahukan aku, mungkin selamanya aku tidak akan pernah tahu bahwa nenek sakit." Abraham sangat sayang kepada sang nenek dari kecil Erna lah yang merawat Abraham meski kedua orang tuanya masih hidup.
"Nenek tidak apa-apa hanya penyakit tua."
Abraham tetap memeluk tubuh neneknya,
ia seperti tak ingin lepas dan pergi dari sisi Erna.
"Jangan bersedih! ingat Abraham kamu telah memiliki istri dan akan menjadi orang tua suatu saat nanti."
"Apakah bersedih juga dilarang Nek?
Abraham sedih karena nenek sakit dan tidak memberitahukan aku."
"Nenek minta maaf, lain kali nenek akan memberitahukan kamu."
"Lain kali nenek tidak akan memberitahukan aku, karena nenek lain kali tidak sakit lagi. nenek harus rajin jaga kesehatan dan jangan banyak pikiran."
"Cucuku ini ternyata cerewet sekali."
"Cerewet jika benar tak masalah Nek, cerewet jika tak ada artinya itu baru salah."
"Sejak kapan Abraham cucu nenek bijak seperti ini?" tanya Erna penasaran.
"Nenek meragukan ku?" Abraham balik bertanya.
"Tidak, hanya sedikit."
"Berarti tetap saja meragukan ku," sahut Abraham dengan memanyunkan bibir.
Erna tertawa kecil melihat ekspresi sang cucu yang begitu menggemaskan,
"Jangan seperti itu nanti Asyila tak menyukaimu."
"Jangan berbicara seperti itu nek, aku sedang berusaha mengejarnya. Jika nenek bicara seperti itu aku akan kehilangan semangat."
"Hanya bercanda, nenek lapar," ucap Erna dengan menyentuh perut.
"Siapapun cepat bawakan bubur untuk nenek!" Perintah Abraham pada pelayan di luar kamar.
"Baik Tuan muda," sahut pelayan.
"Boleh nenek minta satu permintaan?"
"Permintaan apa nek? selama Aku mampu, aku pasti berusaha menuruti permintaan nenek,"
"Nenek ingin bertemu dengan Asyila, nenek sangat ingin melihat istri kamu Abraham!"
Bagaimana caranya agar aku bisa membawa Asyila menemui nenek?
Ya Allah permudahkan segala urusan hamba.
"Baiklah nek! besok aku akan membawa cucu menantu nenek." Abraham berkata dengan pemikiran yang kemana-mana, ia tidak yakin bisa berhasil membawa Asyila menemui sang nenek.
"Permisi nyonya besar dan tuan muda" Pelayan itu datang membawa bubur.
"Ya, setelah itu kamu boleh pergi" Ucap Abraham.
"Saya permisi nyonya besar dan tuan muda" pelayan itu pergi ke luar kamar.
"Nenek sekarang makan bubur ya! tapi harus habis, agar nenek cepat sehat!" seru Abraham dan mulai menyuapi.
Abraham menyuapi Erna dengan teliti agar sang nenek tak tersedak karena memakan bubur.
Ya Allah tunjukkan jalan-Mu agar istriku Asyila bisa datang dan menemui nenek.
Setelah menyuapi sang nenek, Abraham izin keluar kamar meninggalkan Erna yang mulai mengantuk.
"Aku keluar ya nek! nenek istirahat saja dikamar."
Erna perlahan memejamkan mata untuk memulihkan kondisi tubuhnya.
Sebaiknya aku beritahu Dyah, karena Dyah yang lebih banyak ide.
"Assalamualaikum, hallo Dyah!"
"Waalaikumsalam, ada apa paman menghubungi Dyah?"
"Paman sedang ada masalah, nenek ingin menemui aunty-mu besok. Apakah kamu punya ide agar Asyila bisa berkunjung ke Jakarta?"
"Dyah akan memikirkan cara agar aunty bisa menemui nenek buyut besok paman," ucap Dyah dari seberang telepon.
"Kamu pikirkan matang-matang, jika sudah ketemu Jawabannya segera hubungi paman. Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
Dyah yang ingin menikmati tidur siangnya akhirnya memutuskan untuk tidak tidur.
yang dipikirkannya saat ini adalah bagaimana Asyila bisa pergi ke Jakarta.
"Ahha..." Dyah menjentikkan jarinya bertanda bahwa dia telah memiliki ide.
Ia dengan cepat meraih ponsel yang ada di bibir ranjang untuk menghubungi Asyila.
"Assalamualaikum, kak Asyila!"
"Waalaikumsalam, ada apa Dyah?"
"Kak Asyila bisa bantu aku pergi menemui nenek buyut tidak? nenek buyut sangat merindukan Dyah, tapi Dyah bingung harus pergi dengan siapa sementara papa dan mama Dyah tidak ada dirumah besok."
"Memangnya nenek kamu tinggal dimana?"
"Di Jakarta kak, tolong temani Dyah ke sana ya kak! please kak!"
"Bagaimana ya,"
"Tolonglah kak!"
"Baiklah aku temani kamu ke sana, kebetulan orang tuaku juga di Jakarta."
"Terima kasih banyak kak Asyila."
"Iya sama-sama, Sudah dulu ya Dyah assalamualaikum."
"Waalaikumsalam kak Asyila."
Dyah sangat senang rencananya berhasil untuk membawa Asyila pergi mengunjungi nenek buyut.
"Hooorrrreeeeee..."
"Akhirnya aunty bisa ketemu nenek buyut" Teriak Dyah.
"Dyah jangan berisik, Mama sedang tidur"
"Maaf ma."
Alhamdulillah, akhirnya besok aunty ketemu nenek buyut.
Ema menghampiri Asyila yang duduk melamun di depan teras rumah.
"Kenapa melamun? ada yang kamu pikirkan?" Tanya Ema penasaran.
"Tidak ada," ucap Asyila. Ia bingung bagaimana memberitahukan tentang kepergiannya besok.
Bagaimana ini, apakah Ema bisa aku tinggal pergi ke Jakarta.
kalau aku menemani Dyah lalu Ema bagaimana?
"Syila sepertinya ada yang sedang kamu pikiran, ceritakan kepada ku apa yang sedang kamu pikirkan!"
"Dyah mengajakku ke Jakarta untuk menemui Neneknya yang sedang sakit" Ucap Asyila sedih.
"Pergilah!" Ucap Ema santai.
"Tapi,"
"Tak apa lagipula kamu bisa menemui orang tuamu di sana."
"Terima kasih Ema, kamu memang sahabat terbaik."
"Sekarang temani aku makan! aku sangat ingin makan bakso urat."
"Baiklah, kita pergi berdua apa menunggu Kevin datang?"
"Hhmmm, berdua saja!"
"Ayo kita berangkat!"
Mereka berdua pergi menggunakan aplikasi online, sepanjang perjalanan mereka selalu berbincang-bincang.
pemandangan di Bandung siang itu cerah dan panas.
"Kenapa kita makan disini Ema?" Tanya Asyila karena mereka berhenti disebuah restoran yang cukup besar.
"Ada yang salah?"
Asyila mencoba melihat disekitar tempat restoran itu barang kali ada sebuah kedai makanan yang tidak terlalu menghabiskan biaya mereka untuk makan.
"Ayo! kita ke kedai itu saja!" Ajak Asyila dan menarik tangan Ema menuju kedai.
"Kenapa kita kesini?"
"Disini lebih murah, daripada restoran itu. Ingat Ema kita harus menghemat walaupun Tante Icha sering mengirim mu uang."
"Baiklah."
"Bu pesan bakso urat 2 mangkok dan teh hangat 2" Ucap Asyila sedikit berteriak.
"Hai ladies!" Sapa Kevin.
"Kevin!" Teriak Asyila dan Ema.
"Kamu kenapa bisa disini?" Tanya Ema kaget.
"Aku tadi tak sengaja melihat kalian di lampu merah, lalu aku mengikuti kalian berdua.
kenapa tidak mengajakku makan?"
"Bu saya bakso satu sama es jeruk!" Teriak Kevin.
"Ya maaf, aku kira kamu sibuk" Sahut Ema.
"Kalau untuk Ema seorang aku tak pernah sibuk,"
"Romantisnya jangan disini." Asyila melengos.
"Kasihan jomblo." ucap Kevin yang tak mengetahui bahwa Asyila telah menikah.
"Kevin." ucap Ema tak enak.
Asyila tersenyum manis kepada Ema dan Kevin. Ia tak terlalu ambil pusing dengan candaan Kevin yang sedikit membuat dirinya mengingat pernikahan yang tak diharapkannya.
"Permisi! bakso urat 3, 2 teh hangat dan 1 es jeruk ya" Ucap penjual kedai makanan sambil menaruh makanan mereka di meja.
"Terima kasih Bu" Ucap mereka kompak.
"Kita lanjutkan lagi mengobrol setelah makan oke! kita santap dulu bakso urat ini!" Seru Asyila dengan semangat.
"Ayo sayang kita makan dulu!" Ajak Kevin pada Ema.
"Baiklah." balas Ema.
"Hmmm, bakso urat ini sangat enak" Puji Asyila merasakan rasa bakso.
"Iya Syila, ini sangat enak" Sahut Ema.
Tak sampai setengah jam makanan mereka telah habis, berhubung Kevin datang,
dialah yang akhirnya membayar tagihan kedua gadis itu.
"Kalau tahu begitu lebih baik aku tidak menemui kalian" Ucap Kevin lirih.
"Jadi kamu menyesal?" Tanya Ema.
"Tidak Ema sayang, hanya bercanda."
Asyila tertawa melihat kelakuan sepasang kekasih itu.
Mereka sangat serasi, andai aku menikah dengan seseorang yang aku cintai.
mungkin ceritanya tidak akan begini.
"Kevin sayang, kamu antar kita pulang ya!" Pinta Ema.
"Kamu kenapa bicara seperti itu? sudah pasti aku mengantarkan kalian pulang. ayo ladies kita let's go!"
Abraham duduk di kebun belakang rumah,
dengan beberapa berkas yang menemaninya.
"Ada apa?" Tanya Abraham yang melihat tingkah Heru tak bisa diam di kursi dekat Abraham duduk.
"Begini tuan muda saya diminta orang rumah untuk pulang selama 2 hari,"
"Alasannya?" Tanya Abraham tanpa menoleh ke arah Heru.
"Saya ingin menikah" Ucap Heru menunduk.
Abraham langsung menoleh ke arah sang sopir, ia sedikit terkejut dengan apa yang diucapkan oleh Heru.
"Apakah aku sejahat itu? kenapa kamu bicara sekarang?"
"Maaf tuan muda semuanya dilakukan secara mendadak oleh orang tua saya."
"Seminggu."
Heru yang menunduk dengan cepat mendongakkan kepala.
"Maksud tuan muda?" Tanya Heru memastikan.
"Tidak baik jika hanya 2 hari, aku beri kamu cuti selama seminggu. Apakah cukup?"
"Sangat cukup tuan muda, terima kasih" Ucap Heru senang.
"Tinggalkan aku sendiri!"
"Baik tuan muda, sekali lagi terima kasih."
Kau jaga selalu hatimu
saat jauh dariku
tunggu aku kembali
ku mencintaimu selalu
menyayangimu Sampai
akhir menutup mata (Dering ponsel Abraham)
"Bagaimana? apa yang dikatakan istriku?"
"Aunty Asyila setuju untuk pergi ke Jakarta."
"Alhamdulillah."
Abraham meletakkan ponsel pintar miliknya ke meja, ia melompat-lompat kecil karena istri kecilnya akan datang menemui sang nenek.
Abraham ❤️ Asyila
Tinggalkan jejak guys ❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 302 Episodes
Comments
Fe☕
Alur cerita ringan 😍
2022-02-04
0
Fe☕
🤣Abraham lucuuuuu
2022-02-04
0
گسنيتي
visualnya doung thor.. penasarann!
2021-07-29
1