Chapter 367 : Semakin menegangkan!
Beberapa saat berlalu. Ledakan kilat masih terjadi di sana. Para pemain dan NPC yang ada di sekitar area pertarungan itu, perlaham mulai menjauh, mencoba untuk menjaga jarak agar hal-hal yang tidak diinginkan terjadi. Bisa dikatakan itu adalah ledakan yang mengerikan yang bahkan dapat membuat seseorang mati jika masuk ke dalam sana tanpa adanya penangkal dari serangan tersebut. Namun, walaupun adanya penangkalnya, tetap saja mereka tidak akan bisa bertahan sebab itu adalah serangan yang berkelanjutan. Sudah pasti angka kerusakan akan terus bermunculan seiring dengan ledakan yang tidak menghilang. Mereka semua yang melihatnya begitu takjub dan sekaligus takut dengan sosok Heraces sebagai salah satu dari tiga Jendral terkuat kerajaan Heaven.
Mereka hanya bisa menyaksikan kejadian tersebut tanpa berbuat apapun. Mereka hanya bisa tertegun dan diam, sebatas jadi penonton. Tidak ada yang bisa mereka lakukan, selain menunggu hasil dari serangan itu. Kalau pun mereka bertindak, malahan mereka yang akan mati.
Setelah beberapa saat, akhirnya sudah terlihat jika ukuran dari ledakan itu mulai berkurang. Petir-petir yang ada di sekitar sana terlihat terberana dengan begitu liarnya, sampai-sampai melewati batasan ledakan. Hal itu terus berlanjut hingga ledakan itu mengecil dan sampai pada batasnya. Dan pada akhirnya, keberadaan dari Heraces dan Ciefguard sudah terlihat.
"Oi, oi, oi, Aku sudah melihat mereka!"
"Iya! Itu mereka!"
"Mana,mana, mana!? Aku juga ingin melihatnya!"
Para pemain berteriak, memberitahukan kalau mereka sudah melihat mereka. Secara otomatis, mereka yang lain, juga ikut segera melihat ke arah yang mereka lihat. Dan memang benar, kalau Heraces dan Ciefguard sudah terlihat.
"Hehehe, serangan tadi itu, sungguh berbahaya. Jika saya terlambat sedikit saja, sudah pasti saya akan mendapatkan luka yang sangat fatal."
Ciefguard tersenyum menyeringai menatapi Heraces yang ada di atasnya. Saat ini mereka saling menabrakkan kedua senjata mereka. Dan pedang milik Ciefguard sudah menyentuh permukaan bahunya. Dia nyaris terkena serangan telak dari Heraces. Namun dia dapat selamat dari serangan tersebut walaupun menerima luka lain disekujur tubuhnya akibat efek samping dari serangan tersebut.
"Cih!" Heraces berdecap dengan nada kesal. Serangannya berhasil ditangkis, padahal dia sudah yakin jika serangan tadi akan memberikan dia lula berat. Heraces pun berniat untuk mundur. Dia mulai memberikan tekanan melalui pedangnya, yang dia gunakan sebagai tumpuan. Setelah itu, dia pun segera melompat mundur dengan mendorong pedangnya agar dia bisa terlempar.
Ketika Heraces sudah mundur, secara mendadak Ciefguard bergerak ke arahnya. Gerakannya begitu cepat sehingga tidak ada yang bisa melihatnya. Pergerakan itu juga diikuti dengan petir berwarna hitam yang mengarah ke arah Heraces.
Dalam waktu singkat, dia pun telah tiba dihadapan Heraces dengan pedang yang sudah dilapisi oleh aura hitam pekat, siap untuk menebas.
"Kamu ingin mundur? Itu adalah hal yang memalukan bagi seorang Kesatria."
Setelah berbicara, Ciefguard segera mengayunkan pedangnya, memberikan tebasan secara vertikal kepada Heraces.
"Tangg!!"
Namun, serangan tersebut berhasil dihalau oleh Heraces. Dia tetap menundukkan ekspresi seriusnya dan menatapnya.
"Saya bukan berniat untuk mundur. Akan tetapi ini adalah rencana."
Heraces pun sekali lagi menjadikan pedangnya sebagai tumpuan dan segera menjauh darinya lagi. Ciefguard pun dibuat termundur olehnya karena tekanan yang diberikan. Seketika Heraces sudah berada di seberangnya. Kedua kakinya akhirnya telah berpijak di tanah.
Tapi, Heraces bukan hanya berniat untuk menjauhinya. Jadi, setelah kakinya menyentuh tanah, Heraces segera berputar 180° dan berbalik menatap ke arah Ciefguard yang masih melayang di udara. Dia segera menarik pedangnya, menempatkannya di samping dadanya, seperti sedang ingin memberikan serangan tusukan. Kedua kakinya yang telah menyentuh tanah, kini membentuk sikap kuda-kuda dan semakin ditekan rapat. Aura petir juga bermunculan di sekitarnya, termasuk di sekitar bilah pedangnya. Heraces menatap Ciefguard dengan begitu tajam.
"Rapier Lightning Sword, Stab of Death."
Seketika pedang yang tadinya masih dikelilingi oleh aura yang menyerupai petir, kini langsung dibanjiri oleh petir dan membentuk sebuah bilah tipis dan panjang. Bentuknya seperti bilah yang ada pada pedang Rapier, namun dengan material petir yang menyelimutinya.
Heraces pun mendadak menghilang dari sana dan hanya meninggalkan sisa-sisa petirnya yang melayang di sekitar tanah dia berpijak tadi. Hanya berselang beberapa detik, dia pun muncul di hadapan Ciefguard.
Sial, bagaimana dia bisa secepat itu!?
Ciefguard begitu terkejut saat melihat kemunculan Heraces yang secara mendadak dihadapannya. Dia sudah melihat kecepatan Heraces pada serangan sebelumnya namun, yang kali ini lebih cepat dari pada sebelumnya. Ciefguard langsung mengayunkan pedangnya, guna sebagai pertahanan dirinya.
Dan di saat bersamaan, Heraces langsung melepaskan serangannya. Pedangnya dengan begitu cepat melesat, menuju ke bagian dada Ciefguard. Namun, arah pedang dari Ciefguard juga mengarah ke dadanya yang berarti dia sudah tahu kalau Heraces akan mengincar dadanya.
Dia akan mengincar area dadaku. Aku harus segera menangkisnya.
Tapi, itu sudah terlambat.
"Ah, sial! Aku terlambat-!"
Ternyata pergerakan pedang milik Heraces lebih cepat dari bagian pedangnya sehingga dia hanya bisa menepis pedangnya. Tidak ada kesempatan baginya untuk menghindar. Secara telak mata pedang tersebut, menusuk tepat ke dada bagian kirinya dan menebus ke belakang.
"Arghk!!"
Saat melihat pedangnya sudah masuk ke tubuh Ciefguard, Heraces memberikan senyuman. Itu adalah tanda dari awal bendera kemenangannya.
Ini masihlah awal. Seranganku tidak akan berakhir di sini....
Sesaat, di sekitar bilah pedangnya muncul sebuah lingkaran dengan total ada empat lingkaran dan langsung mengecil. Kemudian, keempat lingkaran tersebut melesat maju menuju ke Dada Ciefguard dan langsung memberikan tekanan hebat sehingga menimbulkan kerusakan yang tidak kalah hebat. Seluruh tubuhnya juga menjadi bergetar setelah menerima serangan tersebut. Dan bahkan keempat lingkaran tersebut sampai menembus tubuhnya dan berterbangan di belakang.
Ketika Heraces melihat kalau lingkaran yang dia buat sudah ada di belakang Ciefguard, dia tersenyum kecil. Itu merupakan tanda baginya untuk melakukan serangan.
"Shingg!!!! Zreeet!!"
Pedangnya semakin bersinar dan semakin memanjang. Ukurannya juga ikut bertambah besar. Lubang di dada Ciefguard yang tadinya masih kecil, kini semakin membesar. Terlihat itu seperti serangan laser dengan tambahan petir-petir yang menyebar di sekitarnya.
"Bamm!!"
Sesaat sesudah itu, sebuah ledakan muncul dari balik pedangnya. Sebuah besar yang mengarah ke langit dengan petir yang menjadi elemen utama dari ledakan tersebut. Hal itu menyebabkan Ciefguard menghilang, tertutupi oleh ledakan.
Hingga pada akhirnya ledakan tersebut berakhir. Ciefguard terjatuh tidak berdaya dari sana dalam keadaan gosong. Sementara itu, Heraces juga ikut terjatuh, namun masih tersadar sehingga dia bisa mendarat dengan baik.
Sesaat setelah menginjakkan kakinya di darat, Heraces memandangi Ciefguard yang sudah terkapar di seberang sana. Dia memasukkan lagi pedangnya di dalam sarungnya, kemudian berkata,
"Sepertinya ini sudah berakhir."
Heraces pun berniat untuk berbalik, melihat keadaan dari sisa pasukan yang masih hidup. Dia sudah mengira jika Ciefguard sudah mati karena serangan barusan itu.
Namun, baru saja dia berbalik dan memberi langkah pertama, terdengar sebuah suara dari belakangnya. Itu adalah suara tawaan. Sebuah suara tawaan yang amat keras hingga membuat suasana hening di sekitar sana menjadi terganggu.
"Hahahahaha!!!"
Seketika ekspresi wajah Heraces menjadi jelek. Dia tahu darimana asal suara tawaan ini. Dia pun segera berbalik sembari mengangkat tangannya, siap memegang gagang pedangnya buat berjaga-jaga.
Ketika dia berbalik, terlihat kalau ternyata Ciefguard bisa lolos dsri serangannya dibuktikan kalau dia kini telah berdiri dengan menunjukkan aura hitam yang menyelimutinya dalam jumlah yang lumayan besar. Heraces juga bisa melihat lubang besar yang sudah dia buat ketika dia melancarkan serangan sebelumnya.
"Rupanya kamu masih bisa bertahan yah dari seranganku yang barusan," ucapnya dengan nada ringan memandanginya.
Ciefguard pun juga ikut menatapnya dengan ekspresi yang terlihat penuh akan kesenangan. "Hahahahaha, tentu saja! Saya adalah salah satu pengikut tertinggi dari Tuan Gluch. Apakah kamu kira saya akan mati semudah itu. Dan juga, hari ini adalah hari yang paling menyenangkan. Bertemu dengan lawan tangguh dengan berbagai teknik yang mematikan. Saya semakin bersemangat untuk membunuhmu!"
Hasrat dan ambisi terpancar jelas di wajahnya seakan-akan membunuh Heraces adalah tujuan utamanya di hari ini.
Heraces sedikit tersenyum setelah mendengarkan perkataannya, kemudian membalas, "Terimakasih karena telah mengatakan jika saya adalah lawan yang tangguh bagimu. Akan tetapi, tetap saja yang akan mati adalah, kamu!"
"Hahaha, sekarang mari kita buktikan saja, perkataan siapa yang akan benar nantinya."
Setelah Ciefguard selesai berbicara, seluruh tubuhnya kembali di selimuti oleh aura hitam yang diiringi dengan petir hitam. Pedang yang dia pegang juga sudah diselimuti oleh aura hitam pekat yang semakin membesar. Aura itu terus muncul permukaan bilahnya bagaikan sebuaj h tumpukan asap yang terbang ke atas. Sepertinya Ciefguard sudah siap untuk bertarung lagi.
Sementara itu, Heraces yang melihat pergerakan Ciefguard, kembali memasang sikap kuda-kuda. Tangan yang tadinya masih bersiap untuk menarik gagang pedangnya, sekarang langsung ditarik dan dia membentangkan pedangnya di samping. Aura petir juga muncul di sekitar pedangnya. Heraces juga sudah siap untuk bertarung. Dia pun membalas ucapan Ciefguard tadi dengan pandangan yang penuh keseriusan.
"Kalau begitu mari kita mulai saja!"
Sepertinya pertarungan mereka berdua akan terus berlanjut. Suasana di sana akan semakin menegangkan!
**
Saya tidak tahu apakah kalian akan mengerti dengan Chapter kali ini. Saya pun tidak tahu apa yang sudah saya tulis. jadi bersabar saja jika kalian tidak paham. Membuat adegan pertarungan itu tidak semudah membalikkan telapak tangan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Umi Aulia
🆒
2022-03-02
1
Refielpansah Papanya Aurora
lanjut...
2021-08-28
0
Yukity
hadir Thor..
mampir di novelku ya
GADIS TIGA KARAKTER
2021-08-19
0