Bab 20

Pagi hari berikutnya James menjemput Katie sesuai dengan janjinya semalam. Katie yang masih merindukan keluarganya dengan berat hati meninggalkan rumah orang tuanya tersebut. "jaga dirimu baik-baik nak" ibu memeluk Katie dan membelai rambutnya seperti biasanya saat Katie masih tinggal di rumah. "hati-hati" kata ayah yang duduk di kursi roda karena kakinya masih terluka. "sering-seringlah mengunjungi kami jika kau ada waktu luang" Marie terlihat begitu mellow melepas kepergian Katie. "kabari kami jika kau ada apa-apa ya" Janie menambahkan.

"kami pamit" James kemudian menenteng tas Katie dan memasukkannya ke dalam bagasi mobil. Mobil James perlahan berjalan keluar dari garasi dan mulai melaju di jalan raya. Katie hanya bisa meratapi perjalanannya menuju apartemen dengan menatap tepi jalanan yang dilaluinya melalui kaca jendela mobil. Sebenarnya jarak rumah orang tua Katie dan apartemen James tidak lebih dari satu jam, namun karena selama ini Katie selalu disibukkan oleh kuliah dan pekerjaannya sebagai asisten pribadi James, membuatnya tidak punya waktu menginap atau bahkan hanya untuk sekedar berkunjung saja.

"are you okay?" tanya James Memecah kesunyian perjalanan mereka. Namun Katie yang masih kesal dengan ulah James semalam memilih untuk tetap diam dan tidak menjawab pertanyaan bosnya itu. "aku tau kau pasti masih merindukan mereka, aku berjanji setelah semua urusan dengan ayahku selesai, kau bisa kembali bersama dengan keluargamu selama yang kau inginkan" ujar James dalam hati sambil melirik kearah Katie.

"Ini" setibanya di apartemen, James langsung menyodorkan surat perjanjian nikah yang sudah dibuatnya hampir dua Minggu yang lalu. Ia terpaksa menyodorkannya kepada Katie dalam kondisi yang kurang tepat, namun dirinya tidak memiliki pilihan lain. "apa yang membuatmu mau menikah denganku?" tanya Katie dengan tatapan tajam ke arah James. Ia tau dirinya tidak punya pilihan lain, namun setidaknya dengan mendengar alasan yang tepat ia bisa lebih siap menghadapinya.

"kau mau jawaban jujur atau bohong?" seloroh James sekenanya. "katakan saja apa alasanmu!" Katie mulai kehilangan kesabarannya. "baiklah, begini, ayahku memaksaku segera menikah dan karena aku tidak memiliki kandidat lain, maka aku rasa kaulah yang paling tepat untuk ku perkenalkan pada ayahku sebagai calon istriku" jawab James dengan jujur. "jadi ini pernikahan kontrak?" Katie mempertegas situasi yang terjadi. "aku tidak mengatakan ini kontrak, karena pernikahan kita akan dilegalkan secara hukum dan agama, hanya saja pernikahan kita tidak dilandasi oleh cinta" James menjelaskan.

"sama saja itu kontrak! lalu sampai kapan? berapa lama aku harus menjadi istrimu?" tanya Katie yang membutuhkan kepastian. DEG... James yang berniat menikahi Katie hanya untuk menyenangkan hati sang ayah, tidak pernah berfikir bahwa pernikahan ini akan memiliki batas waktu. Karena baginya pernikahan hanyalah sebuah fase kehidupan yang akan dilalui oleh semua orang. Ia yang sudah terbiasa dengan kehadiran Katie dihidupnya beberapa bulan belakangan ini, beranggapan bahwa pernikahan ini tidak akan banyak berpengaruh kepada kehidupannya kelak. "entahlah, aku juga belum tau!" James bingung harus menjawab apa. "kalau gitu delapan bulan saja, bukankah sisa kontrak kerjaku hanya tinggal delapan bulan lagi? setelah itu aku mau kau menceraikan aku dan kita sudah tidak punya utang piutang apapun" Katie memberikan batasan waktu pernikahan mereka sesuai dengan kontrak kerjanya yang lalu. "baiklah, tapi batasan waktu itu tidak bisa dicantumkan di surat perjanjiannya ya, karena dalam sebuah pernikahan, baik secara hukum negara ataupun agama tidak ada batasan waktu menikah" James menjawab.

"Kenapa isi surat ini hanya berpihak padamu?" tanya Katie ketika membaca isi surat secara seksama. "dimana-mana yang namanya istri memang harus mengikuti semua keputusan suami!" Jawab James sekenanya.

Adapun isi suratnya adalah:

Pihak satu sebagai suami atas nama James, akan menjadi kepala keluarga dan berhak memutuskan segala hal yang berhubungan dengan urusan rumah tangga.

Pihak dua sebagai istri atas nama Katie, akan menjalani semua keputusan yang diambil oleh pihak pertama terkait dengan urusan rumah tangga.

"kalau begitu aku mau menambah poin!" Katie mengajukan negosiasi. "apa?" tanya James. "aku tidak mau ada kontak fisik antara kita selama pernikahan berlangsung. aku juga tidak mau kalau kita saling mencampuri urusan pribadi masing-masing, seperti yang kau bilang, pernikahan ini tidak didasari cinta, jadi kalau salah satu dari kita menemukan cintanya, maka yang lainnya tidak boleh ikut campur" tambah Katie. "tidak bisa, di dalam sebuah surat perjanjian nikah, tidak ada kontrak semacam itu, jika kau menikah, maka kontak fisik sudah dipastikan akan terjadi, lagi pula walaupun kita menikah tidak didasari cinta, tapi tetap saja tidak dibenarkan kalau kau mencintai orang lain disaat kau berstatus menikah, tunggu dulu sampai bercerai baru kau berhubungan dengan orang lain!" James memberikan sanggahan. "ini sangat merugikan aku!" gerutu Katie. "terserah kau saja, kau sudah tau pilihannya kan?" James kembali mengancam Katie.

Pada akhirnya Katie yang tidak memiliki pilihan lain terpaksa menyetujui surat perjanjian pernikahan ini tanpa menambah poin apapun didalamnya. Setelah kesepakatan sudah ditentukan maka Katie pun menandatangani surat perjanjian pernikahannya dengan James. "sial sekali nasibku!" gumam Katie di dalam hatinya.

Terpopuler

Comments

Ika Sartika

Ika Sartika

nasib nasib

2021-07-02

1

Maryani

Maryani

duh nasibmu....

2021-06-06

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!