Bab 19

Setelah dinyatakan cukup sehat, ayah diijinkan untuk pulang ke rumah. "maaf aku tidak bisa mengantarkan ayahmu pulang ke rumah" James menatap lekat ke arah Katie karena ia harus menghadapi sebuah sidang yang tidak bisa diwakilkan oleh siapapun. "tidak apa-apa, ada kami di sini" Kata Katie sambil tersenyum. "berkabarlah kalau nanti sudah sampai di rumah, aku akan segera menyusulmu setelah urusanku selesai" James membelai pipi Katie dengan lembut sambil tersenyum. "iya" jawab Katie sambil mengangguk, kemudian James pergi meninggalkan rumah sakit menuju kantor pengadilan untuk mengikuti sidang kliennya.

"Kau sangat beruntung mendapatkan James, dia sangat menyayangimu" Janie yang sejak tadi mengamati saudara kembarnya, berkomentar disebelah Katie yang sedang menatap kepergian James. "dia itu hanya dosen sekaligus bosku bukan kekasihku, kau jangan ngarang!" Katie mempertegas hubungan mereka. "tapi dia sangat mencintaimu, apa kau tidak sadar dengan semua perlakuannya terhadap dirimu selama ini?" Marie geregetan dengan sikap Katie yang terus menutup dirinya terhadap kehadiran James. "kalian saja yang belum tau siapa dia, dia bersikap begitu hanya karena kasihan padaku, nanti kalau ayah sudah sembuh juga dia akan berubah menjadi manusia yang menyebalkan kembali!" ujar Katie dalam hatinya.

Setelah tiba di rumah Katie kemudian beristirahat di kamarnya. Sudah hampir empat bulan ia tidak tidur di kamar itu. Rasa rindu yang selama ini dirasakannya terbayar sudah. Katie tertidur hampir sepanjang hari. Ia merasa sangat lelah karena terus menerus berjaga di rumah sakit selama lebih dari satu Minggu.

Katie terbangun karena mendengar suara ketukan pintu di kamarnya. "Katie, bangunlah, sudah waktunya makan malam" ibu berseru dari luar kamar. "ya Bu, aku akan segera turun" Katie menjawab dengan malas. sejujurnya ia masih sangat ingin berlama-lama tidur di kasurnya ini, tapi rasa lapar di perutnya karena ia belum makan dari siang hari tadi membuatnya terpaksa bangun.

"Pak James? sejak kapan Anda datang?" tanya Katie yang melihat sosok James duduk di ruang makan bersama anggota keluarga yang lainnya. "sudah sejak sore, tadi ibu ingin membangunkanmu, tapi pak James melarangnya" Jawab ibu sambil menyiapkan makanan yang akan dihidangkan.

Setelah makan malam, ayah kemudian menyuruh Katie menemani James duduk di halaman belakang rumah, sementara anggota keluarga yang lain kembali ke kamar masing-masing untuk beristirahat.

"apa yang kau lakukan disini sejak tadi sore?" Tanya Katie penasaran. "mengobrol dengan ayah dan ibu" Jawab James santai. "tentang apa?" selidik Katie. "pernikahan kita" jawab James lagi dengan santai. "what???" Katie terpekik mendengarnya. "apa katamu?" Katie merasa telah salah mendengar jawaban James. "pernikahan kita" ulang James datar. "no way!!!" Katie masih tidak percaya dengan apa yang didengarnya "apa maksudnya pernikahan kita? siapa yang mau menikah?" Katie mempertegas pertanyaannya. "tentu saja kau dan aku, Katie dan James yang akan menikah!" James kemudian menyunggingkan senyum liciknya seperti biasa.

"kenapa kau selalu saja memutuskan segala sesuatunya sendiri? aku tidak pernah mendengar dan menyetujui apapun tentang pernikahan ini!" Katie merasa kesal atas ulah James. "memangnya aku perlu minta persetujuanmu ya?" bisik James ditelinga Katie dengan nada mengancam. "aku tidak mau menikah denganmu, titik!" Katie mulai emosi.

"terserah kau saja, kau tau kan konsekuensinya? masih ingat rekaman itukan?" bisik James lagi kepada Katie dan mengingatkannya akan rekaman cctv saat Katie menampar James di lorong kampus. "kau sedang mengancamku? pergi kau dari sini, jangan pernah bermimpi menikah denganku!" Katie yang tidak terima kemudian melotot kearah James sambil berkacak pinggang. "selamat malam sayang, tidurlah yang nyenyak malam ini, besok pagi aku akan menjemputmu pulang ke apartemen kita" kemudian James mengecup pipi Katie yang membuat Katie semakin emosi.