Pelarian Karina
Bagaimana jika hidupmu tidak pernah tenang lantaran terus di ganggu oleh masa lalu yang kelam? Pengkhianatan di tipu habis-habisan sampai di jauhi oleh semua orang lantaran kehidupan yang semakin berantakan.
Karina, seorang gadis polos yang harus ternoda oleh ketulusan cinta.
***"
"Natal kali ini, kita akan kedatangan tamu spesial. Jadi bersiaplah,"
Jade Marcho, Pria berusia 34 tahunan yang sedang menikmati segelas kopi sambil membaca berita harian itu pun terlihat santai setelah mendengar pernyataan istrinya.
"Aku dengan dia sedikit membosankan," Anna, gadis kecil yang sedang terduduk di samping Jade pun mendekatkan wajahnya pada daun telinga sang Ayah, kemudian berkata. "Sepertinya dia cukup kolot," celetuk Anna secara terang-terangan.
Jade menghela nafas panjang setelah mendengar celotehan sang buah hati. Pria itu berpikir, sepertinya gaya bicara Anna sangat tidak pantas. Mengingat umurnya yang baru saja menginjak usia 8 tahun.
"Ayah..." Anna terlihat memelas setelah melihat ekspresi Jade, "Maaf..." Rengek gadis kecil tersebut merasa bersalah.
Menyadari hal tersebut, Maria kembali melontarkan kata teguran dengan sedikit gertakan. "Jika kau tidak bisa mengontrol ucapan mu lagi, aku akan mengirim mu ke asrama!"
Anna langsung menutup mulutnya dengan tangan, matanya menggenang seolah takut.
"Dimana Karin? Kenapa dia belum sampai?" Tanya Jade pada Maria.
Maria menggelengkan kepalanya sambil meraih ponsel. Beberapa waktu lalu dirinya memang sempat mendapatkan kabar, jika Karina sedikit mendapat kesulitan akibat pesawat yang ia tumpangi mendarat terlalu pagi.
Suara bel pun terdengar, secara berbarengan Jade dan Maria melirik kearah pintu utama. Bahkan keduanya berpikir, jika itu adalah Karina. Adiknya, yang baru saja datang dari Jepang.
"Nicko..." Maria mengembangkan senyumnya. ia semakin membuka lebar pintu utama, untuk mempersilahkan pemuda itu masuk. "Cepat sekali kau datang," celetuk Maria meledek disertai kekehan kecil.
Nicko hanya tersenyum canggung, menanggapi ucapan Maria. Keduanya langsung melangkah bersama menghampiri Jade.
"Aku pikir pemuda ini anak cocok bersama Karina. Dia terlihat tidak sabaran." ucap Maria pada Jade.
Anna menatap tajam kearah Nicko dengan sorot menilai kemudian berkata, "Apa kau pria yang akan menikahi, Bibi Karin?"
Nicko tersenyum tipis, dengan sangat percaya diri Nicko bahkan menganggukan kepalanya yang sukses membuat Jade dan Maria merasa tidak percaya.
"Wow, apa ini? Kau bahkan belum melihatnya tapi kau sangat begitu yakin." Ucap Jade meragukan.
"Bibi sangat membosankan, kenapa kau sangat yakin?" Celetuk Anna spontan.
Maria tersenyum getir, rasanya wanita tersebut ingin menyumpal mulut Anna. karena gadis kecil itu kembali mengulangi perbuatannya.
"Anna..." tegur Maria dengan ekpresi mengancam.
Anna mengerjap menghela nafas kasar, "Ayolah, kenapa kalian menutupinya. Aku pikir ini cara terbaik untuk memulai hubungan antara Bibi dan calon suaminya. Maksudku, bagaimana pun pria ini harus tau siapa Bibi sebenarnya."
Nicko menganggukan kepalanya, pria itu bahkan menepukan tangannya perlahan seolah terkesan setelah mendengar ucapan gadis kecil yang hendak berusia delapan tahun tersebut. "Mengesankan, siapa yang mengajarimu?"
"Itu tidak penting, selama kau memiliki sesuatu yang manis. Aku akan kembali bicara, dan mengatakan hal lainnya tentang Bibi." Sahut Anna menjawab santai.
Jade dan Maria hanya bisa terdiam. Tidak memungkinkan untuk keduanya kembali menggeretak sang putri di hadapan Nicko.
"Ini coklat, dan bicaralah." Ujar Nicko sambil memberikan sesuatu yang ia dapatkan dari sakunya.
"Menyerah saja, Bibi sangat kolot. Aku dengar ia pernah menjalin hubungan dengan seseorang dan saat semua itu berakhir, dia seolah telah kehilangan semangat hidupnya." Anna membuka bungkus coklat, lalu memasukan coklat tersebut kedalam mulutnya. "Ia bahkan sering pergi keluar negri untuk melupakan masalah, dan..." Sejenak Anna melirik kearah Maria dan Jade yang sedari tadi terus mengintimidasinya.
"Dan apa?" Tanya Nicko penasaran.
"Itu semua ia lakukan untuk menghidari perjodohan. Bibi selalu di desak untuk segera menikah, aku rasa itu alasan utamanya ia datang kesini."
Ingin rasanya Jade menyeret Anna kelantai dua. Entah siapa yang mengajari gadis tersebut. Jade dan Maria merasa itu cukup memalukan, jika seseorang yang tidak biasa dengan Anna akan menganggap gadis ini sedikit kurang ngajar.
"Bibi..." Anna langsung berlari menghampiri Karina begitu ia melihatnya.
Spontan Nicko, Maria dan Jade pun melirik ke arah yang sama. melihat seseorang yang mereka tunggu secara berbarengan.
"Kau datang? Kenapa tidak mengetuk pintunya?" Tanya Maria sambil berjalan menghampiri Karin.
Gadis cantik itu tersenyum tipis, lalu memeluk Maria secara singkat. "Maaf, tapi pintunya terbuka. Jadi aku langsung masuk."
"Karina, bagaimana kabarmu?" Tanya Jade menyapa.
"Seperti yang kalian lihat, aku baik-baik saja." Sahut Karina datar.
Anna langsung menarik tangan Karin dan berkata, "Ayo. Calon suami mu sudah menunggu."
Benar saja tebakan Karin, semua ini memang terlihat sudah di rencanakan. Karin tentu terlihat, santai lalu mematuhi apa yang Anna katakan untuk menemui pria yang dimaksud.
"Paman Nicko, Bibiku sudah datang. Kenapa kau tidak melihat kearahnya?"
Karina terlihat terkejut, ia mendalamkan lipatan di dahinya dan langsung melirik kearah Nicko dengan ekspresi terkejut.
"Bibi, bagaimana? Dia tampan bukan?" tanya Anna sambil menarik ujung dres yang Karin kenakan.
Sejenak Karin melirik kearah Maria, Jade dan Anna secara bergantian. Wanita itu langsung tersenyum getir, lalu mengulurkan tangannya kearah Nicko sambil berucap, memperkenalkan diri. "Ka... Karina,"
Nicko tak langsung membalas uluran tangan Karina, ia hanya terus menatap Karina dengan ekspresi datar.
Karina menarik kembali tangannya dan langsung menatap kearah Jade dan Maria. "Aku rasa ini cukup jelas," sejenak ia menghela nafas kasar lalu melirik kearah Anna. "Baiklah, antar aku menuju kamarku."
"Paman kenapa kau tidak bicara? Apa kau tidak menyukai Bibiku?" Tanya Anna memastikan menghampiri Nicko.
Tanpa mengalihkan pandangannya dari Karina, Nicko pun menjawab. "Aku menyukainya, aku sangat menyukai Bibimu!"
Bibir Karin bergetar, seketika wajahnya memanas setelah mendengar pernyataan Nicko. "Bodoh!" Batin Karin mengumpat.
"Astaga," Maria membuka mulutnya seolah tak percaya, "Benarkah? Bukankah itu bagus?" tanya Maria pada sang suami.
"Aku tidak tertarik," Karina langsung meraih kopernya, berlalu dari hadapan mereka. "Sepertinya aku tidak bisa tinggal dengan kalian,"
"Ke... Kenapa? Lagi pula Paman Nicko tinggal tidak jauh dari sini. Kalian bisa memanfaatkannya untuk lebih saling mengenal." Tanya Anna sambil membujuk.
Karin tak menggubrisnya, ia lantas pergi tanpa mengatakan sepatah katapun.
Maria mengerjap, merasa malu atas tindakan kurang menyenangkan, yang dilakukan Karin di hadapan Nicko. Wanita itupun berdecak, "Entah siapa pria yang membuat Karin menjadi seperti ini, aku ingin membunuhnya!" gerutu Maria jengkel.
"Itu masalahnya, setidaknya kita semua sudah melakukan yang terbaik." Jade menghampiri Maria lalu mengelus bahunya, guna menenangkan sang istri. "Aku rasa, kau harus lebih memperhatikan Anna sekarang."
Sejenak Maria melirik kerah sang buah hati yang terus saja mengoceh.
"Paman..." Pekik Anna, sambil mendengus jengkel saat Nicko pergi begitu saja, sesaat setelah Karina mengundurkan diri.
"Kenapa? kemana Nicko?" tanya Maria menghampiri sang buah hati.
"Dia cocok sekali dengan Bibi, menyebalkan. saat aku bicara dia bahkan langsung pergi, dan mengabaikan aku begitu saja." Anna meremat sehelai roti yang berada diatas piring dengan penuh kekesalan, "Aku akan memukul paman itu, jika dia berani datang kembali." celetuk Anna mengancam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
DEER_
smngt sayang
2024-08-07
0
Ayu Erta
baru menyimak
2024-06-15
0
Rafika Aprilyanti Alfian
thooor nyimak dulu yah😁
2022-01-29
0