Episode 6

Mata Karina terbelalak, semua ini cukup mengejutkan. bagaimana jika pria yang sedang membawa Karina tersebut adalah salah satu dari para pria hidung belang yang menatapnya.

"Tunggu!" Karina melepaskan tangannya dari pria tersebut secara paksa, "Si... siapa kau?" tanyanya dengan suara bergetar.

Pemuda itu terus saja menatap Karina dengan sorot yang menilai penuh kekaguman. ia tersenyum tipis, kemudian mengulurkan tangannya untuk memperkenalkan diri. "Aku Nicko, Nickolash Virgo."

Karina masih merasa jika itu semua tidak cukup. ia masih saja berpikir, jika seseorang bernama Nicko tersebut adalah satu diantara para pria yang tadi menatapnya.

"Aku temannya Helen." timpal Nicko meyakinkan.

Karina langsung mengubah ekspresi wajahnya. ia langsung meraih tangan Nicko kemudian berkata. "Dimana Helen? cepat bawa aku padanya."

"Ia sedang menikmati Koktail, di lantai atas."

"What?" Karina mengeratkan giginya dengan kesal, "ini sudah hampir dua jam, dia berjanji padaku jika setelah dua jam kita akan pulang!"

Nicko hanya mengangguk memiringkan senyuman. suasana di ruangan itu memang terlihat lebih sepi. lebih tepatnya seperti ruangan pribadi. "Ayo duduklah, kau tentu tahu pasti bagaimana Helen. dua jam kembali? aku pikir dia hanya berusaha membodohi mu."

"Shit!" Karina mendengus, ia berpikir apa yang akan dirinya lakukan selama itu. tentu tidak mungkin untuk terus saja menunggu Helen, yang jelas-jelas ia selalu saja kembali pada waktu hampir pagi.

"Duduklah," titah Nicko melangkah menuju sofa lalu menuangkan segelas Vodka. "Setelah ini aku akan mengantarmu pulang."

Karina menatap canggung kearah Nicko. ia berpikir, haruskah dirinya mempercayai pria tersebut? Nicko memanglah tampan, tapi bisa saja ini hanyalah siasat pria itu untuk melumpuhkannya. "Aku harus tetap berhati-hati," batin Karina mendekat waspada.

Untuk beberapa saat, suasana terasa hening. baik Nicko maupun Karina. keduanya hanya saling terdiam, tanpa mengeluarkan kata.

Sungguh, bagi Karina ini sangatlah tidak nyaman. berada dalam satu ruangan bersama seorang pemuda yang baru saja ia kenal. Terlebih, Nicko terus saja menatapnya tanpa mengedip sedikitpun. hal itu sukses membuat Karina berpikir, jika Nicko sedang membayangkan sesuatu yang memalukan bersama dirinya.

"Kenapa?" tanya Nicko memulai pembicaraan.

Spontan Karina tersentak membulatkan matanya, "Hah?"

"Kenapa kau diam?" tanya Nicko kembali sambil menyodorkan segelas Vodka "Kau takut?"

"A... aku ingin kembali sekarang, bisakah kau mengantarku melewati para pria di depan?" ucap Karina memelas.

Astaga, Nicko benar-benar tertarik. tidak hanya cantik, kepolosan Karina sukses membuat pria tersebut semakin gemas. tidak sia-sia Nicko membawa Karina masuk kedalam ruangan pribadinya. karena sejatinya, Nicko adalah si pemilik Bar Danger.

"Kau terlihat sangat berbeda dengan Helen," Nicko memangkas jarak antara dirinya dan Karina. "menurutku, kau sepertinya tidak cocok bergaul dengannya. maksudku, apa kau tidak khawatir jika Helen akan membawa pengaruh buruk terhadapmu?"

Karina menggeser tubuhnya untuk kembali menciptakan jarak saat Nicko mendekat, lalu kemudian menjawab. "Itu tergantung,"

"Tergantung?" Nicko memperdalam tatapannya memandang Karina intens.

"Kemungkinannya hanya ada dua, Aku atau Helen yang akan terpengaruh." sejenak Karina menghela nafas panjang, lalu tersenyum getir dengan kepala menunduk. "Aku sedang berusaha memposisikan diriku untuk membuat Helen yang terpengaruh, hingga pada akhirnya dia bisa meninggalkan kebiasaan buruknya."

Nicko tertegun, jawaban yang Karina berikan sangat membuat dirinya terkesan. bahkan sepertinya, ia menjadi sangat tertarik dan penasaran pada sesosok gadis yang sedang duduk tepat di sebelahnya tersebut.

"Baiklah," Karina beranjak, diikuti lirikan mata Nicko. "aku harus kembali, ini sudah hampir pukul satu pagi."

Semburat senyum Nicko tercipta. pria itu lantas meraih kunci mobil dan ponselnya, yang tergeletak di atas meja lalu mendirikan tubuhnya sejajar dengan Karina. "Aku akan mengantarmu pulang, kebetulan tempat tinggal mu dengan Helen tak jauh dengan apartemenku."

"Bagaimana bisa?" Karina melebarkan bola matanya dengan mulut sedikit terbuka, "Apa kau penguntit?"

Nicko mengalihkan sorot matanya keatas seolah berpikir, "Aku hanya menyukainya, jadi aku beli saja." sahut Nicko kikuk.

"Hah? jadi kau menyukai Helen?"

"Bukan Helen, tapi apartemenya."

"Ohhh..." sahut Karina sambil menganggukan kepalanya perlahan.

"Dan aku juga menyukaimu," celetuk Nicko spontan sambil berlalu.

Karina terpaku, ia tak bisa mencerna dengan baik apa yang Nicko katakan.

"Jika kau masih betah di sini, maka aku akan meninggalkanmu." ucap Nicko dengan langkah yang semakin terlihat menjauh.

"Tidak, tunggu aku..." pekik Karina mengejar.

Di tempat lain. Helen sudah kehilangan kendali akibat terlalu banyak mengkonsumsi minuman beralkohol. tetapi itu semua bukanlah masalah, bahkan setelah ini dirinya akan menghabiskan malam yang panjang dengan seorang pria untuk memenuhi hasrat sexsualnya.

"Vano," Helen menarik kerah pakaian yang Vano kenakan lalu mengelus wajahnya perlahan, "Berani sekali kau memberiku obat perangsang." Helen terkekeh, sejenak ia menghentikan ucapannya lalu ******* bibir Vano singkat. "Tak usah menggunakan pil sialan itu, aku pasti akan memuaskanmu malam ini. dasar bajingan," tegasnya menghardik.

Vano memiringkan senyumnya, sambil membuka penyangga yang Helen kenakan. "Aku pikir kau akan menolak, aku sangat menginginkannya," sejenak Vano mengecup leher Helen dan meninggalkan tanda kepemilika disana, "Lakukan sekarang." ucap Vano memerintah.

"Bodoh, bagaimana bisa aku menolakmu? dasar tidak sabaran." Helen meraih sesuatu yang mengeras dari balik celana Vano. wanita itu mengelus dan menjilatnya dengan sangat terlatih hingga sukses membuat Vano melengking nikmat.

"Ahhh...." Vano melenguh, ia menekan tengkuk Helen agar kelelakiannya bisa lebih dalam menerobos rongga mulut wanita tersebut.

Tangan Helen tak tinggal diam, ia terus saja mengelus bagian kecil di atas pucuk payudaranya yang semakin mengeras.

Kewanitaan Helen terasa gatal. cairan hangat terus saja mengalir keluar, terlebih efek obat yang Vano berikan benar-benar membuatnya semakin tidak tahan. Helen langsung memposisikan dirinya duduk di atas pangkuan Vano. ia mengarahkan kelelakian Vano masuk kedalam lubang miliknya.

Jleb...

"Ahhh..." Vano dan Helen mendesah panjang, saat mereka sama-sama merasakan jika kelelakian Vano sudah berhasil di tenggelamkan.

Helen mulai mulai menggoyangkan tubuhnya sambil mengecupi sudut bibir Vano. ******* dan mencecap sampai memainkan lidahnya disana. suhu tubuh mereka meningkat pesat. tangan Helen bahkan meremat kuat rambut pria tersebut saat merasakan nikmat luar biasa dari sensasi hisapan yang Vano berikan pada bagian dadanya.

"Kau terlalu nakal," ucap Vano sambil merubah posisi.

Helen menggigit bibir bawahnya saat merasakan hentakan kuat tubuh Vano menyentuh titik terdalam miliknya.

"Ahmmm... lebih cepat, sayang." ucap Helen mengerang.

Padahal ini bukan kali pertama mereka melakukan aktifitas ranjang. Helen selalu saja merasa dirinya terpuaskan, begitupun juga Vano.

Hubungan mereka tidak lain hanyalah sebatas teman. menurut Vano dan Helen, ini hanyalah kesepakatan kecil karena mereka akan sama-sama mendapatkan keuntungan dalam menyalurkan hasrat.

Terpopuler

Comments

Keponk

Keponk

sukur siang
hoooh panas thor🤣🤣🤣

2022-05-04

0

Meylin

Meylin

,🔥🔥🥵

2021-12-29

0

Heny Ekawati

Heny Ekawati

helen tak pantas jdi temen lo karin

2021-06-04

0

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 83 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!