"Aku mencintaimu," ucap Nicko lalu memangkas jarak dan langsung mengecup bibir Karin singkat penuh kelembutan.
Air mata Karin menetes, ia terpaku dengan bibir yang terasa kelu. Seluruh tubuh Karin begetar hebat, dadanya bahkan terasa sangat sesak.
Ingin rasanya Karin mendorong pria yang sedang mengecupi sudut bibirnya. Menampar bahkan menghardik pria tersebut dengan emosi yang memuncak. Namun, semua itu terasa sulit karena Karin hanya sedang berada di alam bawah sadarnya.
"Ahhhh..." Karin menjerit, tangisannya pecah saat wanita itu tersadar dari mimpinya. "Aku membencimu, Nicko! Aku sangat membencimu!" Pekik Karin seolah menjawab apa yang telah Nicko baru saja ungkapkan dalam mimpinya.
Karin beranjak, mengatur nafas dan langsung meraih segelas air di atas nakas yang berada di samping tempat tidurnya. Dadanya masih saja terasa sesak, air matanya mengalir dengan sangat nyata meskipun itu semua hanya perasaan Karin, yang terbawa hanyut dalam mimpinya.
Mimpi bagi sebagian orang hanyalah bunga tidur, tapi tidak untuk Karin. Seolah memiliki duri. bunga tersebut selalu saja berhasil menusuk relung batinnya dan hanya membuat hidup Karin, juga perasaannya semakin hancur.
Sesuatu yang mungkin saja sudah menjadi kebiasaan. Setiap kali Karin mendapatkan kilas balik dari masa lalunya melalui mimpi, ia akan mendapatkan kesulitan untuk kembali terlelap. Karin juga beranggapan, jika semua itu adalah bencana yang merepotkan. Belum lagi, jika esok hari dirinya di haruskan pergi bekerja.
Karin menyeka air matanya, ia menatap pandangan kota dari balkon apartemen sambil menetralkan pikirannya. Wanita itu bahkan membawa sebatang rokok, dan menghisapnya sesekali untuk mendapat ketenangan.
"Ini tidak bisa di biarkan," gumam Karin setelah menghembuskan asap dari mulutnya ke udara.
Berulang kali Karin mendapat panggilan dari Maria dan Jade. Sepertinya kedua orang itu cukup khawatir, setelah Karin lebih memilih tinggal diluar. Bahkan ada sebuah nomor asing yang Karin kenali, pada akhirnya nomor tersebut kembali menghubunginya setelah sekian lama Karin menghapusnya dari daftar kontak.
Ingin rasanya Karin melarikan diri. Namun, saat ini ia sudah terjebak dalam sebuah kontrak. Memiliki gelar seorang Dokter dan bermodalkan sertifikat penghargaan terbaik memudahkan Karin untuk mendapat pekerjaan. Bahkan tak sedikit orang terpandang yang bergelut di bidang tersebut mengajak Karin untuk bergabung dalam Rumah Sakit yang mereka pimpin.
"Satu tahun, hanya satu tahun!"
Sementara itu, Karin justru tak menyadari. Jika ada seseorang yang sedang memperhatikan gerak-geriknya menggunakan teleskop. "Kau bahkan tidak berubah, tetap terlihat cantik meskipun aku sudah menghancurkan hidupmu." Gumam Nicko dari balik jendela apartemennya.
Seketika Nicko teringat, bagaimana dulu dirinya dan Karin saling memuja. Setiap waktunya selalu mereka habiskan bersama, Nicko sampai tak bisa menjauh dari wanita tersebut meskipun hanya sesaat.
"Aku mencintaimu," Karina meraih wajah Nicko dan mengelusnya. "Aku sangat, sangat mencintaimu!"
Nicko sama sekali tak menggubrisnya, ia hanya terus membelai rambut Karina sambil mengelus punggung wanita tersebut lalu mendekapnya dengan sangat erat.
Wewangian yang khas dari Karina seperti pemikat. Nicko benar-benar sudah di butakan oleh api cintanya yang semakin membara.
"Nicko aku..."
Pemuda itu langsung meraup bibir Karina, mengecup lalu meluma*tnya dengan penuh kehati-hatian. jantung Karin berdebar kencang, ia merasa ada sesuatu yang bergejolak didalam sana. Tapi Karin sendiri tidak mengetahui jika itu, apa?
Hembusan angin, dan kilat petir kembali menyadarkan Nicko. Pria itu bahkan langsung meraih ponselnya dan kembali menghubungi nomor ponsel yang berada dalam kontaknya. Kekasih, Nama itulah tertera jelas dilayar ponsel. Siapa lagi pemiliknya jika bukan Karin.
Karin sudah tak menerima panggilan dari Jade dan Maria. semua itu adalah ulah Nicko, yang telah memberi tahukan pada Jade dan Maria. Jika Karin tinggal tepat satu gedung dengannya.
Entah semua itu hanyalah kebetulan ataupun takdir. Karin sendiri sepertinya tak akan menyangka, jika pria yang Jade dan Maria jodohkan dengannya adalah pria yang ia benci dan pernah menghancurkan perasaannya dimasa lalu.
"Aku merindukanmu, Karina. Maaf jika aku pernah membuatmu kecewa," gumam Nicko penuh penyesalan.
Hujan mulai turun, anehnya Nicko sama sekali tak memperdulikan hal tersebut. Ia terus saja terjaga, menatap Karina dari kejauhan menggunakan teleskop.
Tak jauh berbeda, Karina nampak tengah menikmati tetesan demi tetesan air yang mulai mengguyur tubuh indahnya. Perlahan wanita tersebut memejamkan matanya, kemudian berkata. "Kenapa setiap kali kau datang, kau selalu mengingatkanku pada pria brengsek itu?" Karina menangis, meskipun air matanya kini sudah tersamarkan oleh tetesan hujan. "Aku mohon, bantu aku melupakannya. Ini benar-benar sangat menyiksa," lirih Karina terisak.
Keesokan harinya. Karina sudah mempersiapkan diri untuk menuju rumah sakit di pusat kota, Tempat ia bekerja. Anggap saja jika Karina sekarang sedang tidak baik-baik saja. Wanita itu menjadi lebih pemurung, bahkan bayang-bayang Nicko yang menyakitkan masih saja terus menghantuinya.
Bagaimana pun juga, Karian tetap profesional. Ia tak pernah menyangkut pautkan masalah pribadi, dengan urusan pekerjaan. Dalam hal ini, pekerjaannya cukup berperan penting, karena bisa membuat Karina melupakan Nicko sejenak.
"Dokter, Karina."
Karina menghentikan langkahnya, saat wanita itu sedang berjalan di sebuah lorong rumah sakit.
"Ini..." salah seorang rekan seprofesinya memberikan selembar surat, "Di sana tertulis, jika hari ini kau harus menggantikan Dokter Tian."
"Kenapa harus aku?" Tanya Karina mengerutkan dahi.
Wanita yang sedang berbicara dengan Karina, bernama Sandra itupun menjawab. "Direktur bilang karena kau masih baru, ia pikir ini cara yang bagus untuk menguji kemampuanmu."
Karina mengerti, ia langsung meraih selembaran kertas di tangan Sandra lalu berkata. "Baiklah, aku mengerti."
"Aku, Sandra. Dari bagian spesialis penyakit dalam." Sandra melebarkan senyumnya sambil mengulurkan tangan, "Kita akan sering bertemu di ruangan oprasi, Ku dengar kau Dokter yang cukup handal."
Karina tersenyum tipis, ia selalu saja bersenang hati menerima sapaan atau teguran dari orang-orang yang baru dirinya kenal. Bahkan sepertinya, mulai saat ini Sandra akan menjadi teman baiknya.
"Boleh aku meminta sesuatu darimu?"
"Apa?" sahut Karina bertanya.
Sejenak Sandra melirik kekiri dan kekanan, untuk memastikan jika situasi sudah aman. wanita itupun memangkas jarak diantara dirinya dan Karin, kemudian mendekatkan wajahnya pada daun telinga Karina lalu berkata. "Aku ada kencan dengan kekasihku,"
"Lalu?" Karina menjawab dengan suara terendah.
"Setelah jam makan siang, sepertinya aku akan terlambat. pasien ruangan 107, menderita sakit radang paru-paru. kondisinya cukup baik, sesuai prosedur rumah sakit. kita para Dokter diharuskan memeriksa keadaan pasien selama dua jam sekali."
Karina menghela nafas panjang, ia mengerti dan dapat mencerna segala yang Sandra katakan. "Baiklah, untuk kali ini saja."
"Ahhh..." Sandra langsung memeluk Karina dengan begitu erat, "Sudah kuduga, kau memang begitu baik." celetuk Sandra memuji.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
DEER_
aku mampir
2024-08-07
0
________
masih belum paham
2021-11-09
1
Sutiya Ningsi
visual nya thor😊
2021-05-22
0