Karina memutar badan setelah Johan benar-benar sudah keluar meninggalkan rumahnya. gadis itu terus saja menyembunyikan wajahnya, ia sama sekali tak berani untuk menatap kearah Nicko setelah tatapan pria itu selalu sukses membuat hatinya terguncang.
"Nicko, aku rasa kau juga harus pulang. Helen sedang tidak sadarkan diri, aku terlalu gugup untuk menghadapi mu sekarang." tukas Karina kepada pemuda yang sedang santai menyeruput kopinya.
"Kenapa? apa kau takut? aku tak akan melakukan apapun padamu?" Nicko terus saja mencari alasan agar dirinya bisa lebih lama berada di tempat itu.
"Tidak, maksudku aku hanya..."
"Apa yang kau khawatirkan Karina? kau tau aku menyukaimu bukan?" sejenak Nicko menghela nafas kasar lalu melangkah mendekati Karina. "Apa kau menolakku? kau bahkan tidak memberikan reaksi apapun setelah aku berkata jujur." Nicko meraih bahu Karina menatap lekat wanita cantik tersebut, "lihat aku Karina, tatap mataku. setidaknya tolong berikan aku kesempatan untuk bisa lebih memahamimu,"
Karina mengerjap, entah bagaimana dirinya harus menjawab pernyataan Nicko yang terus menyudutkannya. untuk sesaat Karina berpikir, lalu berkata. "Memahami bagaimana? kau tahu aku memiliki sebuah trauma masa lalu. dan itu dilakukan oleh Ayahku sendiri. aku takut terluka, seperti apa yang Ibuku rasakan."
"Percayalah Karina," Nicko meraih tangan gadis itu dan meletakan tangan tersebut di bagian dadanya. "Kau bisa merasakannya? hatiku berdebar setiap kali aku berada di sisimu. kau cantik, pintar, dimata ku, kau begitu sempurna."
Karina membisu, kenyataannya itu semua tak cukup untuk meyakinkan perasaannya. bagaimana jika kalimat itu hanya berlaku untuk beberapa saat? lagi pula, Karina juga yakin. melihat bagaimana status dan apa yang Nicko miliki sekarang, pasti tidak sedikit para wanita yang mengincarnya.
"Bagaimana? kau bersedia?" imbuh Nicko bertanya penuh harapan.
Karina menggelengkan kepalanya perlahan. tatapan sendunya tak berarti menolak karena sejujurnya, ia cukup terkesan pada pemuda tersebut.
Nicko menghembuskan nafas kekecewaan. ia mengerjap dengan gigi yang mengerat.
"Beri aku sedikit waktu, ini terlalu singkat." ucap Karina sambil menggigit bibir tipisnya cemas. satu hal yang Karina takutkan adalah, Nicko tak bisa menerima keputusannya sekarang, lalu pria itu akan langsung menikamnya untuk melampiaskan rasa kesal.
"Baiklah, dua minggu." sahut Nicko santai.
"Tidak, satu bulan." timpal Karina cepat.
"Satu minggu, tidak ada penawaran." sambung Nicko menolak
"Baiklah, dua minggu." rengek Karina memelas.
"Tiga hari, itu cukup." Nicko menyunggingkan senyumnya sambil menatap gemas saat melihat Karina diselimuti kecemasan.
Karina melupakan sesuatu, bagaimana mungkin ia bisa menang dalam menghadapi pembisnis ulung seperti Nicko. apalagi dalam hal bernegoisasi, itu sangatlah mustahil.
"Terserah," celetuk Karina mengerucutkan bibir, sebal.
Cup...
Karina terpaku, matanya membulat sempurna saat Nicko berhasil mengecup pipinya tanpa permisi. "kau..."
"Tiga hari lagi, kau akan menjadi kekasihku. anggap saja ini sebuah pemanasan." tukas Nicko tanpa memudarkan senyuman.
Nicko terlihat begitu narsis, pria itu bahkan langsung berlalu begitu saja setelah berhasil mendaratkan bibirnya di pipi Karina.
"Astaga, dia membuatku gila." gumam tersebut memelas.
Bagaimana tidak? tak hanya dirasakan oleh Nicko. Karina semakin merasakan jika debaran di dadanya kian berpacu. tubuhnya terasa tak bertenaga, setelah ia bisa dengan jelas merasakan bibir lembut Nicko menyentuh kulit wajahnya.
"Nicko tunggu," pekik Karina menghentikan Nicko yang hendak berlalu.
"Apa? kau ingin lebih dari sebuah ciuman? apa itu kurang?" ucap Nicko meledek.
Sepertinya Nicko tak sepenuhnya berubah dalam waktu singkat. menurut Karina ucapan Nicko lebih mengarah tepat ke rayuan mesum. atau mungkin, itu hanya perasaannya saja karena sebelumnya Karina hanya berinteraksi dengan Johan si pendiam.
"Ka... kau akan menepati janjimu kan?"
"Apa aku pernah berjanji padamu?" tanya Nicko heran, sepertinya Nicko telah melupakan sesuatu.
Karina tersenyum canggung, lalu menjawab. "Ini soal Helen."
Nicko menyeringai, ia menganggukan kepalanya dengan cepat. "Apapun yang kau inginkan, aku akan langsung memenuhinya demi calon kekasihku."
Wajah Karina merona, belum genap tiga hari saja Nicko sukses membuat dirinya menggila. entah akan ada kejutan apa lagi setelah ini. Karina harap, ia bisa mengambil keputusan yang tepat saat waktu itu datang.
Ditempat lain. saat Nicko berjalan keluar dari hunian Karina, ia tak menyadari jika dirinya sedang di perhatikan oleh seorang pria dari dalam sebuah mobil.
"Aku merasa pemilik Bar itu memiliki niat jahat untuk Karina," Johan mendalamkan lipatan di dahinya sambil terus menajamkan tatapan kearah Nicko yang sedang berjalan menuju apartemennya. "Aku tidak akan membiarkan Karina menjadi seperti Helen. bagaimana pun juga, jika semua ini terus di biarkan, maka Karina juga akan terseret."
"Johan..."
Spontan Johan melirik ke samping lalu membuka kaca jendela mobilnya.
"Kenapa kau disini? kau bilang akan kembali pulang. apa ada sesuatu yang tertinggal." tanya Karina memastikan.
Johan menggelengkan kepalanya, ia kembali mengalihkan tatapannya kearah Nicko yang kini sudah tak terlihat.
"Johan? kenapa kau diam?"
"Karina, kenapa kau sangat keras kepala? sudah aku katakan padamu. jauhi pemilik Bar itu. ia berbahaya," gerutu Johan penuh kekesalan.
Karina terlihat kikuk, ia memikirkan sebuah alasan yang tepat untuk menjawab pernyataan Johan. tapi sepertinya, Johan tak akan menerima pembelaan Karina dalam bentuk apapun.
"Johan aku minta maaf, tapi sepertinya dia tidak seburuk yang kau pikirkan." sahut Karina meyakinkan agar Johan tidak terus-terusan menilai Nicko dengan kebencian.
"Apa ini?" Johan terkekeh mengalihkan sorot matanya, "Kau sedang membelanya?"
Karina mengibaskan tangannya sambil menggelengkan kepala dengan cepat, "Tidak, justru aku-lah yang mengambil keuntungan darinya."
"Keutungan?"
Karina mengangguk pelan, kemudian menjelaskan. "Aku sudah mengatakan keluhan kita padanya tentang Helen, ia berjanji akan membantu kita berdua untuk menghentikan kegilaan Helen."
"Kau bercanda?" Johan merasa Karina benar-benar sudah di bodohi oleh Nicko, bahkan alasannya sangatlah tidak masuk akal, hanya untuk meghentikan kegilaan Helen.
"Percayalah Johan, aku bisa menjaga diriku. jika dia berani macam-macam, maka aku akan langsung memberi tahu hal itu padamu. dan kau bebas untuk memukulnya seperti yang pernah kau lakukan pada temannya Helen beberapa waktu lalu." tegas Karina membujuk sambil memberikan keyakinan pada Johan.
"Baiklah, kau bebas melakukan apapun. aku tak akan ikut campur," Johan langsung menyalakan mesin mobil dan menutup kaca mobilnya.
"Johan, aku..."
Belum sempat Karina mengatakan sesuatu, pria itu langsung pergi begitu saja mengemudikan kendaraannya dengan laju yang cepat.
Karina memelas, ia tak kuasa melihat sikap dingin yang Johan tunjukan. sungguh, ini adalah kali pertama Johan mengabaikan Karina begitu saja. sebelumnya Johan begitu peduli, ia sangat perhatian dan selalu mendukung segala sesuatu yang Karina lakukan.
"Johan, maaf." lirih Karina merasa bersalah.
Johan hanya takut, sejauh yang ia kenal Nicko adalah pria yang sering mempermainkan wanita. ia takut jika Karina akan menjadi korban dari pria tersebut, karena jika itu terjadi kehidupan Karina benar-benar akan berakhir.
KOMENNYA DONG, BIAR MAKIN SEMANGAT. LIKENYA SAMA VOTE JANGAN LUPA.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
DEER_
kerennnn
2024-08-07
0
KomaLia
makin penasaran aja
2021-04-03
1
SAD🌷🌷🌷elis
ak msh nyimak tor....🤔🤔🤔🤔
2021-03-17
1