Episode 7

JANGAN LUPA JEJAK, VOTE DAN LIKENYA.

"Uwekk..."

Saat sedang menyantap cemilan, Karina tersentak. sorot matanya langsung melirik kearah daun pintu yang terdorong kasar disertai suara muntahan yang menjijikan.

"Shit!" umpat Karina jengkel. siapa lagi yang melakukan semua itu jika bukan Helen.

"Uwekk..."

Seketika perut Karina merinding, ia tak kuasa menyaksikan sesuatu yang menjijikan tersebut. lalu dengan cepat, Karina beranjak masuk kedalam kamar.

Seperti yang pernah Karina katakan pada Nicko. hanya ada dua kemungkinan, Karina atau Helen yang akan terseret kedalam dunia yang sedang mereka jalani masing-masing. Besar harapan keyakinan Karina sematkan didalam hatinya, ia tak selalu berusaha menahan diri dan memposisikan dirinya dijalan yang benar. agar Karina tidak terseret masuk dalam pergaulan Helen, tanpa harus menjauhi wanita tersebut.

"Karina..."

Karina lantas menghentikan langkahnya dengan badan yang memutar menghadap sumber suara.

"Johan?" sejenak Karina bergidik jiji saat ia kembali melihat Helen yang masih saja memuntahkan isi perutnya. "Awas, Helen masih mabuk."

"Aku tahu itu, aku yang sudah membawanya kembali." ucap Johan menjelaskan.

Johan Mauren, Seorang anak konglomerat yang selalu saja memperdulikan Karina melebihi siapapun. bahkan bisa dikatakan, jika Johan adalah teman pria satu-satunya yang Karina miliki. Keduanya cukup akrab, karena dari pandangan Karina sendiri, Johan tidak pernah menatap atau melontarkan kalimat rayuan seperti para pemuda genit lainnya lakukan.

"Kenapa kau semalam bersama dengan pria pemilik, Danger Bar?" tanya Johan mencecar.

Bisa Karina lihat, Johan seperti sedang mengkhawatirkan dirinya. dan ekspresi tersebut sudah biasa Karina lihat di wajah tampan milik Johan.

"Oh pria itu," Karina menggelengkan kepalanya dengan senyum yang mengembang. "dia hanya mengantarku, tidak lebih."

"Benarkah?" Johan meraih bahu Karina menatap mata wanita cantik itu dengan intens, "apa dia melakukan sesuatu yang buruk padamu?"

"Sesuatu yang buruk?" Karina mengerutkan dahinya setelah mendengar pertanyaan konyol tersebut. ia terkekeh sesaat setelah dirinya mulai mengerti perihal maksud yang sedang Johan tanyakan. "Dia tidak melalukan apapun, aku bahkan tidak memiliki kontaknya. itu hanya kebetulan, saat Helen meninggalkan ku semalam."

"Kau serius? tidak memiliki akses komunikasi apapun dengannya?"

"I..." ucapan Karina terhenti saat ponsel yang sedang ia genggam tiba-tiba saja bergetar. "Siapa?" gumam Karina saat wanita tersebut tidak mengenal nomor panggilan yang baru saja masuk kedalam ponselnya.

"Hallo?" ucap Karina menjawab panggilan, lalu matanya terus tertuju pada Johan seolah memberikan isyarat agar pria di hadapannya tidak bersuara. "Ba... baik, aku mengerti." imbuh Karina menutup panggilan.

Johan terus menatap Karina, tak menampik setelah dirinya menyaksikan wanita tersebut menerima panggilan dengan kikuk. rasa penasaran Johan kian mencuat.

"Pemilik Bar Danger?" ujar Johan seolah bertanya.

Karina tersenyum canggung menanggapi apa yang Johan tanyakan, "Tapi semalam aku benar-benar tidak bertukar nomor ponsel dengannya. sungguh aku tidak bohong, aku juga tidak mengerti kenapa ia bisa mengetahui nomor ponselku." tukas Karina memberi penjelasan.

"Aku mengerti," sahut Johan menjawab singkat. Pemuda itu lantas langsung mengangkat tubuh Helen tanpa rasa jiji sedikitpun dan membawanya masuk kedalam kamar.

"Hey..." Karina memekik dengan ekspresi wajah heran. "Apa yang kau lakukan?" imbuh Karina bertanya.

Johan pun menjawab sambil berlalu, "Memindahkan Helen. apa kita akan membiarkan si bodoh ini tak berdaya di ambang pintu?"

"Hah?" Karina terlihat tidak percaya. Johan bahkan membaringkan tubuh Helen dengan sangat berhati-hati di atas ranjang. Karina bahkan bisa mengetahui jika sepertinya Helen semalam telah bersenang-senang, semua itu dapat dibuktikan dengan tanda kecupan yang terlihat jelas di bagian dada Helen yang tersorot.

"Bawakan aku air dan lap basah, aku akan membersihkan tubuhnya." ucap Johan memerintah pada Karina.

Gadis itu pun mengiyakannya, Karina berlalu begitu saja untuk mengambil apa yang Johan minta darinya. sedangkan Pemuda itu melepaskan alas kaki yang masih Helen kenakan secara beraturan.

"Sampai kapan kau akan menyiksa dirimu, Helen?" gumam Johan menghela lalu menghela nafas panjang.

"Ini," ucap Karina memberikan. sungguh, bau alkohol yang sangat kuat sukses membuat Karina merasa mual. ia sama sekali tak.berani mendekati Helen, sedangkan Johan terlihat santai menangani wanita yang masih kehilangan kesadarannya tersebut.

"Jika kau tidak kuat, kau bisa keluar."

Karina terdiam, ia yang sedang berdiri memperhatikan di ambang pintu kamar pun sampai membulatkan matanya begitu melihat Johan dengan santai membuka satu-persatu kancing pakaian yang Helen kenakan. "Kau yakin?" celetuk Karina bertanya.

"Jika kau meragukan ku, maka lakukanlah." sahut Johan santai.

Karina menggelengkan kepalanya dengan cepat setelah mendengar jawaban Johan. gadis itu langsung memutar badan meninggalkan Johan dan Helen berdua disana. sebenarnya, Karina cukup khawatir. Namun, sepertinya hal berbau se*x bagi Helen bukanlah hal yang asing.

Tanpa Karina berbicara secara gamblang. kelakuan Helen memanglah pantas dikatakan seperti layaknya seorang jalang. akan tetapi, Karina selalu membungkam mulutnya karena tak ingin membuat Helen tersinggung.

"Astaga," Karina tersentak memundurkan langkahnya saat ia melihat Nicko sudah berada tepat dihadapannya. "Ka... kau...?"

"Kenapa tidak membalas pesanku? kenap tidak menjawab panggilanku?" tanya Nicko mencecar.

Karina menelan salivanya dengan bersusah payah. ia terus saja memundurkan langkahnya, saat Nicko terus saja mendekat hingga tubuh Karina sudah mengenai pembatas tembok.

"Jawab aku, kenapa kau diam?"

Karina benar-benar terintimidasi, ia tak mengerti kenapa pria yang baru saja ia temui semalam bisa seagresif ini. padahal sebelumnya, dalam panggilan Nicko hanya menyuruh Karina untuk menyimpan nomor ponselnya.

"Tu... tunggu, kenapa kau disini? maksudku kenapa secepat ini kau berada di hadapanku?" sahut Karina terbata, kembali melempar pertanyaan.

Nicko berdecak, sejenak ia mengalihkan tatapannya lalu mengerjap. "Aku sudah mengatakannya padamu, jika tempat tinggalku ada di sebrang sana."

Nafas Karina tak beraturan. kegugupannya lebih mengarah pada rasa takut. bahkan detak jantung Karina terus saja berpacu layaknya sehabis berlarian.

"Baiklah," Nicko menciptakan jarak diantara Karina dan dirinya. pemuda itu mulai mengabsen setiap inci sudut ruangan kemudian berkata, "Cukup rapi, siapa sangka dibalik hunian sempit ini terdapat bidadari cantik sepertimu." ucap Nicko menggoda dengan sorot mata nakal.

Karina tersenyum getir. pernyataan tersebut sudah sering kali ia dengar dari para buaya kampus yang mengincarnya. dan menurut Karina itu terlalu biasa.

"Maaf, sepertinya Helen tidak bisa menemui mu. dia baru saja kembali dan masih mabuk." ujar Karina canggung.

"Siapa bilang? aku tidak datang untuknya. akan tetapi untukmu."

"Hah?"

"Apa aku perlu mengulangnya?" Nicko meraih tangan Karina dan membawa gadis tersebut menuju sofa. "Duduk bersamaku, dan ceritakan segalanya tentang dirimu."

Apa ini? sikap Nicko benar-benar membuat Karina kebingungan. gaya bicara dan sikapnya sangatlah terang-terangan, entah apa maksud dan tujuan pemuda tersebut. sejauh ini Karina masih terlihat tenang untuk menghadapinya.

Terpopuler

Comments

Cimol bojot kavling keuangan

Cimol bojot kavling keuangan

sejauh ini mampir masih menikmati... tapi aku suka 😊

2021-06-14

1

pembaca dalam hati

pembaca dalam hati

cukup wow lah buat Nicko lngsung terang terangan ga pake basa-basi awowkwk

2021-04-10

1

KomaLia

KomaLia

johan pacar nya karina apa cuma sebatas teman

2021-04-03

1

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 83 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!