Episode 18

Layaknya sebuah angin lalu. Karina sudah mengabaikan teguran yang Johan berikan. penyebab utamanya adalah, Karina merasa dirinya sudah sangat bersusah payah menjelaskan pada Johan jika hubungan antara Nicko terjadi begitu saja. sudah tak ada alasan bagi wanita tersebut untuk meragukan cinta kekasihnya, kenyataannya sampai detik ini Karina merasa sangat bahagia setelah hubungan antara dirinya dan Nicko mengalir.

Berbeda dari pandangan Johan sendiri, ia melihat jika Karina sudah banyak berubah. Karina tidak pernah mendengarkan apa yang Johan katakan. wanita itu sudah jarang untuk datang ke kampus, karena memilih untuk menghabiskan waktu bersama dengan kekasihnya yang sering Johan bilang sebagai pemilik Bar.

Perubahan terjadi pada diri Nicko dan Kirana dalam waktu singkat. Nicko banyak meninggalkan kebiasaan buruknya. ia sudah tak pernah datang untuk memeriksa Bar, ataupun sekedar menghabiskan beberapa teguk minuman. semua itu sudah Karina larang, meskipun terbilang wanita yang cukup pengatur. tetapi Nicko dengan senang hati menuruti apa yang Karina inginkan seolah sudah takut jika akan Karina tinggalkan.

Karina berdecak sebal, pertama kali dalam hidupnya gadis tersebut mendapat sebuah peringatan ancaman dari kepala dosen. bagi Karina ini adalah hal biasa, karena Helen juga sering mendapatkannya.

"Baru dua minggu saja mereka sudah heboh, bagaimana jika aku benar-benar menjadi seperti Helen yang setiap harinya tidak pernah datang!" gerutu Karina jengkel.

Tanpa Karina sadari, dirinya kini sudah seperti Helen. melupakan tujuan hidupnya untuk mendapat sebuah gelar kehormatan sebagai seroang dokter. Karina terlalu Nicko manjakan, sampai ia tak bisa sehari pun untuk tidak melihat dan mendengar suara dari pemuda tersebut.

"Tok... tok..." suara ketukan pintu secara reflek membuat Karina memalingkan wajahnya. gadis itu bergegas melangkah menuju pintu utama untuk melihat siapa yang datang.

"Air panas," ucap Nicko sambil menyodorkan secangkir gelas setelah Karina membuka lebar pintu.

"Kau yakin malam-malam begini?" Semburat senyum Karina tercipta, gadis itu mengambil alih gelas yang berada di tangan kekasihnya dengan sorot mata meledek.

Nicko memiringkan senyumnya, sepertinya memang Karina sudah mengetahui apa maksud dan tujuannya. "tapi ku pikir, ini adalah alasan yang selalu ku buat untuk menemui mu. anggap saja ini sudah menjadi kebiasaan,"

"Aku tahu itu," sahut Karina melangkah masuk kedalam diikuti Nicko yang mengekor di belakangnya.

Bola mata Nicko bergerak ke kiri dan ke kanan, ia melirik kearah kamar Helen yang tertutup rapat. keadaan di sana memang terlihat begitu sepi, bahkan televisi di ruang tengah pun tidak Karina nyalakan seakan menambah kesan sunyi.

"Sayang, dimana Helen?" ucap Nicko bertanya sambil menyandarkan tubuhnya di tembok.

"Keluar dengan Johan, biasanya aku ikut bersama mereka. tapi aku yakin kau akan datang, itu sebabnya aku menolak." sahut Karina santai dan sukses membuat Nicko terkekeh gemas.

Nicko langsung menghampiri Karina, mendekap tubuh gadis itu dan mengangkatnya hingga membuat Karina terkejut.

"Apa yang kau lakukan?" Karina takut jika ia akan terjatuh, wanita itu lantas melingkarkan tangannya di atas bahu Nicko sambil menggerutu.

"Aku akan melahapmu sekarang," Nicko berlalu cepat sambil membawa tubuh sang empu lalu melangkah menuju kamar dan membaringkannya di atas ranjang.

Karina mendaratkan pukulan pelan di tubuh Nicko saat pria itu langsung menin*dih tubuhnya. "Lepaskan, bagaimana jika Helen dan Johan datang."

Nicko tersenyum tipis, ia mengelus wajah Karina sambil sesekali mengecupnya. "Aku sudah mengunci pintunya, mereka tidak akan melihat apapun yang kita lakukan."

Karina menelan ludah getir, "Me... memangnya apa yang akan kita lakukan?" tanya Karina gugup.

Tanpa menjawab, Nicko langsung meraup bibir Karina dengan begitu rakus. ia semakin mendekap gadis itu dengan penuh keinginan.

"Mmm..." Karina memalingkan wajahnya menolak ciuman, "kau terlalu bersemangat. dadaku sesak, saat keu menghimpit ku, dengan sangat erat."

Tanpa mengalihkan pandangan Nicko pun menjawab. "Baiklah, aku akan lebih lembut."

Karina mengangguk, mereka saling menyatukan bibir perlahan dengan tangan saling membelai. dengan begini, Karina bisa kembali mengimbangi gaya berciuman yang sering Nicko lakukan meskipun Karina merasa jika kekasihnya semakin nakal.

Kehangatan yang Karina dapatkan terasa begitu menyengat. gadis itu melemahkan sarafnya yang menegang, dan membiarkan tangan Nicko terus menelusur celah di balik mini dressnya. Nicko mengelus, meremat, dan memijat bok*ong Karina. ciuman yang Nicko berikan kini turun, mengabsen setiap inci kulit wanitanya. pria itu bahkan tak lupa untung meninggalkan jejak-jejak kepemilikan di bagian sana.

"Mmm, hentikan." titah Karina marapatkan kakinya saat tangan Nicko terus saja bergerak semakin dalam.

Nicko tak menggubrisnya, pria itu justru membuka paksa dress yang Karina kenakan dengan begitu mudah.

"Apa yang kau lakukan, ini berlebihan." gerutu Karina menyilangkan tangan menutupi bagian dadanya.

"Ust..." Nicko meletakan telunjuknya dibibir Karina. pria itu mengelus bibir Karina sambil berkata, "Percayalah padaku. kau sudah mengubah dunia ku. kau pantas menjadi milikku, dan aku berjanji setelah ini kita akan menikah."

"Bo... bohong," lirih Karina meragukan.

"Apa sebelumnya aku pernah berbohong?" Nicko terus saja meyakinkan Karina. "Percayalah padaku," pria itu kembali mengecup bibir Karina lalu melanjutkan aksinya.

Layaknya sihir, segala ucapan yang keluar dari bibir Nicko selalu sukses membuat wanita itu tak berdaya. Karina bisa begitu saja percaya meskipun tidak ada jaminan atas apa yang telah Nicko katakan.

"A... aku takut," lirih Karina.

"Aku akan memulainya perlahan," sahut pria itu membujuk.

Tanpa mengurangi kecemasan Karina hanya terdiam. saat Nicko kembali mengecupi setiap titik di dadanya. ia hanyut dalam kecupan nikmat tersebut saat Nicko memainkan lidahnya di bagian gundukan sintal Karina.

Kali pertama bagi Karina membiarkan seorang pria melihat dirinya dalam keadaan setengah telanjang. tangan Nicko yang bermain di atas Karina sukses menenggelamkan gadis tersebut kedalam lautan gairah.

Dapat Karina rasakan, jika ada sesuatu yang mengeras dari balik celana Nicko. benar saja, Nicko pun sudah merasa sesak lalu melonggarkan rel sletingnya yang masih aman terpasang.

"Sayang, aku sudah tidak tahan." Nicko kembali mengecupi bibir Karina, gadis itupun nampak menikmatinya. Karina membalas apa yang Nicko lakukan padanya, melingkarkan tangan diatas leher Nicko sambil menekan tengkuk pria tersebut.

Terpopuler

Comments

Helen Apriyanti

Helen Apriyanti

kenikmatan sesaat.. akhir nya penyesalan yg ada karina

2021-07-26

2

KomaLia

KomaLia

si lugu sama di liar yaa jadi bakal ter hipnotis

2021-04-03

1

Anita Jenius

Anita Jenius

Hadir kak..
8 like buatmu.
Mari kita saling dukung.
Semangat up terus ya..

2021-03-16

0

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 83 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!