Keesokan harinya
Arya berguling-guling di bawah selimutnya di tempat tidur. Sepertinya dia tidak menutup matanya semalaman karena memikirkan sesuatu.
"Tidak mungkin! Pasti dia sudah menghilang sekarang benar dia pasti sudah pergi."
Arya membuka selimutnya lalu bangun dari tempat tidurnya. Berlari menuju tempat di mana gadis itu berada. Hatinya terkejut saat melihat Yesa masih ada.
"Apa yang kamu lakukan? kamu masih mencarinya." Arya berjalan mendekat
Yesa mengangkat wajahnya.
"Aku pasti akan menemukannya." Katanya dengan keras kepala, Arya sampai kesal di buatnya.
"Hei, menyerahlah dan keluarlah dari sana "
Yesa tidak menggubris tangannya sibuk mencari-cari. Tanpa perduli baju yang pakainya sudah basah lepek semalaman, tubuhnya gemetar kedinginan wajahnya pucat pasi. Dia pantang menyerah.
"Hei Yesa!" Arya memanggil
"Aku pasti bisa menemukanya"
Hening
Arya tertegun menatap Yesa dengan penuh perhatian. Hati kecilnya mulai tersentuh saat menatap bibir gadis itu sudah membiru. Karena tidak tega ia mengeluarkan liontin dari saku bajunya. Menghentikan sandiwara.
"Hei kamu tidak perlu mencarinya lagi, keluarlah dari sana, liontin mu ada disini '' Yesa hanya diam melihat liontin yang menggantung di tangannya.
Dugaan ku benar dia mempermainkan ku. Tapi aku bersyukur karena dia sudah melepaskan keraguannya padaku. Ya Tuhan, terimakasih.
"Ya, memang benar seperti yang di katakan Ayahku." Arya melanjutkan kalimatnya."Kamu gigih dan hebat, sekarang cukup. Kamu sudah memperlihatkannya pada ku."
Yesa menurut lalu berjalan mendekat, dalam sekejap ia menyambar tangan yang menggantung liontinnya, tanpa perduli Arya menatap tangannya dengan geram. Beraninya. Tapi tidak dengan segera ia menepis tangannya. Membiarkan gadis itu melakukan apapun yang ingin ia lakukan pada liontinnya.
"Aku menemukannya." Yesa bicara lalu melirik wajah Arya penuh makna. "Kamu menyembunyikan ketidak percayaan mu padaku dalam hatimu, lalu aku menemukannya dalam pikiranmu benarkan?"
Arya diam terbelalak, sekilas ia memalingkan wajahnya tidak percaya, gadis ini bisa menebak pikirannya selama ini. Artinya apa yang di katakan Yesa barusan memang benar adanya.
"Ya" Arya menjawab "Memang benar kamu sudah menemukannya." Yesa tersenyum lalu mengarahkan wajahnya pada liontin ditangannya dengan tatapan nanar.
"Liontin ku, Ibu akhirnya aku bisa melindungi Nenek." Ujar Yesa lirih sambil menyambar liontinnya dari tangan Arya
Setelahnya ia menatap Arya dengan ekspresi yang tidak dapat di jelaskan antara sedih kesal marah bahagia atau apalah namanya. Dia ayunkan tangan kanannya yang terkepal ke arah wajahnya dalam sekejap. Namun untungnya, Arya segera menghindar lalu menatap Yesa sambil menggigit bibir bawahnya geram.
"Kenapa! Kau ingin memukul ku?"
Yesa hanya diam, dengan cepat dia menyambar tubuh Tuan Mudanya, memeluknya erat sambil meneteskan air mata. Tidak perduli, laki-laki yang di peluknya adalah majikannya pecinta kebersihan.
Sementara Arya terkejut sambil meronta, bersusah payah melepaskan badannya dari lingkaran tangan. Tapi semakin meronta semakin kuat gadis itu memeluknya. Seolah tidak rela melepaskannya.
"Terima kasih Tuan muda, aku sungguh berterima kasih banyak." Ujar Yesa sambil menangis bahagia.
"Aku ini cukup terpandang, sangat merepotkan jika kamu melakukan ini di sini." Katanya sambil meronta-ronta.
Yesa tidak menggubris. Dan akhirnya Arya hanya diam mengalah, tanpa melakukan penolakan saat itu. Membiarkan gadis yang di bencinya memeluk tubuhnya. Tubuh Arya yang hangat. Membuatnya merasa tenang dan nyaman.
Di kamar Arya, tepatnya di dalam kamar mandi. Ada seorang gadis cantik sedang asik berendam di dalam bathub. Sementara Arya terlihat memindahkan baju basah yang sudah tergeletak di lantai, di depan pintu kamar mandi dengan kakinya. Seperti memindahkan benda menjijikan.
"Yesa aku sudah menaruh baju ganti mu di atas tempat tidur." Kata Arya di depan pintu
"Ya terimakasih Tuan, aku sangat menghargainya." Sahut Yesa di dalam, saking gembiranya, ia mengibaskan busa di bak mandinya, membuatnya tertawa sendiri. Seperti bocah saat melihat mainan baru. Heboh sekali.
"Hei! Jangan berisik.'' Setelah Arya bicara ia duduk di sofa sambil menyentuh laptopnya dimeja dekat jendela kaca. Berdekatan dengan pintu kamar mandinya.
Beberapa menit kemudian
Yesa keluar dari kamar mandi sambil memakai handuk putih yang melilit di tubuhnya. Bentuk tubuhnya sempurna dan wajahnya cantik berseri. Apalagi saat ia tersenyum sambil mengeringkan rambut basahnya dengan handuk kecil. Indah sekali.
Sementara Arya terpana melihat pesonanya, mengedarkan pandangan dari wajahnya sampai ujung kakinya tanpa sadar. Dan saat tersadar ia menarik nafas dalam.
"Pakailah baju ku sementara. Aku sudah menaruhnya di tempat tidur, agar kamu tidak kedinginan."
"Baik terimakasih Tuan." Yesa menjawab dengan senyum indahnya membuat Arya semakin terpana.
"Cepatlah, kau pakai bajuku beberapa saat lagi kita harus pulang."
"Baik Tuan."
"Bagus." Wajah malu di bawa keluar dari kamarnya. Setelah menutup pintu dia menyilangkan kedua tangannya di depan dada, keningnya mengerut seraya berpikir
"Ternyata benar yang di katakan Ayah, dia gadis cantik. Saat melihatnya seperti itu, rasanya sungguh sangat aneh." Maklum laki-laki jomblo yang kabarnya belum pernah tertarik pada wanita.
Beberapa menti berlalu
Arya kembali masuk ke kamarnya tanpa mengetuk pintu, matanya terbelalak saat melihat Yesa sudah memakai kemeja putih yang nyaris menutupi pahanya, tanpa memakai celana hitam yang diberikannya.
"Maaf Tuan Muda, apa ada lagi celana selain ini ? Sepertinya ini terlalu besar." Ujar Yesa sambil meletakkan celana pemberiannya di atas tempat tidur.
Arya hanya diam pandangannya tidak lepas dari Yesa. Ada gelora asmara yang tersirat dengan nyata di pancaran sinar matanya. Sangat indah begitu gumamnya dalam hati. Bisa di katakan ini kali pertamanya dia terkesan dengan seorang wanita. Membuatnya tidak mau berhenti menatapnya.
"Tuan muda Arya" Yesa kembali memanggil
Arya tercengang sekaligus kembali pada akal sehatnya, tangannya langsung membuka lemari bajunya. Mencari-cari benda apa saja yang bisa di gunakan gadis itu, menutupi tubuhnya yang terlihat transparan. Saat melihat blazer ia langsung mengambilnya.
"Ini kau pakai Jass ku."
Hei ! Kenapa kau melemparnya ke wajahku. Yesa terperanjat menangkapnya.
"Semua ukuran celana ku sama, jadi tidak ada ukuran yang lebih kecil dari itu." Jelas Arya
"Begitu ya, terima kasih" Yesa menundukkan kepala, lalu memakainya.
"Keluarlah, aku mau ganti baju."
"Baik tuan, lebih baik aku tunggu kamu di luar saja." Sahut Yesa bibirnya tersenyum dengan lebar lalu keluar dari kamar
"Apa dia baru saja bilang padaku dengan sebutan kamu ?" Berpikir "Cih! Bahkan aku tidak sadar, sejak kapan dia tidak bicara formal lagi padaku." Ujar Arya setelah Yesa menghilang di luar pintu yang tertutup.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
J S N Lasara
ad perasaan
2022-09-12
0
Amoy Darmawan
cerita nya hampir mirip drama korea gominam
2020-06-07
0
Eti Guslidar
hhhhhhmmmmmm
2020-05-27
0