Meja makan terdapat beberapa makanan mewah yang sudah di hidangkan Yesa dengan rapih. Sekarang ia terlihat sedang meletakkan piring kosongnya di setiap tempatnya masing-masing. Tidak berapa lama Dery datang tiba-tiba, menarik kursi lalu duduk sambil memberikan senyuman hangat padanya
"Apa kamu yang memasak semua makanan dimeja ini?"Dery bertanya setelah mengedarkan pandanganya pada makanan di atas meja.
"Iya Tuan Muda "
"Aku sudah bilang, kamu tidak perlu memanggilku dengan sebutan. Tuan Muda begitu, sebut namaku saja." Ujar Dery dengan nada tidak suka.
"Ahh aku lupa. Baiklah Dery hehe"
"Kenapa kamu berdiri disitu, kemarilah." Menepuk pelan kursi kosong disebelahnya. "Temani aku makan disini." Dery melanjutkan
"Baik, tunggu sebentar, aku ingin memanggil Arya dulu di atas."
"Arya?" Dery terkejut, selama ini ia selalu memahami situasi, bahwa Yesa memang di khususkan untuk melayani Kakaknya. Tapi kali ini lain lagi ceritanya. Kenapa memanggilnya dengan sebutan Namanya. Begitu pikirnya di akhiri dengan senyuman. Seperti ada sesuatu yang terlewatkan."Baiklah aku mengerti, sebaiknya kamu panggil Kakak ku lebih dulu."
"Baik.''
Belum sempat Yesa melangkah, Arya sudah lebih dulu turun dari tangga. Bibirnya tersenyum saat Arya sudah berjalan hampir berdekatan dengan meja makan.
"Selamat datang Arya." Menarik kursi mempersilahkan Tuan mudanya duduk dengan sopan.
"Cih," Arya Membuang muka." ini seperti aku Tuan muda yang selalu ingin dilayani saja. Kau duduklah disitu aku bisa melakukanya sendiri." Ia menolak kakinya berjalan melewati Yesa. Menarik kursi lalu duduk di depannya.
"Ahh baiklah" Sahut Yesa lalu menduduki kursi yang sudah ditariknya. Bersebelahan dengan Dery
"Kakak menu makan malam ini sangat nikmat ya rasanya." Dery memuji memecah keheningan yang tercipta.
"Cih, setidaknya dia sudah berusaha keras." Sahut Arya dingin sambil menyendok sesuap nasi di piringnya.
"Dia sungguh hebat dan gigih bukan. Sepertinya aku mulai suka dengan dia. Belakangan ini dia menjadi lebih hangat daripada sebelumnya.''
Arya hanya tersenyum dingin mencerna kalimatnya.
Yesa tidak begitu mendengarkan apa yang di bicarakan kedua Tuan Mudanya. Tidak perduli Begitu sikapnya jika sudah bertemu dengan makanan favoritnya.
"Kakak, kamu suka gadis tipe yang seperti ini bukan? Itu yang pernah Kakak katakan."
"Aku tidak pernah berkata begitu." Arya menyangkal dengan cepat "Dan aku tidak menyukainya."
"Kenapa, dia cantik dan baik bukan?" Dery malah memancing. "Bahkan Ayah memilihnya secara langsung khusus untuk Kakak dan aku dengar Ayah menyuruh Dani agar dia ikut menemani Kakak ke Amerika."
"Entahlah apa menurutmu dia sangat cantik ?" Arya memang bertanya, tapi matanya tertuju pada bibir Yesa
"Ahh kakak, apa matamu buta? menurutku dia sangat cantik dan lucu. Aku dengar Kakak
pernah menolongnya dari tenggelam."
Arya hanya diam belum menjawab malah melihat wajah Yesa. Pandangannya masih tertuju pada bibir tipisnya. Yang sudah dibanjiri dengan bumbu makanan. Gadis itu tidak peduli jika Arya memandangnya dengan lekat seolah mau menyekanya dengan bibirnya.
"Kalau kakak tidak suka dia, lalu wanita seperti apa yang kakak suka?" Dery melanjutkan kalimatnya.
"Yesa." Karena sudah tidak tahan melihatnya Arya memanggilnya lagi lalu menggigit sendoknya, menahan gemas.
"Huh!" Dery malah tercengang, sekaligus tersadar di abaikan, Arya sama sekali tidak menggubris ocehannya. Entahlah benar atau tidaknya mungkin saja gadis itu adalah jawabannya. Begitu yang dipikirannya
"Yesa!" Arya kembali memanggil dengan suaranya yang terdengar meninggi kerena panggilan pertamanya di abaikan. Dery dan Yesa sampai menoleh secara bersamaan ke arahnya seiring saat ia memanggil Namanya.
"Iya" Si Yesa baru menyahut.
"Kamu jorok" Arya mengarahkan sendoknya pada bibir Yesa "Dan bersihkan sekarang juga. Itu sangat menganggu ku.'' Ujarnya sinis
"Oh. Maaf" Yesa langsung menyeka bibirnya dengan punggung tangannya
Sementara Dery hanya diam melihat keduanya sambil terkekeh
Sepertinya Kakak belum menyadari kalau Kakak menyukainya ya. Kalau begitu Akan ku bantu membuatmu tersadar dengan perasaanmu sendiri Kakak.
"Itu masih ada." Ujar Dery sambil menunjuk bibir Yesa dengan cara yang sama seperti Arya
"Benarkah?" Buru-buru mengusap bibirnya kembali dengan cara yang sama. Tanpa sadar Dery mengarahkan tangannya perlahan pada bibir Yesa yang mau menyeka bibirnya dengan induk jari. Namun berhenti setelah Arya melempar selembar tisu makan ke arah wajahnya. Geram.
"Gunakan itu, kau membuat ku kehilangan selera makan." Arya bangun dari duduk lalu melangkahkan kaki meninggalkan meja makan
"Maafkan aku." Yesa membersihkan bibirnya dengan tisu makan yang di lempar dari tangan Arya barusan.
Kenapa dia hanya makan sedikit. Apa masakan ku tidak enak.
Sementara Dery hanya diam tersenyum menatap Arya yang sudah berjalan meninggalkan meja makan. Seolah menemukan jawaban yang ia mau
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
J S N Lasara
PLN tpi psti
2022-09-13
0