Dugaan Ayunda

...💙 Episode - 19 💙...

Pukul 6 sore. Hujan akhirnya mulai reda. Zeeviana, Bi Erna dan dua pelayan lainnya pun keluar dari rumah Bian. Mereka semua akan pulang ke rumah masing-masing sekarang.

"Zee!" Panggil Bian yang tiba-tiba saja muncul dari pintu utama. Zeeviana dan Bi Erna menoleh ke arahnya. Sedangkan dua pelayan tadi sudah berada di luar gerbang.

"Kenapa, Tuan?"

"Tidak apa, aku hanya ingin memberikan ini saja," jawab Bian lalu memberikan jaket yang ia pegang pada Zeeviana.

"Cuaca seperti ini tidak bagus untuk kesehatan! Jadi, terimalah!" Imbuh Bian.

Mau tidak mau, Zeeviana pun menerima jaket itu dan memakainya. Hal itu semata-mata Zeeviana lakukan untuk menghargai perasaan Bian.

"Terimakasih, Tuan." Zeeviana menundukkan kepalanya hormat.

"Kembali kasih, Zee. Hati-hati di jalan!"

"Baik, Tuan." Gadis itu mengambil langkah mundur, setelah jauh dari Bian, barulah ia membalik tubuhnya dan berjalan mendekati gerbang.

Bian menatap kepergian Zeeviana dengan tatapan khawatir. Bian tadi sudah menawarkan untuk mengantar Zeeviana pulang. Namun gadis itu malah menolak dengan sopan tawaran Bian.

Dia bahkan memohon pada Bian, supaya Bian atau Morgan tidak lagi mengantarnya pulang. Dan Bian, pria itu tidak sanggup untuk menolak permohanan Zeeviana. Ia pun mengalah dan membiarkan Zeeviana pulang tanpa dirinya.

"Apapun akan kulakukan demi kenyamanan dan kebahagianmu, Zee. Bahkan aku rela menekan hasratku selama ini, itu hanya karenamu, Zee. Aku tidak ingin kamu kecewa dengan diriku nanti. Aku ingin kamu yang pertama dan akulah yang pertama dalam dirimu juga," lirih Bian lalu melangkah masuk ke dalam rumah.

Pria itu senyum-senyum sendiri saat menaiki tangga. Kejadian tadi pagi selalu terlintas di pikirannya saat menaiki dan menuruni tangga ini.

Sesampainya di kamar, Bian langsung membuka laci meja di samping kasurnya. Pria itu mengeluarkan dan menyalakan tablet yang Morgan berikan. Kini netranya fokus pada layar tablet itu.

Bian sedang memutar ulang rekaman cctv kemarin siang. Rekaman yang menjadi bukti, kalau tangan Bian pernah menyelamatkan tubuh Zeeviana agar tidak  terjatuh ke lantai.

Ah, ingin rasanya Bian memutar waktu itu. Pria itu pasti akan menatap Zeeviana dengan tatapan cinta yang lebih dalam dan bermakna lagi. Agar Zeeviana bisa melihat binar cinta itu di mata indahnya.

'Aku gila sekarang! Aku benar-benar gila!' Batin Bian sembari menahan senyum bahagia di wajahnya. Kunci kebahagiaan Bian adalah Zeeviana sekarang, dan selamanya.

...*****...

Zeeviana menatap kepergian ojek yang baru saja mengantarnya pulang. Gadis itu mendekap tubuhnya, lalu tersenyum saat melihat jaket Bian yang melindungi tubuh mungilnya dari dinginnya tipuan angin setelah hujan.

Aroma tubuh Bian bahkan tercium dengan jelas oleh Zeeviana sekarang. Jaket yang ia kenakan memilik aroma yang persis dengan aroma tubuh pria tampan bertubuh kekar itu.

"Zee!" Teriak Fathia sambil melambaikan tangannya pada Zeeviana. Zeeviana membalas lambaian tangan gadis itu, membuat gadis itu berderap mendekatinya.

"Khemm! Ada yang baru nih!" Sindir Fathia dengan netra yang pura-pura melirik jaket Zeeviana.

Zeeviana pun ikut menatap jaket yang masih dirinya kenakan.

"Ini jaket Tuan Bian! Dia yang meminjamkannya padaku!" Tegas Zeeviana. Fathia membeku mendengar jawabannya.

"Bagaimana bisa, Zee?" tanya gadis itu sambil mengikuti langkah Zeeviana memasuki rumah.

"Ceritanya di dalam saja. Di luar banyak cctv!" Zeeviana meminta Fathia untuk masuk ke kamarnya terlebih dahulu, sementara dia akan menemui Ibunya.

'Memang Pak RT pasang cctv ya sekarang? Tapi di mana?' Batin Fathia yang tidak mengerti istilah dari kata cctv yang Zeeviana maksudkan.

...*****...

"Ibu?" Panggil Zeeviana pada sang Ibu yang tengah menyiapkan menu makan malam di dapur.

"Zee, kamu sudah pulang? Ibu baru saja mau menelponmu."

"Baru pulang, Bu." Jawab Zeeviana lalu menciumi punggung tangan dan juga kedua pipi Ayunda. Sungguh, Zeeviana selalu melakukan itu jika berpisah dan jika baru bertemu lagi dengan Ayunda!

"Apakah Tuan Morgan yang meminjamkan ini?" Tebak Ayunda dengan tangan yang menyentuh jaket berbahan dan bermodel mahal di tubuh putrinya.

"Tidak, Bu. Tapi Tuan Bian yang meminjamkannya. Aku tidak enak untuk menolaknya, Bu."

Ayunda yang mendengar nama Bian langsung teringat kepada Bocah Tampan yang begitu menyayangi putrinya dulu. Bocah itu pasti sudah tumbuh dewasa sekarang!

'Ya, aku ingat betul. Albian Wijaya Saputra! Bian! Kami selalu memanggilnya Bian dulu!' Batin Ayunda.

"Ibu? Kenapa Ibu melamun?" Zeeviana menyentuh bahu sang Ibu dengan lembut.

"Tidak apa, Zee. Ibu baru kali ini mendengar nama Tuan Bian. Yang Ibu tau hanya Tuan Morgan saja. Bukankah dia yang menawarkan pekerjaan ini padamu?"

"Iya, Bu. Tuan Morgan yang menawarkan pekerjaan ini. Dia adalah sekretaris pribadi Tuan Bian. Tuan Bian yang menjadi majikan kami," ucap Zeeviana menjelaskan. Ayunda pun mengangguk faham.

"Apakah kamu tau, siapa nama lengkap Tuan Bian itu?" tanya Ayunda pelan.

Zeeviana menatap sang Ibu sambil mengingat ulang nama lengkap Bian yang pernah Zeeviana baca di salah satu piala Bian.

"Albian Wijaya Saputra," lirih Zeeviana.

"Ya, nama lengkap Tuan Bian adalah Albian Wijaya Saputra. Zee tidak sengaja membacanya saat membersihkan lemari kaca piala Tuan Bian."

'Apakah dia Bian yang sama dengan Bian yang kupikirkan? Apakah Bian masih mengingat tentang Zee sampai sekarang? Apakah Bian masih mengingat janji yang pernah ia katakan pada Zee?' Semua pertanyaan itu tiba-tiba saja muncul di pikiran dan benak Ayunda.

"Ibu capek, ya?" tanya Zeeviana karena melihat sang Ibu kembali melamun.

"Zee, kamu makan malam duluan, ya. Ibu mau istirahat sebentar," ucap Ayunda lalu melangkah meninggalkan Zeeviana menuju kamarnya.

"Aku yakin, Bian majikan Zeeviana adalah Bian yang kukenal. Namanya panjang mereka bahkan sama. Bukan sama lagi, tapi dia memang benar Bian, bocah yang selalu mencurahkan kasih sayangnya pada Zeeviana! Dia menyayangi Zeeviana tulus dari lubuk hatinya!"

Ayunda menyandarkan tubuhnya pada sandaran kasur. Entah mengapa, ada perasaan lega di hati Ayunda setelah mengetahui Zeeviana bekerja pada Bian. Ayunda yakin, Zeeviana bekerja pada orang yang tepat. Orang yang bisa menghargai kerja keras Zeeviana, dan tidak akan pernah menghancurkan harga diri Zeeviana. Itulah yang Ayunda yakini saat ini!

...*****...

"Fat?" Panggil Zeeviana. Mereka sedang duduk di depan tv sekarang. Fathia yang fokus pada layar tv pun langsung menoleh ke arah Zeeviana.

"Kenapa, Zee? Apakah ada hal yang ingin kamu ceritakan?" Fathia siap menjadi pendengar setia.

"Sebenarnya ini bukan masalah besar, tapi aku takut, ini adalah awal dari masalah besar nanti," lirih Zeeviana. Fathia yang belum faham pun hanya bisa mengerutkan dahinya.

"Aku dan Ibu bertemu dengan Sandra tadi pagi," lanjut Zeeviana.

"Apakah dia menyakitimu lagi?" ucap Fathia sambil memeriksakan tubuh Zeeviana. Apakah ada yang lecet dari tubuh sahabatnya?

"Jangan berlebihan, Fat. Dia memang tidak pernah menyakitiku secara fisik. Tapi langsung menuju saraf, hati, ginjal, jantung dan tulang rusukku," canda Zeeviana. Bermaksud agar Fathia tidak terpancing mendengar ceritanya.

"Jangan bercanda terus Zee. Kamu tau kan, Sandra itu seperti apa? Apakah kamu lupa, bagaimana dia mengurungmu di kamar mandi saat SMP dulu? Atau bagaimana dengan tuduhan mencentok saat ujian nasional? Dan bagaimana dengan kaki jahanamnya yang sudah membuatmu tersandung itu? Mulut cabenya yang selalu menjelekkanmu! Apakah kamu lupa semua itu!" Fathia bahkan sudah terpancing sekarang.

Zeeviana mengelus bahu Fathia pelan dengan senyuman dan wajah yang begitu tenang.

"Semua itu sudah berlalu Fat. Jangan diungkit lagi. Yang ingin kuceritakan hanya masalah tadi pagi, bukan masalah yang sudah berlalu itu!" Tegas Zeeviana.

"Baiklah, maafkan aku. Lanjutkan ceritamu."

"Aku tidak tau, darimana dia mengetahui kalau Tuan Bian kemarin mengantarku pulang. Ya, aku kan pernah cerita padamu, seperti apa Tuan Bian. Dia bukan hanya baik padaku, tapi pada semua orang, Fat." Zeeviana melirik Fathia yang tersenyum menguatkannya.

"Sandra menunduhku sebagai wanita simpanan Tuan Bian," lirih Zeeviana dengan hati yang sedikit terluka.

'Sandraaaaaa...,' Batin Fathia berteriak geram.

"Dia bahkan mengatakannya pada Ibuku," lirih Zeeviana lagi.

"Zee...," Fathia memeluk tubuh Zeeviana. Ia sekarang bisa merasakan Zeeviana menangis dalam pelukannya.

'Sudah kuduga, Zee. Di balik senyum ceriamu tadi, pasti ada beban berat yang kamu tanggung sendiri!' Batin Fathia.

"Jangan menangis lagi, Zee." Fathia menyeka air mata Zeeviana. Ya, setangguh apapun Zeeviana, pasti dia juga bisa menangis dan terluka.

"Dengarnya, Zee. Aku dan Bibi Ayu kenal dan hafal betul bagaimana dirimu. Kamu, kamu adalah gadis baik. Dan kamu tidak mungkin melakukan hal itu."

"Itulah yang kupikirkan, Fat. Ibu dan kamu mungkin tidak akan termakan oleh ucapan Sandra. Tapi bagaimana dengan orang-orang di luar sana?" tanya Zeeviana.

"Tidak Zee. Sekarang kamu harus percaya dengan dirimu sendiri. Kamu tidak boleh takut, Zee! Jika kamu merasa tidak pernah melakukan apapun yang Sandra tuduhkan, maka apa yang harus kamu takutkan, Zee?"

"Kamu dengan Tuan Bian hanya terikat hubungan pekerjaan. Tuan Bian butuh kamu untuk membersihkan rumahnya. Dan kamu menerima gaji darinya. Sudah, itu saja."

Zeeviana tersenyum mendengar ucapan Fathia. Benar apa yang Fathia katakan. Zeeviana seharusnya tidak merasa takut jika tidak melakukan apa yang Sandra tuduhkan.

Dan masalah pertemanannya dengan Bian. Zeeviana meyakinkan dirinya. Bahwa semua orang berhak untuk berteman dengan siapapun. Asalkan bukan teman yang menjerumuskan pada jalan yang salah saja!

"Terimakasih, ya, Fat! Aku merasa lebih lega sekarang."

"Kembali kasih, Zee. Ingat, kamu harus percaya pada dirimu sendiri. Jika kamu tidak salah, maka kamu tidak perlu takut pada tuduhan siapapun!"

"Aku akan selalu ingat, Fat!"

"Ini baru Zee yang kukenal. Zee bukan gadis lemah!"

Fathia kembali memeluk Zeeviana kemudian pamit untuk pulang. Karena Fathia merasa, Zeeviana juga butuh waktu untuk percaya pada dirinya lagi. Zeeviana tidak oleh selemah ini!

...****...

Terpopuler

Comments

Dilah Mutezz

Dilah Mutezz

cctv berjaln maksudnya fathia itu sii sandra biang biang 🤣🤣🤣

2021-11-20

5

black rose...zee

black rose...zee

semangat trus thor

2021-02-24

3

black rose...zee

black rose...zee

cctv berjalan kali 😂😂😂

2021-02-24

1

lihat semua
Episodes
1 Janji
2 Pelayan Kafe
3 Dia Gadisku!
4 Tawaran Bekerja
5 'Demi Ibu.'
6 Hari Pertama Bekerja
7 Tontonan Baru Bian
8 Makan Siang Bersama
9 Tamu Tak Diundang
10 Roti Sobek
11 Tangan Beruntung Bian
12 "Jangan goyah, Zee!"
13 "Siapa dia?"
14 Kunjungan Ke Panti
15 "Simpanan Om-Om?"
16 Omong Kosong Sandra
17 "Ibu percaya padamu, Zee."
18 Secangkir Susu Hangat
19 "Kita berteman sekarang?"
20 Dugaan Ayunda
21 "Nadiku."
22 Ucapan Terimakasih?
23 "Aku Mencintaimu, Zee."
24 "Maafkan aku, Teng."
25 Obat Termanjur
26 Obat Tambahan
27 Harapan Bian
28 Restu Ayunda
29 Kencan?
30 Gadis Bunglon
31 Obat Nyamuk
32 Pengganggu Atau Penyelamat?
33 Ketulusan Cinta Bian.
34 Ular Kobra
35 Jiwa Iri Dengki Sandra
36 Ibu
37 Sebuah Rasa
38 Tentang Bian
39 Fathia
40 Harapan Kecil
41 Tuan Yosi & Nyonya Dara
42 "Calon Kakak Ipar, ya?"
43 "Rindu, ya, Nona?"
44 Berkirim Pesan
45 Prank Alam!
46 Digigit Semut
47 Ibu Ayunda
48 Keceplosan
49 Tante Galak
50 Tapi Bo'ong
51 Meminta Batuan
52 "Namanya Zeeviana."
53 Salah Orang
54 Hati Zeeviana
55 Kafe Nirwana
56 I Love You
57 Janji Bian
58 Tante Zuanda
59 Rumah Sakit Kota
60 Pangeran Tanpa Kuda & Putri Tanpa Mahkota
61 Senyum Bahagia
62 "Jaga Dia."
63 Pusing
64 Sedikit Tentang Morgan
65 24 Tahun Yang Lalu
66 Langit Malam
67 Uncle Bian!
68 Persiapan Karlina
69 Keluarga Yang Baik
70 The Best Family
71 "Calon Suamiku."
72 Janji Suci ~ End
73 Terimakasih ^_^
74 Episode Spesial : Morgan & Fathia (1)
75 Episode Spesial : Morgan & Fathia (2)
76 Episode Spesial : Morgan & Fathia (3)
77 Episode Spesial : Morgan & Fathia (4)
78 Episode Spesial : Morgan & Fathia (5)
Episodes

Updated 78 Episodes

1
Janji
2
Pelayan Kafe
3
Dia Gadisku!
4
Tawaran Bekerja
5
'Demi Ibu.'
6
Hari Pertama Bekerja
7
Tontonan Baru Bian
8
Makan Siang Bersama
9
Tamu Tak Diundang
10
Roti Sobek
11
Tangan Beruntung Bian
12
"Jangan goyah, Zee!"
13
"Siapa dia?"
14
Kunjungan Ke Panti
15
"Simpanan Om-Om?"
16
Omong Kosong Sandra
17
"Ibu percaya padamu, Zee."
18
Secangkir Susu Hangat
19
"Kita berteman sekarang?"
20
Dugaan Ayunda
21
"Nadiku."
22
Ucapan Terimakasih?
23
"Aku Mencintaimu, Zee."
24
"Maafkan aku, Teng."
25
Obat Termanjur
26
Obat Tambahan
27
Harapan Bian
28
Restu Ayunda
29
Kencan?
30
Gadis Bunglon
31
Obat Nyamuk
32
Pengganggu Atau Penyelamat?
33
Ketulusan Cinta Bian.
34
Ular Kobra
35
Jiwa Iri Dengki Sandra
36
Ibu
37
Sebuah Rasa
38
Tentang Bian
39
Fathia
40
Harapan Kecil
41
Tuan Yosi & Nyonya Dara
42
"Calon Kakak Ipar, ya?"
43
"Rindu, ya, Nona?"
44
Berkirim Pesan
45
Prank Alam!
46
Digigit Semut
47
Ibu Ayunda
48
Keceplosan
49
Tante Galak
50
Tapi Bo'ong
51
Meminta Batuan
52
"Namanya Zeeviana."
53
Salah Orang
54
Hati Zeeviana
55
Kafe Nirwana
56
I Love You
57
Janji Bian
58
Tante Zuanda
59
Rumah Sakit Kota
60
Pangeran Tanpa Kuda & Putri Tanpa Mahkota
61
Senyum Bahagia
62
"Jaga Dia."
63
Pusing
64
Sedikit Tentang Morgan
65
24 Tahun Yang Lalu
66
Langit Malam
67
Uncle Bian!
68
Persiapan Karlina
69
Keluarga Yang Baik
70
The Best Family
71
"Calon Suamiku."
72
Janji Suci ~ End
73
Terimakasih ^_^
74
Episode Spesial : Morgan & Fathia (1)
75
Episode Spesial : Morgan & Fathia (2)
76
Episode Spesial : Morgan & Fathia (3)
77
Episode Spesial : Morgan & Fathia (4)
78
Episode Spesial : Morgan & Fathia (5)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!