...💙 Episode - 8 💙...
"Tugasmu sudah selesaikan?" tanya Bian dengan tangan yang masih menempel pada tangan Zeeviana. Zeeviana menatap tangan Bian. Namun Bian seolah pura-pura lupa saja dengan tangannya.
"Tuan? Tangan Anda?" Zeeviana menarik paksa tangannya. Membuat Bian ikut memundurkan tubuhnya.
"Maaf, Tuan. Saya tidak bermaksud...,"
"Tidak apa, lupakan saja!" Bian memalingkan wajah malunya. Malu dengan tingkah bodohnya, yang tidak bisa mengontrol tubuhnya jika sudah dekat dengan tubuh Zeeviana. Tubuhnya pasti selalu mendorong untuk lebih dekat lagi dengan gadis itu.
"Apakah saya boleh pulang sekarang?" tanya Zeeviana. Gadis itu sudah meletakan sapu pada tempat semula. Ia kini memegang tas di tangannya.
Bian melirik jam tangannya. Masih ada sisa lima menit lagi sebenarnya. Tapi Bian malah mengangguk kepala. Sebagai jawaban 'iya' untuk pertanyaan Zeeviana.
"Baiklah, saya pamit pulang dulu, Tuan." Zeeviana membungkuk badannya hormat,
lalu melangkah menjauhi Bian.
Pria itu tidak menahan ataupun memanggil Zeeviana lagi, ia hanya tersenyum sambil menatap punggung Zeeviana yang semakin menjauh darinya.
"Apakah Anda perlu diantar pulang, Nona?" Morgan spontan menawarkannya. Karena dia tau dan faham, sepenting dan seberharga apa Zeeviana dalam hidup Tuannya.
"Saya bisa pulang sendiri, Tuan. Terimakasih atas tawarannya!" Zeeviana keluar saat satpam membuka gerbang untuknya.
"Saya pamit pulang, Tuan."
Morgan hanya mengangguk pelan.
'Aneh sekali!' Batin Zeeviana sembari berjalan keluar dari perumahan itu. Zeeviana menoleh ke arah kanan dan kiri jalan. Tidak ada pangkalan ojek satu pun di sana. Akhirnya, Zeeviana pun berjalan sampai ia bertemu dengan salah seorang ojek. Zeeviana pulang menggunakan jasa ojek darinya.
...****...
Kepulangan Zeeviana disambut oleh senyuman sang Ibu yang sudah lama menunggunya di teras depan. Kebutulan, ada Fathia juga di sana. Gadis itu juga tersenyum melihat kepulangan Zeeviana.
Zeeviana melangkah melewati pagar rumah. Ia ikut tersenyum saat melihat senyuman di wajah sahabat dan juga Ibunya.
"Bagaimana, apakah ada yang tidak cocok dengan pekerjaanmu?" tanya Fathia, dibalas gelengan kepala dari Zeeviana. Zeeviana meraih tangan Ayunda terlebih dahulu lalu menciumnya. Kemudian ia berkata.
"Semuanya cocok, Fat. Nggak terlalu berat dan juga nggak terlalu ringan pekerjaannya. Gajinya juga sesuai kok di sana."
"Syukurlah, aku senang mendengar kamu kembali bekerja," ucap Fathia. Zeeviana tersenyum mendengarnya.
"Masuk, Nak. Ngobrolnya di dalam aja sambil ngeteh. Ibu sudah buatin tehnya."
"Masuk yuk, Fat!" Zeeviana menarik paksa lengan Fathia. Fathia sebenarnya mau, tapi malu saja kalau Zeeviana belum mengajak atau memaksanya.
Mereka pun masuk ke dalam rumah dan duduk di ruang tamu sambil meminum secangkir teh hangat dan juga menonton tv.
Fathia mulai bertanya tentang pekerjaan Zeeviana. Zeeviana pun menjelaskan semua pekerjaannya hari ini, kecuali acara makan siang bersama Bian dan Morgan tadi.
Sementara itu, di depan pagar rumah Zeeviana. Ada seorang gadis yang berdiri dengan muka masam di sana. Gadis itu adalah gadis yang sama dengan gadis yang sengaja membuat Zeeviana tersandung di kafe waktu itu.
Gadis itu sangat benci pada Zeeviana. Karena Ibunya selalu membanding dia dengan Zeeviana sejak kecil. Bahkan sampai mereka besar sekarang. Sang Ibu selalu membanding dia yang pemalas dengan Zeeviana yang pekerja keras.
Gadis itu sangat tidak suka mendengar ucapan dari Ibunya yang hampir setiap hari membanding dia dengan Zeeviana. Oleh sebab itu, dia selalu berusaha untuk lebih pantas dari Zeeviana.
Dia bahkan sengaja ingin membuat Zeeviana tidak bisa lagi bekerja di kafe saat itu. Karena dia ingin menggantikan posisi Zeeviana. Namun manager kafe yang baru malah menolaknya, tidak menerima dia untuk menjadi pelayan di sana. Dengan alasan, prilaku yang tidak baik dan juga tidak sopan yang ada pada dirinya. Gadis itu bernama Sandra.
...*****...
Tok..., Tok..., Tok...,
Teng mengetuk pintu depan rumah Zeeviana. Ia datang dengan membawa satu keresek apel merah kesukaan Zeeviana. Apel itu dia dapatkan dari toko buah Ibunya di pasar.
Zeeviana meletakkan Hpnya. Gadis itu menatap Fathia yang masih sibuk bermain game cacing di sampingnya.
"Fat? Kayak ada orang ngetuk pintu deh tadi," ucap Zeeviana sembari merapikan bajunya. Ia melangkah mendekati pintu depan. Dikuti oleh langkah Fathia di belakangnya.
Tok..., Tok..., Tok...,
"Permisi...," ucap Teng yang masih berdiri di depan pintu. Pria itu begitu sabar dalam menunggu.
"Tamu tak diundang datang," gerutu Fathia yang sudah hafal dengan suara Teng. Dia selalu menjadi korban apabila Teng datang ke rumah Zeeviana. Pasti selalu dia yang menemani Teng berbicara!
"Kamu aja yang buka pintunya, Fat. Aku tadi pagi udah ketemu sama dia. Masak ketemu lagi sekarang!" Zeeviana sudah bersembunyi di balik tubuh Fathia. Fathia pun menghela napas sambil memutar bola matanya malas. Gadis itu membuka pintu depan dengan perlahan.
"Eh, ada si cantik Fathia ternyata," ujar Teng saat melihat Fathia yang membuka pintu untuknya.
"Hehe, Bang Teng ada perlu apa, ya? Kalau mau ketemu Zee, Zee-nya capek, baru pulang kerja," jawab Fathia. Gadis itu bahkan tidak menawarkan Teng untuk masuk terlebih dahulu.
"Tidak apa, Cantik. Bang Teng mau titip ini aja." Teng menyerahkan keresek hitam yang berisi apel merah itu pada Fathia. Fathia ragu untuk mengambilnya.
"Titip salam juga ya, untuk Cinta. Tolong bilang sama dia. Bang Teng akan setia menunggu balasan cinta darinya," ucap Teng sembari merapikan jambulnya. Membuat Fathia merinding disco melihatnya.
"Itu saja, kan? Tidak ada lagi yang ingin Bang Teng katakan?" tanya Fathia. Teng tersenyum manis padanya.
"Ya sudah, kalau begitu, Bang Teng pulang dulu. Ingat! Jangan lupa sampein salam Teng Sudarjo pada Cinta!" ucap Teng dengan kaki yang melangkah mundur menjauhi pintu depan rumah Zeeviana.
"Sip, pasti aku sampein sama Zee nanti! Bang Teng Sudarjo pulang dan istirahat dengan tenang saja! Jangan mikirin Zee lagi! Takutnya tambah stres nanti!" Fathia segera menutup mulutnya. Beruntung Teng tidak mendengar dengan jelas kalimat terakhir yang keluar dari mulutnya! Jika Teng sampai dengar, maka hidup Fathia tidak akan tenang dibuatnya.
Setelah tubuh Teng hilang dari pandangannya. Fathia pun menutup pintu lalu menatap tajam ke arah Zeeviana yang tersenyum tanpa dosa.
"Nih, titipan dari Cintamu. Dia akan setia menunggu sampai dia mendapatkan balasan cinta darimu!" Fathia meletakkan keresek hitam tadi di atas pangkuan Zeeviana. Zeeviana menatap keresek itu dengan sesama. Kali ini, apalagi yang Teng Sudarjo bawa untuknya?!
"Huh, sampai kapan aku harus digejar oleh cinta pria itu! Aku tidak bisa seperti ini terus, Fat!" Keluh Zeeviana yang memang merasa tidak nyaman dengan semua yang telah Teng lakukan untuknya.
Teng selama ini sudah banyak membantu ataupun memberikan sesuatu untuknya. Tapi tetap saja, hati dan cinta Zeeviana tidak pernah berpihak untuknya. Mungkin untuk selamanya?
"Emmm, bagaimana, ya. Aku juga bingung, Zee. Satu sisi, aku kasian juga padanya dan satu sisi lagi, aku mengerti, kalau cinta tidak bisa dipaksa," ucap Fathia lalu memeluk tubuh Zeeviana. Zeeviana sudah seperti saudara kadung bagi Fathia.
"Bagaimana kalau kamu saja yang sama Bang Teng, Fat! Aku perhatian, ya. Kalian itu nyambung kalau lagi bicara, jadi dapet kemistrinya!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
juhaina R💫💫
wkwkw enak saja nyuruh nyurih, cinta bukan karna disuruh suruh🤣
2025-03-13
1
Heryta Herman
/Chuckle//Chuckle/
2024-06-13
0
Julia
waduhhhh
2022-10-23
1