"Jangan goyah, Zee!"

...💙 Episode - 11 💙...

Zeeviana menuruni tangga dengan cepat, kaki mungilnya melangkah mendekati ruang setrika. Gadis itu segera menutup pintu, lalu menyandarkan tubuh mungil miliknya, dengan tangan yang memegang dadanya yang masih berdebar tak karuan.

Tatapan Bian berhasil menghantui pikiran Zeeviana. Matanya yang indah, dengan pancaran binar aneh itu membuat Zeeviana hampir goyah.

"Tidak Zee! Kamu tidak boleh menyukainya! Dia adalah orang yang berbeda denganmu! Kamu ada di rumah ini karena bekerja padanya! Jaga batasan dan juga etikamu Zee! Kamu tidak boleh goyah!"

Gadis itu berbicara pada dirinya sendiri, ia mencoba menepis bayangan Bian dari pikirannya. Namun tatapan dan senyum yang sempat Bian tunjukan tidak berhasil menghilang juga.

Semua itu kembali terputar dan terus berputar di pikiran Zeeviana, gadis yang sangat menolak akan hadirnya cinta di dalam dirinya.

Hidupnya seolah ia fokuskan untuk bekerja dan membahagiakan Ibunya saja. Tidak pernah terlintas di benaknya, untuk mencari kebahagiaan untuk dirinya sendiri ataupun memikirkan masa depannya nanti.

Ketukan pintu membuat Zeeviana sadar dari lamunannya. Gadis itu membenarkan ikat rambutnya terlebih dahulu kemudian membuka pintu.

"Tuan Morgan memanggilmu, Zee. Dia menunggumu di depan," ucap Bi Erna. Zeeviana mengangguk sopan dan langsung melangkah ke halaman depan.

Terlihat Morgan berdiri di sana. Posisinya sekarang membelakangi Zeeviana.

"Tuan Morgan?"

Morgan membalik tubuhnya. Pria itu berusaha untuk menahan tawanya saat melihat wajah Zeeviana. Bayangan tentang Zeeviana yang berteriak tadi pagi masih tersirat jelas diingatkannya.

"Anda memanggil saya, Tuan?" Zeeviana sudah mundur satu langkah saat Morgan mendekatinya.

"Hemm, apakah pekerjaanmu sudah selesai sekarang?" tanya Morgan.

"Sudah Tuan."

"Baguslah, setelah makan siang, ikut denganku," ucap Morgan lalu melangkah melewati Zeeviana. Morgan masuk ke dalam rumah dan langsung berjalan menaiki tangga menuju ruang kerja Bian.

'Tuan Morgan mau mengajakku kemana?' Batin Zeeviana sambil menatap punggung Morgan yang masih menaiki tangga.

...****...

Morgan membuka pintu ruang kerja Bian. Ia meletakkan semua dokumen penting yang harus Bian baca dan tanda tangani di atas meja kerja.

"Tuan?" Panggil Morgan pada Bian yang sedang melamun. Bibirnya melengkung membentuk sebuah senyuman bahagia. Dan Morgan sangat faham apa yang berhasil membuat Bian sebahagia ini sekarang.

"Apakah perlu saya pindahkan semua berkas dan dokumen penting perusahan ke rumah Tuan? Karena saya rasa, Anda lebih betah di rumah sekarang." Pancing Morgan, dan berhasil, Bian kini menatap serius ke arahnya.

"Duduklah!"

Morgan pun menarik kursi lalu duduk di samping Bian.

"Apakah kamu tau, apa yang baru saja terjadi di kamarku?" tanya Bian dengan mata yang disipitkan.

"Aku tidak tau, Kak. Yang kutahu, hanya saat Zeeviana berteriak karena melihat dadamu tadi pagi saja. Hanya itu!" Jawab Morgan jujur. Morgan memang belum mengecek cctv rumah Bian lagi, setelah tadi pagi.

"Kamu pasti tertawa kejam kan saat menontonnya?!"

"Maaf, Kak. Aku sudah lancang, karena terus memutar ulang bagian itu!" Ada senyum jahil yang muncul di bibir Morgan.

"Ah, aku tidak perduli. Aku sedang bahagia sekarang. Jadi, aku memaafkan semua kelancangan yang kamu lakukan!"

"Aku ikut bahagia melihatmu bahagia, Kak. Tapi, apakah aku boleh mengetahui sebab kebahagianmu. Tidak mungkin kan kamu sebahagia ini tanpa sebab?" tanya Morgan yang sebenarnya sudah dihantui rasa penasaran.

"Kamu benar-benar ingin tau?" Bian menaikan salah satu alisnya saat menatap Morgan.

"Jika tidak boleh tau, tidak apa, Kak. Aku menghargai privasimu." Morgan menunduk hormat.

"Coba tanya pada tanganku, Morgan! Apakah dia tau sebab kebahagianku hari ini?" Bian mengulurkan tangannya di hadapan Morgan.

Morgan berpikir sejenak, 'Memang apa sih yang sudah terjadi? Dan apa hubungannya dengan tangan kekar ini?!' Batin Morgan.

Morgan pun menyipitkan matanya, menatap Bian. "Jangan Bilang, tangan ini sudah bersentuhan dengan tangan Zeeviana, atau sudah menyentuh pipi Zeeviana!" tebak Morgan.

Bian menggeleng pelan. Ia bangkit dari duduknya lalu mendekatkan bibirnya pada telinga Morgan.

"Dia sudah menyentuh pinggang Zee..., dan menyelamat tubuh Zee hari ini," bisik Bian kemudian melangkah keluar dari ruangan. Meninggalkan Morgan yang masih bersusah mencerna ucapannya.

'Apakah sudah sejauh itu hubungan mereka sekarang?' Batin Morgan. Ah, jujur saja, Morgan ikut bahagia mendengarnya. Tapi ada beberapa hal yang masih menghalanginya untuk tersenyum bahagia.

Morgan kini mulai memikirkan tentang reaksi keluarga Bian saat mengetahui keberadaan Zeeviana nanti.

Apakah Zeeviana akan diterima dengan tangan terbuka di keluarga besar Bian?

Apakah mereka akan menghargai dan menyayangi Zeeviana sama seperti Bian?

Apakah mereka bisa menjamin Zeeviana aman dan nyaman saat berada di dekat mereka nanti?

Lalu bagaimana dengan Ibu Zeeviana? Apakah dia akan menerima kedatangan Bian lagi dalam hidup anaknya?

Apakah dia masih ingat dengan janji yang telah Bian buat bersama putri kecilnya?

Sungguh, Morgan mulai memikirkan itu sejak sekarang. Morgan ingin melihat Bian bahagia. Tapi Morgan tidak ingin kebahagian Bian menimbulkan masalah di dalam keluarga besar Bian.

Morgan juga tidak ingin, jika kebahagian Bian malah menjadi ancaman bagi Zeeviana nanti. Morgan tidak ingin semua itu terjadi. Oleh sebab itu, Morgan harus memutar otaknya lebih keras lagi. Ia harus mencari jalan keluar untuk semua penghalang ini. Ia harus menunjukan pada Bian. Sebesar apa kesetiaan dan pengabdian pada Bian! Dan sebesar apa usahanya untuk mewujudkan kebahagian Bian!

Setelah cukup lama termenung, Morgan pun keluar dari ruang kerja Bian. Pria itu langsung berjalan menuju meja makan. Terlihat Bian sudah duduk di kursinya. Namun tidak ada Zeeviana ataupun Bi Erna di sana.

"Panggil mereka!" ucap Bian seolah mengerti apa yang sedang Morgan pikirkan sekarang.

Morgan melangkah menuju dapur terlebih dahulu, ia tidak mendapati Bi Erna di sana. Pria itu pun mengeluarkan Hp dari saku jasnya. Menelpon dan langsung menanyakan keberadaan Bi Erna.

Dan ternyata, Bi Erna sudah pulang sekarang. Dia sebenarnya sudah menyampaikan hal ini pada Morgan tadi pagi. Hanya saja Morgan lupa untuk menyampaikan pada Bian.

Morgan pun berjalan menuju ruang setrika. Ia membuka pintu, dan terlihat Zeeviana sedang membersihkan dan membereskan ruangan itu.

'Gadis ini memang tidak pernah lelah dalam bekerja!' Batin Morgan.

"Khemm!" Morgan berdehem, membuat mata bulat Zeeviana langsung menatap ke arahnya.

"Tuan Bian sudah menunggu di meja makan. Cepatlah ke sana. Jangan biarkan Tuan Bian menunggu lebih lama lagi!" ucap Morgan lalu menutup kembali pintu ruangan.

"Memang siapa aku, yang berani membuat Tuan Bian menunggu?!" Zeeviana segera meninggalkan ruang setrika. Langkahnya terhenti saat matanya tidak berhasil melihat sosok Bi Erna di meja makan. Hanya ada Bian dan Morgan di sana!

"Duduklah, Zee...," ucap Bian.

"Baik Tuan."

Zeeviana hanya bisa tersenyum canggung saja. Jujur, Zeeviana merasa aneh jika Bian memanggil namanya seakrab itu.

Zeeviana merasa, kalau Bian sebenarnya sudah lama dan jauh mengenal dirinya. Dan jika memang begitu, kenapa Zeeviana tidak menemukan bayangan Bian di dalam ingatannya? Yang Zeeviana ingat, dia dan Bian pertama kali bertemu di kafe Nirwana. Dan kejadian di kafe itulah yang membawa dia sampai berada satu meja makan dengan Bian dan Morgan seperti saat ini.

"Kamu sudah banyak mengeluarkan tenaga hari ini. Makanlah lebih banyak lagi!" ucap Bian dengan menatap ke arah piring Zeeviana.

"Segini saja, Tuan. Saya sudah kenyang."

Gadis itu menghindari tatapan mata Bian. Jangan sampai matanya dan mata Bian bertemu lagi. Apalagi sampai Bian menatap dengan binar aneh di mata indahnya itu. Jika sampai itu terjadi, mungkin Zeeviana tidak akan kuat mengontrol dan menahan dirinya lagi!

'Jangan Zee..., Jangan tatap matanya..., Jangan sukai senyumannya..., Kumohon..., Jangan sampai kamu jatuh cinta padanya, Zee...,' Batin Zeeviana memperingati dirinya sendiri.

...*****...

Terpopuler

Comments

Atik Marwati

Atik Marwati

hhhh... kamu lucu Zee
tapi benar jangan tatap matanya takutnya kena hipnotis ...

2025-03-06

1

NUR(V)

NUR(V)

aku suka kak dengan ceritanya 😆😆😆

2021-11-21

1

Dilah Mutezz

Dilah Mutezz

jatuh cinta juga gpp zee kn bian nya udh love love bngettt sma qm 😘

2021-11-20

3

lihat semua
Episodes
1 Janji
2 Pelayan Kafe
3 Dia Gadisku!
4 Tawaran Bekerja
5 'Demi Ibu.'
6 Hari Pertama Bekerja
7 Tontonan Baru Bian
8 Makan Siang Bersama
9 Tamu Tak Diundang
10 Roti Sobek
11 Tangan Beruntung Bian
12 "Jangan goyah, Zee!"
13 "Siapa dia?"
14 Kunjungan Ke Panti
15 "Simpanan Om-Om?"
16 Omong Kosong Sandra
17 "Ibu percaya padamu, Zee."
18 Secangkir Susu Hangat
19 "Kita berteman sekarang?"
20 Dugaan Ayunda
21 "Nadiku."
22 Ucapan Terimakasih?
23 "Aku Mencintaimu, Zee."
24 "Maafkan aku, Teng."
25 Obat Termanjur
26 Obat Tambahan
27 Harapan Bian
28 Restu Ayunda
29 Kencan?
30 Gadis Bunglon
31 Obat Nyamuk
32 Pengganggu Atau Penyelamat?
33 Ketulusan Cinta Bian.
34 Ular Kobra
35 Jiwa Iri Dengki Sandra
36 Ibu
37 Sebuah Rasa
38 Tentang Bian
39 Fathia
40 Harapan Kecil
41 Tuan Yosi & Nyonya Dara
42 "Calon Kakak Ipar, ya?"
43 "Rindu, ya, Nona?"
44 Berkirim Pesan
45 Prank Alam!
46 Digigit Semut
47 Ibu Ayunda
48 Keceplosan
49 Tante Galak
50 Tapi Bo'ong
51 Meminta Batuan
52 "Namanya Zeeviana."
53 Salah Orang
54 Hati Zeeviana
55 Kafe Nirwana
56 I Love You
57 Janji Bian
58 Tante Zuanda
59 Rumah Sakit Kota
60 Pangeran Tanpa Kuda & Putri Tanpa Mahkota
61 Senyum Bahagia
62 "Jaga Dia."
63 Pusing
64 Sedikit Tentang Morgan
65 24 Tahun Yang Lalu
66 Langit Malam
67 Uncle Bian!
68 Persiapan Karlina
69 Keluarga Yang Baik
70 The Best Family
71 "Calon Suamiku."
72 Janji Suci ~ End
73 Terimakasih ^_^
74 Episode Spesial : Morgan & Fathia (1)
75 Episode Spesial : Morgan & Fathia (2)
76 Episode Spesial : Morgan & Fathia (3)
77 Episode Spesial : Morgan & Fathia (4)
78 Episode Spesial : Morgan & Fathia (5)
Episodes

Updated 78 Episodes

1
Janji
2
Pelayan Kafe
3
Dia Gadisku!
4
Tawaran Bekerja
5
'Demi Ibu.'
6
Hari Pertama Bekerja
7
Tontonan Baru Bian
8
Makan Siang Bersama
9
Tamu Tak Diundang
10
Roti Sobek
11
Tangan Beruntung Bian
12
"Jangan goyah, Zee!"
13
"Siapa dia?"
14
Kunjungan Ke Panti
15
"Simpanan Om-Om?"
16
Omong Kosong Sandra
17
"Ibu percaya padamu, Zee."
18
Secangkir Susu Hangat
19
"Kita berteman sekarang?"
20
Dugaan Ayunda
21
"Nadiku."
22
Ucapan Terimakasih?
23
"Aku Mencintaimu, Zee."
24
"Maafkan aku, Teng."
25
Obat Termanjur
26
Obat Tambahan
27
Harapan Bian
28
Restu Ayunda
29
Kencan?
30
Gadis Bunglon
31
Obat Nyamuk
32
Pengganggu Atau Penyelamat?
33
Ketulusan Cinta Bian.
34
Ular Kobra
35
Jiwa Iri Dengki Sandra
36
Ibu
37
Sebuah Rasa
38
Tentang Bian
39
Fathia
40
Harapan Kecil
41
Tuan Yosi & Nyonya Dara
42
"Calon Kakak Ipar, ya?"
43
"Rindu, ya, Nona?"
44
Berkirim Pesan
45
Prank Alam!
46
Digigit Semut
47
Ibu Ayunda
48
Keceplosan
49
Tante Galak
50
Tapi Bo'ong
51
Meminta Batuan
52
"Namanya Zeeviana."
53
Salah Orang
54
Hati Zeeviana
55
Kafe Nirwana
56
I Love You
57
Janji Bian
58
Tante Zuanda
59
Rumah Sakit Kota
60
Pangeran Tanpa Kuda & Putri Tanpa Mahkota
61
Senyum Bahagia
62
"Jaga Dia."
63
Pusing
64
Sedikit Tentang Morgan
65
24 Tahun Yang Lalu
66
Langit Malam
67
Uncle Bian!
68
Persiapan Karlina
69
Keluarga Yang Baik
70
The Best Family
71
"Calon Suamiku."
72
Janji Suci ~ End
73
Terimakasih ^_^
74
Episode Spesial : Morgan & Fathia (1)
75
Episode Spesial : Morgan & Fathia (2)
76
Episode Spesial : Morgan & Fathia (3)
77
Episode Spesial : Morgan & Fathia (4)
78
Episode Spesial : Morgan & Fathia (5)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!