...💙 Episode - 2 💙...
Zeeviana bersama dengan sahabatnya berjalan di trotoar jalan. Kedua gadis itu memiliki latar belakang yang sama. Sama-sama tidak memiliki orangtua yang lengkap, dan juga hidup dengan kehidupan yang sederhana.
Tujuan hidup dua gadis itu hanya satu, yaitu bekerja dan mengumpulkan banyak uang untuk membantu kebutuhan Ibu mereka. Orang yang paling mereka cintai dan sayangi di dunia ini.
"Sabar ya, Zee. Mungkin tempatmu memang bukan di kafe itu lagi," ucap Fathia setelah mendengarkan curhatan hati Zeeviana. Zeeviana pun tersenyum menguatkan dirinya.
"Aku heran saja, Fat. Masa hanya gara-gara itu aku dipecat? Kan kayak terkesan aneh gimana..., gitu." Zeeviana berhenti lalu duduk di atas besi jembatan. Diikuti oleh Fathia.
"Yang mungkin, orang yang kamu tabrak itu orang penting. Atau mungkin dia pemilik kafe itu? Atau keluarga dari pemilik kafe itu. Kita nggak tau," ucap Fathia dan mendapatkan anggukan setuju dari Zeeviana.
"Mungkin begitu ya." Zeeviana menatap ke arah jalanan yang masih ramai. Tepat di sebarang jalan ada sebuah gerobak bakso, Zeeviana pun berniat untuk mengajak Fathia ke sana. Sudah lama mereka tidak makan bakso bersama.
"Ke sana yuk, Fat!" Ajak Zeeviana lalu menarik paksa tangan Fathia. Mau tidak mau, Fathia pun ikut bersamanya.
"Dua ya, Pak!" Ujar Zeeviana sambil menarik kursi lalu duduk berhadapan dengan Fathia. Zeeviana memperhatikan sekelilingnya. Bersih dan rapi sekali.
"Oh ya, Zee. Kamu sudah cari kerjaan baru, nggak?"
Zeeviana menggelengkan kepalanya. "Belum, Fat. Aku bingung mau kerja apalagi. Jika boleh, ya. Aku ingin bekerja di sana." Zeeviana menunjuk gedung tinggi yang tidak jauh dari tempat mereka.
Fathia mengikuti arah tangan Zeeviana. "Kamu mau jadi pegawai kantoran maksudnya?"
"Emm, aku pengen banget..., Tapi, aku hanya lulusan SMA. Mana mungkin aku bisa bekerja di sana," jawab Zeeviana sambil menundukkan kepalanya.
"Tapi tidak apa, aku mungkin tidak bisa bekerja di sana sekarang. Tapi kita lihat saja, suatu saat nanti, aku akan berkerja dan memiliki jabatan tertinggi di sana!" Zeeviana menegakkan tubuhnya. Gadis itu tidak ingin menujukkan sisi lemahnya pada siapapun. Termasuk pada Fathia--sahabatnya.
Fathia pun tersenyum melihat semangat hidup yang ada pada seorang Zeeviana.
"Ini baksonya, Neng...," ucap tukang bakso itu sambil meletakkan dua mangkuk bakso di atas meja. Zeeviana ataupun Fathia tersenyum pada tukang bakso itu.
"Makasih ya Pak." Fathia menarik satu mangkuk untuknya, setelah itu mendorong satu mangkuk lagi untuk Zeeviana.
Sementara itu, tanpa kedua gadis itu sadari, ada seseorang yang sudah lama mengamati mereka. Bahkan sejak mereka keluar dari gang rumah tadi. Orang itu tidak lain dan juga tidak bukan adalah Morgan. Sekertaris yang diperintah oleh Bian untuk menyelidiki tentang pelayan tadi.
"Zeeviana, nama yang bagus," gumam Morgan. Morgan sudah memegang dua lembar kertas yang berisikan semua data pribadi Zeeviana. Mulai dari nama, tanggal lahir, nama orangtua, tempat tinggal, pendidikan dan juga pekerjaan Zeeviana.
Morgan kembali menatap ke arah Zeeviana dan juga Fathia. Sepertinya, cukup sampai di sini saja dia mengikuti Zeeviana. Toh, Bian juga belum memberikan perintah apapun selain menyelidik gadis itu.
Akhirnya, mobil Morgan pun langsung melaju ke arah perumahan dimana Bian tinggal. Morgan berniat untuk menyerahkan semua data tentang gadis itu malam ini juga. Agar semua pekerjaan selesai, dan dia bisa tidur dengan tenang.
Sesampainya di rumah Bian. Morgan mendapati Bian tengah duduk di meja makan, pria itu sedang mengupas sebuah apel merah, ada segelas susu juga di atas meja makan.
"Kak?" Sapa Morgan. Sapaan itu sudah biasa di antara dia dan juga Bian. Bahkan Bian sendiri yang meminta Morgan untuk memanggilnya dengan panggilan biasa di luar jam kerja. Bian menoleh sambil menaikkan sebelah alisnya.
"Duduklah!" ucap Bian, Morgan pun menurut dan duduk di kursi samping kanan Bian.
"Ini, aku sudah merangkum semuanya, dan aku sudah mengirimkan beberapa foto gadis itu lewat WhatsApp tadi," ujar Morgan dengan tangan yang sudah menyentuh sebuah apel. Morgan mengambil dan langsung menggigitnya.
"Emmm, taruh saja dulu. Aku akan membacanya nanti," jawab Bian kemudian memasukan satu potong apel ke dalam mulutnya. Bian mengunyah apel itu sambil melirik sekilas ke arah kertas yang sudah Morgan taruh di atas meja. Mata Bian yang masih normal bisa membaca nama yang tertera di atas kertas putih itu.
"Zeeviana!" Bian segera menyambar kertas itu. Matanya membaca ulang nama Zeeviana, lalu beralih pada tanggal lahir gadis itu.
"Umurnya dua puluh dua tahun sekarang." Bian berpikir sejenak, Ia mencoba mengingat, berapa umurnya saat Zeeviana---kekasih kecilnya lahir dulu.
Mata Bian kembali mengamati setiap kata yang tertulis di kertas itu. Membuat Morgan yang duduk di sampingnya ikut penasaran.
'Perasaanku kenapa jadi tidak enak seperti ini ya?' Batin Morgan bertanya.
"Ayunda..., Tante Ayu?" Bian meletakkan kertas tadi di atas meja. Apakah pelayan kafe itu benar Zeeviana---kekasih kecilnya? Atau nama mereka hanya mirip saja. Tapi, bagaimana dengan Ayunda? Tidak mungkin nama Ibu mereka mirip juga, kan?
Bian memijat pangkal hidungnya. "Kamu bilang, kamu sudah mengirim foto kan tadi?" tanya Bian pada Morgan. Morgan pun mengangguk membenarkan pertanyaan Bian.
"Tolong ambilkan Hpku di atas meja itu!" Bian menunjuk meja Tv, dimana ada Hp dan juga kunci mobilnya di sana.
"Ini, Kak." Morgan meletakkan benda pipih itu di samping tangan Bian. Bian langsung mengambilnya. Dan memeriksa pesan masuk yang Morgan kirimkan.
"Apakah kamu sudah pastikan, kalau semua informasi yang kamu dapatkan ini benar?" tanya Bian sambil memincingkan matanya menatap Morgan.
"Sudah, Kak. Aku yakin, semua informasi ini benar."
"Zee, apakah benar ini kamu?" Gumam Bian dengan netra yang menatap foto Zeeviana yang terpampang jelas di layar Hpnya. Bian memperbesar foto itu, mengelus pipi Zeeviana dengan ibu jarinya.
"Kak Bian mengenalnya?" tanya Morgan penasaran.
"Dia Gadisku! Dia adalah Zeeviana kecilku! Dia sudah tumbuh besar dan menjadi gadis cantik sekarang!"
Zeeviana kecilku? Morgan baru sadar sekarang. Jadi gadis itulah yang Bian cari selama ini? Gadis kecil yang memiliki mata coklat ceria itu ternyata permata hati Tuannya! Kenapa Morgan baru sadar sekarang! Kenapa tidak dari tadi saja!
"Aku ingin menangih janjinya, Morgan. Aku ingin memiliki Zee kecilku!" Ujar Bian.
"Tapi, Kak. Apakah gadis kecil itu ingat padamu? Apakah kamu yakin, dia masih mengingat janji yang dia buat denganmu? Aku rasa, kamu sendiri tau jawabannya, Kak," jawab Morgan sesuai fakta.
Terdengar Bian menghembuskan napas pelan. Bian menatap ke arah Morgan. Tatapan matanya begitu menyedihkan. Membuat Morgan tak tega padanya, dan Morgan pun berniat untuk membantunya.
"Aku akan melalukan cara apapun untuk bersama gadis kecilku. Aku mencintai dan menyayanginya. Sama seperti dulu, dan tidak akan pernah berubah sampai kapan pun itu," lirih Bian.
"Aku akan mendukungmu, Kak. Aku akan melakukan semua cara yang bisa membuatmu dekat dan bersatu dengan Nona Zeeviana. Aku pasti akan melakukannya!"
"Itu yang kusuka darimu!" Bian menepuk pundak Morgan bangga. Morgan juga tersenyum bangga dengan kepercayaan dan juga posisinya di mata Bian sekarang.
Setelah itu, Morgan pamit undur diri, karena dia merasa semua tugasnya sudah selesai hari ini. Bian juga harus istirahat, karena begitu banyak agenda penting yang akan dilakukan oleh pria yang menjabat sebagai direktur utama itu.
...****...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Julia
keren
2022-10-23
1
Dilah Mutezz
mna zee tau lah bian waktu itu kan msih bayi mna mungkin dia ingettt 🤭
smngatt buat dptn zee yaa bian 😘
2021-11-19
6
Siti AR
aq mampir thor
walaupun aq jarang kasih koment
tapi selalu ku kasih like buat kamu
2021-07-21
2