...💙 Episode - 10 💙...
Pukul 10.15
Bi Erna datang dengan membawa dua keresek belanjaan di tanganya. Ia baru saja pulang dari pasar, membeli semua kebutuhan dapur yang ia perlukan untuk memasak menu makan siang untuk Bian.
Morgan kemarin berpesan, mulai hari ini dan seterusnya, Bian akan pulang untuk makan siang. Dan untuk menu makannya, diserahkan pada Bi Erna sana. Morgan yakin, Bi Erna pasti faham dengan serela makan Bian!
Bi Erna menatap ke arah Zeeviana yang baru saja turun dari lantai atas. Gadis itu terlihat sedikit lelah, dan mungkin butuh minum sekarang. Bi Erna pun menuangkan segelas air putih untuk diberikan pada Zeeviana.
"Minum, Zee," ucap Bi Erna sembari meletakan gelas bening tadi di atas meja setrika, Zeeviana menoleh lalu tersenyum padanya.
"Terimakasih, Bi." Zeeviana meraih gelas itu, lalu meneguk sepertiga dari isinya. Hilang sudah rasa dahaga Zeeviana sekarang.
"Istirahat dulu, Zee..., Bahaya loh kalau nggak fokus nyetrika nanti," ucap Bi Erna. Wanita 43 tahun itu khawatir pada Zeeviana. Takut tangan Zeeviana malah terkena setrika nantinya.
''Nggak apa-apa kok, Bi. Zee pasti istirahat kalau Zee sudah lelah nanti," jawab gadis itu tersenyum ceria. Bi Erna pun menghela napasnya. Ia tidak bisa memaksa jika Zeeviana masih ingin melanjutkan pekerjaannya.
"Ya, sudah, Zee..., lanjutkan saja. Bi Erna ke dapur dulu, mau masak makan siang untuk Tuan Bian," ujar Bi Erna lalu melangkahkan kakinnya keluar dari ruang setrika, meninggalkan Zeeviana yang menatap kepergiannya.
'Apakah aku harus ikut makan siang lagi dengan Tuan Bian dan Tuan Morgan?' Batin Zeeviana bertanya.
Zeeviana menatap gelas yang masih berisi seperempat air itu. Ia mengambil gelas itu lalu meneguk habis isinya.
Setelah itu, Zeeviana kembali melanjutkan pekerjaannya. Ia menyetrika beberapa baju kaos, dua kemeja, dua jas, dan juga 6 celana Bian.
Zeeviana melakukan dengan teliti, sampai semuanya tersusun rapi dan siap untuk di masukan ke dalam lemari.
Saat hendak menaiki tangga menuju kamar Bian. Zeeviana sempat terdiam, sambil menatap baju kaos yang ia pegang.
"Tuan Bian dimana ya sekarang? Apakah dia ada di dalam kamar, atau di ruang kerjanya?" Gumam Zeeviana sambil melanjutkan langkah kakinya menaiki tangga.
Tok..., Tok..., Tok...,
Zeeviana mengetuk pintu dengan tangan kanannya. Sementara tangan kirinya ia gunakan untuk memegang baju kaos Bian. Zeeviana berusaha untuk menjaga kesimbangan tubuhnya.
Karena tidak ada jawaban, gadis itu pun membuka pintu kamar dengan perlahan. Terdengar ia menghembuskam napas lega, karena tidak melihat sosok Bian di dalam sana.
Zeeviana membuka lemari, lalu meletakan baju kaos Bian sesuai warna juga. Baju Bian lebih banyak yang berwarna putih, abu dan hitam. Mungkin Bian menyukai warna itu, tebak Zeeviana sembari menutup kembali pintu lemari. Ia turun ke lantai ke lantai bawah lagi, untuk mengambi kemeja dan juga jas Bian lagi.
Setelah memasukan jas dan juga kemeja, Zeeviana kembali turun, kali ini untuk mengambil celana Bian. Tanpa Zeeviana sadari ternyata Bian sudah kembali dari ruang kerjanya. Pria itu kini duduk di pojok kamar, sembari memperhatikan Zeeviana yang berdiri di depan lemarinya.
Bodohnya Bian, dia tidak bisa menolak ajakan tubuhnya untuk mendekati Zeeviana. Tubuh Zeeviana bagaikan magnet yang terus menarik tubuh Bian untuk semakin dekat dengannya. Kini Bian beridri tepat di belakang tubuh mungil Zeeviana.
Zeeviana yang sudah selesai memasukan celana Bian pun membalik tubuhnya, namun tubuhnya malah membentur tubuh Bian, yang membuat Zeeviana hilang keseimbangan.
"Zee...," Spontan Bian menahan pinggang Zeeviana. Tidak ada maksud lain selain menyelamat tubuh Zeeviana agar tidak terjantuh ke lantai kamar.
Netra Zeeviana langsung terfokus pada wajah Bian. Zeeviana bisa melihat ada sebuah binar aneh di mata Bian saat saling menatap dengannya. Tatapan mata Bian begitu menenangkan hati Zeeviana.
"Tu-tuan?" Panggil Zeeviana menyadarkan Bian dari lamunannya. Bian tersenyum sejenak, kemudian ia membantu Zeeviana untuk berdiri tegak.
"Kamu tidak apa-apa?" tanya Bian sambil memasukkan tangan ke dalam saku celana. Tangan Bian bahkan terasa panas setelah menyentuh pinggang mungil Zeeviana.
"Saya, saya tidak apa-apa. Maaf, Tuan. Karena saya menabrak tubuh Anda tadi. Maafkan, Saya," lirih Zeeviana. Zeeviana berharap, jangan sampai dia dipecat lagi karena menabrak tubuh Bian.
"Tidak apa. Sekarang kamu bisa keluar, semua baju sudah kamu masukan kan?"
"Sudah, Tuan."
"Keluarlah..., dan istirahat dulu, sembari menunggu makan siang disiapkan!" ucap Bian dengan suara yang begitu pelan dan lembut.
"Baik, Tuan. Sekali lagi maafkan saya." Gadis itu menghilang di balik pintu kamar Bian. Setelah itu, Bian langsung mengeluarkan tanganya dari saku celana.
"Kau sangat beruntung hari ini, Bian!" ucap pria itu lalu mengecup tanganya. Ah, rasanya Bian tidak ingin menyentuh benda lain lagi setelah pinggang Zeeviana tadi! Lucu sekali!
...****...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Atik Marwati
dasar kang bucin..
2025-03-06
1
Sri Khojianingsih
inget dulu dikasih duit sama pacar ga aku pakai di simpan tuh duit di dompet sampe pacar jadi maantan 😀😀😀😀
2022-06-10
1
Juliezaskia
tabgannya gak usah di cuci sebulan bian..😀😀
2021-11-21
4