Makan Siang Bersama

...💙 Episode - 7 💙...

Pintu utama pun terbuka. Terlihat Bian dan Morgan muncul dari sana. Tidak ingin menunggu lama lagi, Bian langsung melangkah menu meja makan. Pria itu tersenyum puas saat melihat semua menu makan siang yang ditata rapi di atas meja makan.

"Morgan?" Panggil Bian.

Morgan pun langsung melangkah mendekati Bian.

"Panggil Zeeviana dan juga Bi Erna untuk kemari!" ucap Bian memberi perintah, dan Morgan pun tidak berani membantah. Pria itu segera melakukan apa yang Bian katakan.

Morgan membuka pintu ruang setrika. Matanya langsung tertuju pada Zeeviana yang sedang fokus menyetrika kemeja Bian. Tangan mungilnya bergerak dengan lincah penuh semangat.

Tok... Tok... Tok...

Morgan mengetuk pintu, membuat Zeeviana menoleh ke arahnya.

"Apakah ada yang bisa saya bantu Tuan?"

"Ada, cepat keluar, Tuan Bian sudah menunggu di meja makan!" jawab Morgan.

"Tapi...,"

"Tuan Bian tidak suka orang yang melanggar perintah. Ini perintah darinya!" Potong Morgan. Zeeviana benar-benar tidak diberi celah untuk membantah.

Dan pada akhirnya, Zeeviana pun keluar dari ruang setrika. Namun kakinya masih ragu untuk melangkah menuju meja makan.

"Ayo, apa lagi yang Anda pikirkan?! Tuan Bian sudah menunggu di meja makan!" ucap Bi Erna---sang pelayan yang tadi menyiapkan menu makan siang untuk Bian.

"Saya...,"

Bi Erna sudah menarik tangan Zeeviana terlebih dahulu, membuat Zeeviana tidak sempat untuk melanjutkan ucapannya.

"Duduklah!" ucap Bian pada Zeeviana dan juga Bi Erna yang sudah berdiri di dekat meja makan.

Bi Erna yang sudah terbiasa pun menarik kursi untuk duduk. Sementara Zeeviana masih mematung dengan kepala yang sedikit tertunduk. Gadis itu tidak berani menatap Bian ataupun Morgan.

"Zeeviana?" Panggil Bian membuat Zeeviana mengangkat kepalanya. Netranya dan juga netra Bian saling menatap, namun Zeeviana dengan segera menunduk kembali kepalanya.

"Duduklah, jangan sungkan seperti itu," ucap Bian lembut.

"Baik, Tuan." Zeeviana pun duduk di samping Bi Erna. Posisinya tepat berada di hadapan Bian sekarang.

Makan siang pun dimulai dengan tenang. Tidak ada yang bicara diantara mereka. Baik itu Bian ataupun Morgan. Keduanya sama-sama diam, dan sesekali melirik ke arah Zeeviana yang makan tanpa menimbulkan suara. Bahkan tidak ada suara benturan sendok dan piring darinya.

'Aku rasa, aku semakin jatuh cinta padamu, Zee.' Batin Bian sambil melirik Zeeviana yang kebetulan melirik juga ke arahnya. Hal itu berhasil membuat jantung Zeeviana berdetak lebih kencang dari sebelumnya. Begitupula dengan jantung Bian, tak kalah berdebar dengan jantung Zeeviana sekarang.

'Awal yang bagus untuk hubungan mereka.' Batin Morgan, dialah yang merancang acara makan siang hari ini. Bian hanya ikut-ikutan saja. Begitupula dengan Bi Erna yang direpotkan oleh keduanya. Sebenarnya tidak direpotkan, hanya dikagetkan saja. Karena memasak menu makan untuk Bian memang sudah menjadi tugasnya di rumah ini.

Setelah makan siang, Bian dan Morgan kembali ke perusahaan. Sebelumnya, Morgan mengingatkan Zeeviana, kalau dia boleh pulang setelah jam menunjuk pukul 5 sore. Tidak perduli pekerjaannya sudah selesai atau belum. Zeeviana tetap harus pulang di jam itu juga! Kalau yang ini, perintah langsung dari Bian, bukan Morgan!

...****...

Zeeviana mengangkat satu tumpukan kemeja Bian yang sudah ia setrika. Gadis itu berjalan dengan perlahan mendekati tangga. Saat hendak menaiki tangga, ia kembali bertemu dengan Bi Erna yang baru saja keluar dari dapur. Bi Erna tersenyum pada Zeeviana.

"Apakah Anda perlu bantuan saya?" tanya Bi Erna. Zeeviana menggeleng sopan.

"Tidak apa, Bi. Zee masih bisa melakukannya," ucap gadis itu seraya melangkahkan kakinya menaiki tangga.

"Hati-hati, Zee...," Bi Erna sedikit berteriak. Entah mengapa, ia merasa melihat kembali dirinya yang dulu dalam tubuh Zeeviana. Dia yang dulu bekerja keras hanya untuk sesuap nasi saja. Bi Erna merasa sedih jika mengingatkan masa-masa pahit di dalam hidupnya.

Zeeviana membuka pintu kamar Bian dengan sikunya. Gadis itu berjalan dengan perlahan, bahkan sangat teliti dan hati-hati dalam melangkahkan kakinya.

Ia meletakan terlebih dahulu tumpukan lipatan kemeja tadi di atas sebuah meja, lalu membuka pintu lemari Bian. Terlihat begitu banyak lipatan kemeja, dan jas yang digantung di sana. Semuanya disusun dan diletakan sesuai warna, begitu pula dengan celana-celana Bian.

"Baiklah, kemeja putih dengan kemeja putih saja," ucap Zeeviana sembari meletakan dua kemeja putih Bian yang dibawanya tadi ke dalam lemari. Zeeviana meletakan di atas lipatan kemeja putih yang sudah ada di sana.

"Biru dengan yang biru juga." Kini Zeeviana memasukan satu kemeja berwarna biru muda. Cara meletakan sama seperti sebelumnya. Diletakan sesuai warna.

Kemeja berwarna putih, biru muda, hitam, dan juga biru tua sudah masuk ke dalam lemari. Kini waktunya turun dan mengambil jas dan celana yang sudah selesai Zeeviana setrika tadi. Semuanya tinggal di masukkan ke dalam lemari.

Bian juga biasa menggantung jas sesuai warna. Kebiasan ini sudah mendarah daging pada dirinya. Bukan hanya dalam meletakkan pakaikan saja. Tapi juga buku, dan juga barang-barang lainnya.

Buku yang ada di dalam ruang kerja Bian pun diletakan sesuai warna. Memang terlihat rapi, tapi sulit untuk menyusun bagi orang yang tidak biasa seperti Zeeviana. Namun, Zeeviana meyakinkan dirinya, kalau dia pasti akan terbiasa jika sudah sering melakukannya.

Setelah memasukan semua jas dan celana ke dalam lemari. Zeeviana pun keluar dan menutup kembali pintu kamar Bian. Terdengar gadis itu menghembuskan napasnya lega, karena semua pekerjaan sudah selesai hari ini. Namun ia masih belum bisa pulang. Karena masih tersisa 20 menit lagi sebelum jam 5 sore.

Karena bingung hendak melakuan apa lagi. Zeeviana pun memutuskan untuk keluar rumah. Ia memperhatikan halaman depan. Hari sudah sore, namun halaman depan masih belum sempat dibersihkan juga oleh para pelayan lainnya.

Setelah kepergian Morgan dan Bian tadi siang. Ada 2 pelayan lagi yang datang. Satu bertugas membersihkan seluruh rumah, kecuali lantai atas, karena sudah dibersihkan oleh Zeeviana. Satu lagi bertugas untuk mencuci pakaian Bian yang sudah diletakan di dalam keranjang cucian.

Zeeviana pun meletakkan tasnya di kursi taman. Ia hendak menyapu halaman depan. Namun, tangan seseorang tiba-tiba saja menahan tangannya yang sedang memegang sapu.

"Tugasmu sudah selesaikan?"

Terpopuler

Comments

Atik Marwati

Atik Marwati

sudah...
lagi nyari tambahan pekerjaan

2025-03-06

1

juhaina R💫💫

juhaina R💫💫

duuhhh beraninya y megang² 😂

2025-03-12

1

Irma Reva

Irma Reva

panjang kali lebar

2021-03-05

1

lihat semua
Episodes
1 Janji
2 Pelayan Kafe
3 Dia Gadisku!
4 Tawaran Bekerja
5 'Demi Ibu.'
6 Hari Pertama Bekerja
7 Tontonan Baru Bian
8 Makan Siang Bersama
9 Tamu Tak Diundang
10 Roti Sobek
11 Tangan Beruntung Bian
12 "Jangan goyah, Zee!"
13 "Siapa dia?"
14 Kunjungan Ke Panti
15 "Simpanan Om-Om?"
16 Omong Kosong Sandra
17 "Ibu percaya padamu, Zee."
18 Secangkir Susu Hangat
19 "Kita berteman sekarang?"
20 Dugaan Ayunda
21 "Nadiku."
22 Ucapan Terimakasih?
23 "Aku Mencintaimu, Zee."
24 "Maafkan aku, Teng."
25 Obat Termanjur
26 Obat Tambahan
27 Harapan Bian
28 Restu Ayunda
29 Kencan?
30 Gadis Bunglon
31 Obat Nyamuk
32 Pengganggu Atau Penyelamat?
33 Ketulusan Cinta Bian.
34 Ular Kobra
35 Jiwa Iri Dengki Sandra
36 Ibu
37 Sebuah Rasa
38 Tentang Bian
39 Fathia
40 Harapan Kecil
41 Tuan Yosi & Nyonya Dara
42 "Calon Kakak Ipar, ya?"
43 "Rindu, ya, Nona?"
44 Berkirim Pesan
45 Prank Alam!
46 Digigit Semut
47 Ibu Ayunda
48 Keceplosan
49 Tante Galak
50 Tapi Bo'ong
51 Meminta Batuan
52 "Namanya Zeeviana."
53 Salah Orang
54 Hati Zeeviana
55 Kafe Nirwana
56 I Love You
57 Janji Bian
58 Tante Zuanda
59 Rumah Sakit Kota
60 Pangeran Tanpa Kuda & Putri Tanpa Mahkota
61 Senyum Bahagia
62 "Jaga Dia."
63 Pusing
64 Sedikit Tentang Morgan
65 24 Tahun Yang Lalu
66 Langit Malam
67 Uncle Bian!
68 Persiapan Karlina
69 Keluarga Yang Baik
70 The Best Family
71 "Calon Suamiku."
72 Janji Suci ~ End
73 Terimakasih ^_^
74 Episode Spesial : Morgan & Fathia (1)
75 Episode Spesial : Morgan & Fathia (2)
76 Episode Spesial : Morgan & Fathia (3)
77 Episode Spesial : Morgan & Fathia (4)
78 Episode Spesial : Morgan & Fathia (5)
Episodes

Updated 78 Episodes

1
Janji
2
Pelayan Kafe
3
Dia Gadisku!
4
Tawaran Bekerja
5
'Demi Ibu.'
6
Hari Pertama Bekerja
7
Tontonan Baru Bian
8
Makan Siang Bersama
9
Tamu Tak Diundang
10
Roti Sobek
11
Tangan Beruntung Bian
12
"Jangan goyah, Zee!"
13
"Siapa dia?"
14
Kunjungan Ke Panti
15
"Simpanan Om-Om?"
16
Omong Kosong Sandra
17
"Ibu percaya padamu, Zee."
18
Secangkir Susu Hangat
19
"Kita berteman sekarang?"
20
Dugaan Ayunda
21
"Nadiku."
22
Ucapan Terimakasih?
23
"Aku Mencintaimu, Zee."
24
"Maafkan aku, Teng."
25
Obat Termanjur
26
Obat Tambahan
27
Harapan Bian
28
Restu Ayunda
29
Kencan?
30
Gadis Bunglon
31
Obat Nyamuk
32
Pengganggu Atau Penyelamat?
33
Ketulusan Cinta Bian.
34
Ular Kobra
35
Jiwa Iri Dengki Sandra
36
Ibu
37
Sebuah Rasa
38
Tentang Bian
39
Fathia
40
Harapan Kecil
41
Tuan Yosi & Nyonya Dara
42
"Calon Kakak Ipar, ya?"
43
"Rindu, ya, Nona?"
44
Berkirim Pesan
45
Prank Alam!
46
Digigit Semut
47
Ibu Ayunda
48
Keceplosan
49
Tante Galak
50
Tapi Bo'ong
51
Meminta Batuan
52
"Namanya Zeeviana."
53
Salah Orang
54
Hati Zeeviana
55
Kafe Nirwana
56
I Love You
57
Janji Bian
58
Tante Zuanda
59
Rumah Sakit Kota
60
Pangeran Tanpa Kuda & Putri Tanpa Mahkota
61
Senyum Bahagia
62
"Jaga Dia."
63
Pusing
64
Sedikit Tentang Morgan
65
24 Tahun Yang Lalu
66
Langit Malam
67
Uncle Bian!
68
Persiapan Karlina
69
Keluarga Yang Baik
70
The Best Family
71
"Calon Suamiku."
72
Janji Suci ~ End
73
Terimakasih ^_^
74
Episode Spesial : Morgan & Fathia (1)
75
Episode Spesial : Morgan & Fathia (2)
76
Episode Spesial : Morgan & Fathia (3)
77
Episode Spesial : Morgan & Fathia (4)
78
Episode Spesial : Morgan & Fathia (5)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!