...💙 Episode - 3 💙...
Masih pagi-pagi sekali, Zeeviana sudah pamit untuk keluar pada Ibunya. Ayunda pun bertanya, "Mau kemana Nak sepagi ini?"
"Mau ke panti, Bu. Zee janji, Zee akan pulang setelah semua urusan di sana selesai!" jawab gadis itu lalu meraih tangan Ayunda. Mencium punggung tangan itu lalu beralih pada kedua pipi sang Ibu.
"Zee berangkat dulu, ya, Bu!"
Zeeviana adalah seorang gadis berkehidupan sederhana. Namun kesederhanaan hidupnya, tidak membuat ia lupa untuk membantu orang-orang di sekitarnya.
Zeeviana mungkin tidak mampu memberikan bantuan yang besar jika dengan uang. Tapi dia masih bisa membantu dengan tenaganya. Contohnya seperti hal yang sudah rutin ia lakukan beberapa hari terakhir ini, selama masa pengangguran. Yaitu membantu proses belajar di sebuah panti asuhan.
Gadis itu tidak pernah mengharapkan balasan apapun dari hal yang ia lakukan. Ia benar-benar tulus membantu mengajar di sana, tanpa mengharap imbalan apapun dari sang ibu panti yang tak muda lagi.
Kedatangan Zeeviana disambut dengan sangat antusias oleh anak-anak panti. Mereka berlarian menghampiri Zeeviana, lalu meminta Zeeviana untuk duduk di tengah-tengah mereka.
"Tunggu sebentar ya, Kak Zee mau bicara sama Ibu dulu. Kalian tunggu di sini saja, ya?" ujar Zeeviana lembut.
"Oke, Kak!"
"Anak pintar." Zeeviana pun bangkit dari duduknya. Ia langsung melangkah mendekati kamar Ibu panti.
Tok..., tok..., tok...,
Tidak lama, pintu kamar pun terbuka, terlihat Ibu panti berdiri di sana, dengan wajah yang sedikit pucat.
"Bu, ibu sakit?" tanya Zeeviana khawatir.
"Ibu nggak sakit, Nak. Ibu hanya kecapek'an aja." Ibu panti tersenyum, mencoba untuk menyakinkan Zeeviana. Kalau dirinya baik-baik saja.
"Sebenernya, Zee ingin menyampaikan sesuatu pada Ibu. Tapi Zee rasa, hari ini bukanlah moment yang tepat untuk mengatakannya," ucap Zeeviana.
"Katakan saja, Nak. Katakan semua hal yang harus dikatakan sekarang, jangan menunda, jika tidak ingin menyesal nantinya."
"Zee sepertinya harus kembali bekerja Bu. Jadi, Zee tidak bisa datang lagi ke sini, setiap hari," ucap Zeeviana, Ibu panti pun tersenyum mendengarnya.
"Ibu kira apa tadi." Wanita paruh baya itu menyentuh pundak Zeeviana.
"Tidak apa, Nak. Datang jika ada waktu luang saja, pintu panti ini selalu terbuka untukmu."
"Terimakasih ya Bu."
"Sama-sama. Seharusnya Ibu yang harus banyak berterimakasih padamu, karena berkat kehadiranmu, anak-anak jadi lebih semangat lagi dalam menimba ilmu," ujar sang Ibu panti.
"Kembali kasih Bu, Zee hanya melakukan apa yang Zee bisa lakukan, Bu. Tidak lebih dari itu," jawab Zeeviana lalu menatap ke arah jam dinding.
"Zee pamit ya, Bu." Gadis itu bisa menangkap gurat kesedihan dari wajah sang Ibu panti, yang berusaha untuk dia sembunyikan.
"Zee pasti akan sering-sering ke sini lagi," imbuh Zeeviana.
"Hati-hati di jalan ya, Nak. Dan ingat, kau harus ke sini jika ada waktu luang nanti!"
"Pasti Bu." Zeeviana pun mencium punggung tangan sang Ibu panti, sebagai hormatnya pada wanita paruh baya itu.
"Kak Zee kok pulang? Kita kan belum belajar, Kak!" Protes seorang bocah 7 tahun pada Zeeviana yang sudah berdiri di depan gerbang.
"Kak Zee harus pergi untuk cari uang yang banyak..., Setelah itu, Kak Zee akan datang lagi, dan membawa banyak mainan dan juga jajan untuk kalian," ucap Zeeviana sembari berjongkok di hadapan bocah itu.
"Jangan sedih, Kak Zee kan akan kembali lagi nanti."
"Janji ya, Kak." Bocah itu mengangkat jari kelingkingnya, meminta Zeeviana untuk berjanji padanya.
"Janji!" Zeeviana mengaitkan jari kelingkingnya dengan jari kelingking bocah itu, membuat senyuman langsung menghiasi wajah bocah cantik itu.
"Kita sayang Kak Zee." Mereka memeluk Zeeviana secara bersamaan. Hal itu pun membuat Zeeviana terharu sampai meneteskan air matanya.
Setelah itu, Zeeviana benar-benar pamit. Ia berjalan keluar dari panti, lalu melangkahkan kakinya untuk kembali lagi ke rumah.
Di tengah perjalanan pulang. Sebuah mobil tiba-tiba saja menepi, dan berhenti tepat di sebelah Zeeviana yang berjalan kaki. Zeeviana pun ikut menghentikan langkahnya, menatap ke arah seorang pria yang turun dari mobil itu.
Morgan, pria itu tersenyum pada Zeeviana sembari melepas kaca matanya. Ia mengulurkan tanganya, namun tidak langsung di balas oleh Zeeviana.
"Ada perlu apa, ya?" tanya Zeeviana sambil menatap tangan Morgan yang masih terulur di depannya. Zeeviana pun membalas uluran tangan itu dan melepas tangan Morgan dengan cepat.
"Saya Morgan. Sekretaris pribadi Tuan Albian."
"Ya? Terus kamu ada perlu apa denganku?" tanya Zeeviana. Zeeviana sama sekali belum sadar, kalau Tuan Albian yang Morgan maksud, adalah pria yang ditabraknya di kafe beberapa hari yang lalu.
"Saya hanya ingin menawarkan pekerjaan pada Anda. Itu pun kalau Anda mau," jawab Morgan sopan.
"Kenapa sih, kenapa tiba-tiba kamu menawarkan pekerjaan padaku? Aku bahkan baru pertama kali bertemu denganmu!" Zeeviana sudah mengambil tiga langkah menjauhi Morgan, namun Morgan menahan tangan Zeeviana dengan sopan.
"Maaf, Nona. Ini bukan pertemuan pertama kita. Kita pernah bertemu sebelumnya, di kafe Nirwana..., Apakah Nona tidak ingat dengan saya?"
Zeeviana berpikir sejenak. Ia menatap wajah Morgan cukup lama, dan "Hemm, aku ingat sekarang. Kamu orang yang membersihkan jas pria yang kutabrak waktu itu kan?"
Morgan pun mengangguk membenarkan.
"Bagaiamana, Nona. Apakah Anda mau menerima tawaran dari saya?"
"Aku rasa, aku harus memikirkannya terlebih dahulu," jawab Zeeviana dengan netra yang menatap Morgan, dengan tatapan curiga.
"Baiklah, Nona pikirkan saja dulu. Jika Nona sudah memikirkan dan menemukan jawaban dari tawaran saya." Morgan merogoh saku jasnya.
"Nona bisa menghubungi saya," lanjut Morgan sambil menyerahkan kartu namanya pada Zeeviana.
Zeeviana menatap kartu nama di tanganya. "Boleh jelaskan sedikit saja pekerjaannya?"
"Perkerjaan tidak berat. Anda hanya membersihkan kamar, dan beberapa ruangan di rumah Tuan Bian. Oh, dan satu lagi, Anda juga yang menyetrika dan memasukan baju Tuan Bian ke dalam lemari. Hanya itu saja," jelas Morgan.
"Emmm, baiklah. Terimakasih atas tawarannya. Aku akan bertanya dulu pada Ibuku, setelah itu, aku akan menghubungimu dan memberitahukan jawabanku!"
"Kembali kasih, Nona. Kalau begitu, saya pamit dulu, atau Anda perlu bantuan saya untuk pulang?" ucap Morgan menawarkan tumpangan.
"Tidak, aku masih bisa jalan."
"Oh baiklah." Morgan pun kembali memakai kaca matanya, lalu masuk ke dalam mobil. Melajukan mobil dengan pelan, Morgan masih menatap tubuh mungil Zeeviana yang berjalan di belakang mobilnya, dari kaca spion.
'Sesederhana itukah wanita yang Kak Bian cintai selama ini?' Batin Morgan lalu menambah laju kendaraannya. Sampai mobil itu terparkir dengan rapi di depan perusahan milik keluarga Bian.
...****...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Atik Marwati
ya... begitulah. morgan
2025-03-06
0
Juliezaskia
lanjut
2021-11-21
0
Bunga Istiqomah
thanks
2021-11-20
0