Secangkir Susu Hangat

...💙 Episode - 17 💙...

Kurang dari 15 menit perjalanan...

Mobil Bian kini terparkir di halaman depan, bersamaan dengan rintikan air hujan yang mulai jatuh membasahi Bumi.

Bian berlari memasuki rumah, ia tersenyum saat melihat hujan semakin besar.

"Anda sudah pulang, Tuan?" Bi Erna melangkah mendekati Bian. Dia mengerutkan dahinya saat tidak melihat sosok Morgan di belakang Bian.

"Tolong buatkan dua cangkir susu hangat, Bi. Dan minta Zeeviana untuk mengantarnya ke halaman belakang nanti!" ucap Bian. Bi Erna pun mengangguk faham.

Setelah itu, Bian naik ke lantai atas. Ia membuka jasnya dan meletakkan di dalam keranjang cucian.

Bian kembali tersenyum saat ia menuruni tangga hendak menuju halaman belakang.

Bayangan kejadian tadi pagi kembali terputar di kepala Bian.

"Tatapan mata itu, sama persis dengan tatapan matanya saat kecil dulu."

...*****...

"Zee...,"

Bi Erna membuka pintu ruang setrika. Membuat Zee langsung menoleh ke arahnya.

"Bisa ikut Bi Erna ke dapur, sebentar?"

"Bisa kok, Bi." Zeeviana bangkit dari duduknya lalu mengikuti langkah Bi Erna menuju dapur.

"Tolong, antarkan untuk Tuan Bian. Tuan Bian di halaman belakang sekarang," ujar Bi Erna seraya memberikan sebuah nampan berisi dua cangkir susu hangat pada Zeeviana.

"Baik, Bi." Walapun ragu, Zeeviana tetap saja mengambil nampan itu dari tangan Bi Erna.

'Apakah Tuan Bian bersama Tuan Morgan di belakang?' Batin Zeeviana bertanya sambil menatap dua cangkir susu hangat yang ia bawa.

Zeeviana melangkah mendekati halaman belakang. Ia mengedarkan pandangannya mencari keberadaan Bian. Dan netranya berhasil menemukan sosok Bian yang sedang duduk di depan sebuah akuarium ikan.

''Tapi, dimana Tuan Morgan sekarang?'' gumam Zeeviana sambil melangkahkan kakinya mendekati Bian.

"Permisi, Tuan?"

Bian menoleh, ia tersenyum saat melihat apa yang Zeeviana bawa.

"Taruh di sana," ujar Bian menunjuk meja kecil di samping meja akuarium.

"Baik, Tuan." Zeeviana meletakan dua cangkir susu hangat itu di sana. Ia mendekap nampan, dan hendak berjalan menjauhi Bian.

"Kamu mau kemana?" tanya Bian, membuat Zeeviana menghentikan langkahnya.

"Saya, saya mau ke dapur, Tuan."

"Duduklah!" Perintah Bian sambil menepuk ruang kosong di sampingnya.

Zeeviana menggeleng pelan.

"Duduklah, Zee!" ucap Bian sekali lagi.

"Saya ti...,"

"Kumohon, jangan tolak permintaanku, Zeeviana!"

Zeeviana pun menghembuskan napasnya. Dia sudah berusaha menolak, namun Bian memohon padanya.

'Memang siapa aku, sampai Tuan Bian harus memohon segala untuk memintaku duduk saja! Aku tidak lebih dari seorang pelayan di rumahnya! Dan tugasku adalah menjaga agar hatinya tetap bahagia!' Batin Zeeviana lalu duduk dengan ragu di samping Bian.

"Minumlah!" Bian kini menyodorkan secangkir susu hangat itu pada Zeeviana. Ia menatap Zeeviana sambil menaikkan alisnya.

"Tunggu apa lagi, ambillah!"

'Ya Tuhan..., Tolong jangan biarkan hati ini berdebar! Kumohon jangan!' Batin Zeeviana.

"Ambillah, Zee. Jangan sungkan!"

Zeeviana akhirnya mengambil cangkir yang Bian berikan. Ia bisa merasakan kehangatan dari luar cangkir susu hangat itu. Sementara hujan semakin deras di luar sana.

"Boleh kah aku bertanya sesuatu padamu?" tanya Bian memecahkan keheningan.

"Silahkan, Tuan."

"Berapa usiamu sekarang?

Zeeviana berpikir sejenak. "Dua puluh dua tahun, lima bulan, Tuan."

"Beda delapan tahun tiga bulan saja," gumam Bian.

"Apakah kamu memiliki hubungan dengan seseorang? Maksudku, apakah kamu memiliki pacar? Atau tunangan?" Pancing Bian.

"Tidak, Tuan. Saya tidak pernah pacaran!" Tegas Zeeviana.

Ada senyum bahagia yang terbit di bibir Bian ketika mendengar jawaban dari Zeeviana.

"Kenapa? Bukankah remaja SMA saja sudah pacaran sekarang? Kenapa kamu tidak?" tanya Bian.

"Saya, saya terlalu fokus bekerja sejak SMA, Tuan. Jadi, saya tidak punya waktu untuk pacaran. Sampai sekarang!"

Zeeviana melirik sekilas ke arah Bian. Dan sialnya, kenapa binar aneh itu selalu muncul di mata Bian saat menatap Zeeviana!

"Anda sendiri? Kenapa Anda...," Zeeviana menghentikan ucapannya. "Maaf, saya sudah lancang Tuan!"

"Tidak apa, lanjutkan saja. Lagi pula, jam kerjamu sudah habis sekarang. Aku bukan majikanmu lagi, dan kamu juga bukan orang yang bekerja untukku lagi!" ujar Bian sambil melirik jam tangannya.

Jam sudah menunjuk pukul 5 sore lebih lima menit sekarang.

"Kamu bisa memanggil namaku. Panggil saja Bian!" Imbuh Bian.

"Itu tidak sopan, Tuan. Mana mungkin saya memanggil nama Anda seperti itu!" jawab Zeeviana dengan menatap cangkir yang ada di tangannya.

"Panggil saja senyaman yang kamu mau!"

"Tuan Bian saja. Itu lebih baik, Tuan!"

"Tapi aku bukan Tuanmu sekarang!" Tegas Bian sekali lagi.

"Ya, sudah. Om Bian saja! Bagaimana?" Canda Zeeviana sambil menaik turunkan kedua aslinya. Bian tertawa dibuatnya.

"Kamu mau menunjukan perbedaan usia kita kan? Dengan memanggilku seperti itu?" Bian memajukan wajahnya. Spontan Zeeviana pun menggeser tubuhnya.

"Ti-tidak. Aku tidak bermaksud seperti itu! Aku hanya bercanda, Tuan. Sumpah!" Gadis itu sudah menatap wajah Bian yang semakin mendekat.

"Aku juga hanya menakutimu! Kamu pikir, apa yang akan kulakukan padamu?!" Bian memundurkan wajahnya lalu menyesap susu hangat miliknya.

"Oh, jangan-jangan. Kamu pikir, aku akan menciummu, ya?" Bian melirik Zeeviana yang kaget mendengar ucapannya.

"Ti-tidak. Aku tidak berpikir seperti itu!" Jawab Zeeviana lalu memalingkan wajahnya.

"Hahaha, wajahmu bahkan memerah karena malu sekarang! Dasar gadis kecil mesum!" Canda Bian.

"Aku tidak mesum!" Gadis itu bangkit dari duduknya.

"Jika Anda tidak menakuti! Aku tidak mungkin akan malu seperti tadi!" ucap Zeeviana.

"Santai, Gadis Kecil! Jangan marah! Aku hanya ingin bercanda denganmu!" Bian menahan tangan Zeeviana yang sudah maju dua langkah menjauhinya.

"Kamu mau kemana? Di luar masih hujan! Kamu mau pulang hujan-hujanan? Kalau kamu sakit bagaimana?" ucap Bian lembut.

"Aku tidak akan sakit! Yang ada, aku akan gila jika berlama-lama duduk disini dengan Anda, Tuan!"

'Ya, aku akan membuatmu jatuh cinta dan tergila-gila padaku, Zee!' Batin Bian.

"Lepaskan tanganku, Tuan!" ujar Zeeviana sembari menggoyangkan tanganya yang masih dalam genggaman Bian.

"Jika aku tidak mau melepasnya?" Bian mendudukan kepalanya, menatap wajah Zeeviana yang hanya sebatas dadanya.

"Apakah kamu akan berteriak dan menuduhku melakukan hal yang tidak-tidak padamu?" Lanjut Bian. Masih dengan kepala yang tertunduk menatap wajah merah Zeeviana.

"Lepaskan, Tuan!"

"Sudah kubilang! Aku bukan Tuanmu lagi saat ini. Dan aku tidak mau melepaskan tanganmu, Zeeviana!"

"Tapi, saya, saya mau ke kamar mandi, Tuan. Apakah Anda akan tetap menahan saya? Ataukah Anda akan ikut ke kamar mandi juga!"

Spontan Bian melepaskan tangan Zeeviana dari genggamannya. "Pergilah!"

'Huh, akhirnya, aku bisa lepas darinya!' Batin Zeeviana lalu segera berlari menuju kamar mandi.

Bian hanya bisa menertawakan dirinya. Jika dia tidak sayang pada Zeeviana. Dia pasti sudah mencium Zeeviana secara paksa tadi! Tapi, Bian sayang Zeeviana. Dia tidak mungkin melakukan hal yang bisa membuat hati Zeeviana kecewa. Apalagi membuat Zeeviana menangis karena ulahnya!

Terpopuler

Comments

Dilah Mutezz

Dilah Mutezz

keep clam dong bang bian...
gemesss yaa sma zee 🤭

2021-11-20

2

Widhi Labonee

Widhi Labonee

malu malu meong zee... hmmm

2021-04-05

3

lihat semua
Episodes
1 Janji
2 Pelayan Kafe
3 Dia Gadisku!
4 Tawaran Bekerja
5 'Demi Ibu.'
6 Hari Pertama Bekerja
7 Tontonan Baru Bian
8 Makan Siang Bersama
9 Tamu Tak Diundang
10 Roti Sobek
11 Tangan Beruntung Bian
12 "Jangan goyah, Zee!"
13 "Siapa dia?"
14 Kunjungan Ke Panti
15 "Simpanan Om-Om?"
16 Omong Kosong Sandra
17 "Ibu percaya padamu, Zee."
18 Secangkir Susu Hangat
19 "Kita berteman sekarang?"
20 Dugaan Ayunda
21 "Nadiku."
22 Ucapan Terimakasih?
23 "Aku Mencintaimu, Zee."
24 "Maafkan aku, Teng."
25 Obat Termanjur
26 Obat Tambahan
27 Harapan Bian
28 Restu Ayunda
29 Kencan?
30 Gadis Bunglon
31 Obat Nyamuk
32 Pengganggu Atau Penyelamat?
33 Ketulusan Cinta Bian.
34 Ular Kobra
35 Jiwa Iri Dengki Sandra
36 Ibu
37 Sebuah Rasa
38 Tentang Bian
39 Fathia
40 Harapan Kecil
41 Tuan Yosi & Nyonya Dara
42 "Calon Kakak Ipar, ya?"
43 "Rindu, ya, Nona?"
44 Berkirim Pesan
45 Prank Alam!
46 Digigit Semut
47 Ibu Ayunda
48 Keceplosan
49 Tante Galak
50 Tapi Bo'ong
51 Meminta Batuan
52 "Namanya Zeeviana."
53 Salah Orang
54 Hati Zeeviana
55 Kafe Nirwana
56 I Love You
57 Janji Bian
58 Tante Zuanda
59 Rumah Sakit Kota
60 Pangeran Tanpa Kuda & Putri Tanpa Mahkota
61 Senyum Bahagia
62 "Jaga Dia."
63 Pusing
64 Sedikit Tentang Morgan
65 24 Tahun Yang Lalu
66 Langit Malam
67 Uncle Bian!
68 Persiapan Karlina
69 Keluarga Yang Baik
70 The Best Family
71 "Calon Suamiku."
72 Janji Suci ~ End
73 Terimakasih ^_^
74 Episode Spesial : Morgan & Fathia (1)
75 Episode Spesial : Morgan & Fathia (2)
76 Episode Spesial : Morgan & Fathia (3)
77 Episode Spesial : Morgan & Fathia (4)
78 Episode Spesial : Morgan & Fathia (5)
Episodes

Updated 78 Episodes

1
Janji
2
Pelayan Kafe
3
Dia Gadisku!
4
Tawaran Bekerja
5
'Demi Ibu.'
6
Hari Pertama Bekerja
7
Tontonan Baru Bian
8
Makan Siang Bersama
9
Tamu Tak Diundang
10
Roti Sobek
11
Tangan Beruntung Bian
12
"Jangan goyah, Zee!"
13
"Siapa dia?"
14
Kunjungan Ke Panti
15
"Simpanan Om-Om?"
16
Omong Kosong Sandra
17
"Ibu percaya padamu, Zee."
18
Secangkir Susu Hangat
19
"Kita berteman sekarang?"
20
Dugaan Ayunda
21
"Nadiku."
22
Ucapan Terimakasih?
23
"Aku Mencintaimu, Zee."
24
"Maafkan aku, Teng."
25
Obat Termanjur
26
Obat Tambahan
27
Harapan Bian
28
Restu Ayunda
29
Kencan?
30
Gadis Bunglon
31
Obat Nyamuk
32
Pengganggu Atau Penyelamat?
33
Ketulusan Cinta Bian.
34
Ular Kobra
35
Jiwa Iri Dengki Sandra
36
Ibu
37
Sebuah Rasa
38
Tentang Bian
39
Fathia
40
Harapan Kecil
41
Tuan Yosi & Nyonya Dara
42
"Calon Kakak Ipar, ya?"
43
"Rindu, ya, Nona?"
44
Berkirim Pesan
45
Prank Alam!
46
Digigit Semut
47
Ibu Ayunda
48
Keceplosan
49
Tante Galak
50
Tapi Bo'ong
51
Meminta Batuan
52
"Namanya Zeeviana."
53
Salah Orang
54
Hati Zeeviana
55
Kafe Nirwana
56
I Love You
57
Janji Bian
58
Tante Zuanda
59
Rumah Sakit Kota
60
Pangeran Tanpa Kuda & Putri Tanpa Mahkota
61
Senyum Bahagia
62
"Jaga Dia."
63
Pusing
64
Sedikit Tentang Morgan
65
24 Tahun Yang Lalu
66
Langit Malam
67
Uncle Bian!
68
Persiapan Karlina
69
Keluarga Yang Baik
70
The Best Family
71
"Calon Suamiku."
72
Janji Suci ~ End
73
Terimakasih ^_^
74
Episode Spesial : Morgan & Fathia (1)
75
Episode Spesial : Morgan & Fathia (2)
76
Episode Spesial : Morgan & Fathia (3)
77
Episode Spesial : Morgan & Fathia (4)
78
Episode Spesial : Morgan & Fathia (5)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!